Menjual Masa Lampau
Tampak dua orang turun dari punggung rajawali yang begitu perkasa. Satu perempuan dan satu laki-laki yang sama-sama mengenakan mahkota. Keduanya berjalan menuju ke arahku dengan langkah perkasa. “Bukankah itu Mantili dan Brama Kumbara? Ya, benar itu mereka,” batinku penuh tanda tanya. “Maaf kisanak, kalau kedatangan kami membuatmu terkejut,” tanya si lelaki yang kukira Brama. “Apakah tuan ini Brama Kumbara, raja Madangkara?” “Benar kisanak, saya Brama dan ini Mantili adik saya.” “Tapi, bukankah Brama berasal dari ratusan tahun yang lalu, ketika Majapahit runtuh karena perang saudara?” “Maksud kisanak, kami tidak lagi berada di zaman Majapahit yang menguasai Nusantara?”
Memasuki area Kampung Pendekar serasa dilempar mesin waktu. Gerbang gaya kerajaan Majapahit menyambut kedatangan kami, para siswa kelas 4 SD Al-Irsyad Cilacap. Kegiatan belajar tematik kali ini tentang mengenal berbagai pekerjaan. Kami dibawa guru-guru kami ke sebuah desa di pesisir selatan Kabupaten Cilacap bagian timur. Tepatnya di desa Sidaurip kecamatan Binangun.
Setelah melewati gerbang Kampung Pendekar, kami diwajibkan menukar uang kami dengan “kepeng”. Mata uang yang berlaku di Kampung Pendekar. Setiap “kepeng” senilai dengan dua ribu rupiah. “Kepeng” terbuat dari potongan batang kayu yang dibelah menyerupai uang koin. Namun tebal, bercap uang kepeng kampung pendekar.
Teman-teman berlari girang memasuki area kampung pendekar sembari mengacung-acungkan kepeng di tangannya. Dengan kepeng, teman-teman menjelajah wahana yang ada di kampung pendekar. Kampung Pendekar terbagi menjadi empat wilayah. Pertama penukaran mata uang, dan belanja keranjang. Kedua, para pedagang makanan tradisional. Ketiga, area bermain permainan tradisional. Dan keempat, panggung pertunjukkan.
Dengan satu keping kita bisa mendapatkan aneka minuman ndeso, seperti dawet, cau, atau badeg. Tiga kepeng boleh dapet sebungkus pecel, lotek, atau rujak. Belinya wajib pakai uang jadul yaa. Pedagang makanan dan minuman berjajar di kiri kanan kampung pendekar. Lapak-lapak terbuat dari bambu dan welit/daun nipah. Perabotan yang dipakai pedagang juga unik, semua berbahan non-plastik. Minum dawet pakai gelas dari bambu. Minum es cingcau juga ngga pakai gelas tetapi menggunakan bathok kelapa.
Permainan tradisional tersedia berbagai wahana, ada sunda manda, egrang, njot-njotan, yun-yunan dan ada panggal/gasing. Alat-alat bermain bisa kita beli dengan dua atau tiga kepeng. Serunya bermain alat permainan tradisional, lebih seru daripada main game di gadget.
Panggung pertunjukkan diramaikan oleh artis-artis desa Sidaurip. Ada Brama Kumbara, Mantili, Lasmini, Wiro Sableng dan lain-lain. Tokoh-tokoh buku cerita ataupun drama pada jaman dahulu. Era tahun 80an. Mereka lihai bermain silat. Penampilan lainnya berupa gending karawitan, yang mengiringi tarian daerah. Yang lebih menarik lagi, emak-emak bermain lesung. Lesung yang semestinya digunakan untuk menumbuk gabah, digunakan untuk bermain musik. Pukulan-pukulan alu ke kayu lesung oleh emak-emak dilakukan dengan berirama. Sehingga menghasilkan bebunyian yang enak didengar telinga.
Puas bermain-main di kampung pendekar. Saat merogoh saku, owh ternyata masih ada beberapa keping uang jadul. Buat beli oleh-oleh aja, kubelikan sebungkus rujak buah. Uwh segarnya dimakan saat cuaca panas-panas begini. Tapi teman-teman sudah mau pulang. “Rujak dibungkus saja” pintaku kepada pedagang. Bungkusan daun sudah siap, pedagang menyerahkan begitu saja bungkusan. Tidak seperti biasanya, kalau belanja pasti dibawakan tas plastik kresek. Spontan kuminta tas plastik. “Nda boleh pakai plastik!”. Terpana kujadinya. Hebat! Kampung pendekar berwawasan ligkungan. Go green!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren tulisannya. Pasti anak2 pada girang tu. Selain untuk tujuan wisata namun juga sebagai ajang edukasi.
Ceritanya sudah bagus, tanda bacanya perlu dibenahi. Sukses Pak....