Any Lestari,S.Pd.SD.,M.Pd

Lahir di Kota Jonggrang (Prambanan, Klaten). Lulus dari SDN Sanggrahan 1 Tahun 1984, melanjutkan ke SMPN Bogem Kalasan Lulus tahun 1987. Mengenyam pendidikan pa...

Selengkapnya
Navigasi Web
Lima Hari Perjalanan Menuju Tempat Tugasku

Lima Hari Perjalanan Menuju Tempat Tugasku

Rasa syukur tiada terkira saat lulus dari PGSD IKIP Yogyakarta sebagai lulusan pertama untuk program studi PGSD tahun 1992. Enam bulan setelah wisuda 48 alumni mendapat panggilan untuk penempatan ke Propinsi Lampung. Angkatan pertama ditempatkan ke 5 propinsi yang tersebar yaitu Jawa Tengah, Lampung, Kalimantan Selatan, Kalimantan Barat, dan Kalimantan Tengah. Kelompok Kalimantan Selatan pertama kali diberangkatkan ke tempat tugas, disusul penempatan untuk wilayah Jawa Tengah. Menyusul giliran kami kelompok propinsi Lampung menerima SPPD untuk berangkat ke Propinsi Lampung.

Saat kuterima SPPD (Surat perintah perjalanan Dinas) pada penempatan tercantum SDN 2 Pugung Penengahan, Kecamatan Pesisir Utara, kab.Lampung Barat. Tidak terbayang bagaimana keadaan tempat tugasku, yang ada rasa syukur angkatan pertama ditempatkan oleh pemerintah. Tiba saat diberangkatkan dari kota gudeg bersama 68 orang rekan yang berasal dari dua universitas yaitu IKIP Yogyakarta dan IKIP Sanata Dharma.Kami diterbangkan dari Bandara Adisucipto menuju Bandara Soekarno Hatta. Untuk menuju Lampung kami harus transit terlebih dahulu dan melanjutkan penerbangan dari Bandara Halim Perdana Kusumah menuju Bandara Raden Intan di Natar, LampungSelatan. Kami diterima oleh Kepala Dinas Pendidikan Propinsi Lampung Bapak Indra Bngsawan di Wisma Haji Natar dan diberikan SK CPNS malam itu sekaligus kami bermalam.

Hari kedua perjalananku, kami resmi diserahkan pada utusan masing masing daerah. Kami dipencar di dua kabupaten yaitu Kabupaten Lampung Barat dan Kabupaten Lampung Selatan untuk diantar ke tempat tugas kami. Tidak terbayang olehku bila perjalanan menuju Lampung Barat membutuhkan waktu kurang lebih 7 jam untuk sampai ke Liwa ibukota Kabupaten Lampung Barat. Rombongan kami berjumlah 16 orang yang tersebar di kecamatan Sumberjaya, Giham, Pesisir Selatan dan Pesisir Utara. Sampai di Sumberjaya beberapa orang teman kami sudah sampai ke tempat tugasnya. Sesampai di Liwa tinggal 12 orang yaitu 6 orang ke Pesisir Selatan dan 6 orang ke Pesisir Utara. Kami tiba di rumah dinas Bapak Lukman Zaini sebagai Kepala Dinas Pendidikan Lampung Barat menjelang Maghrib. Menginaplah kami semalam di Liwa dengan udara yang sangat dingin dan diliputi kabut. Makanan yang dihidangkan untuk makan malam dan sarapan jauh berbeda dengan masakan ala Yogyakarta. Kami baru tahu bahwa pucuk pohon paria direbus dimakan bersama sambal tomat dan ikan sambam (bakar) sungguh memberi pengalaman pertama bagi kami yang baru saja merantau.

Pada pagi harinya tepat hari ketiga perjalananku dari Yogya kami sekaligus sebagai perwakilan guru baru untuk menghadap ke Bupati Lampung Barat dan berkunjung Ke kantor dinas pendidikan. Sehabis sholat dhuhur kami ber 12 bersalaman dan berpisah menuju tempat tugas dengan dijemput oleh kepala cabang dinas. Dengan menggunakan kendaraan dengan pintu belakang terbuka dan duduk berhadapan kami menuju Pugung itulah sebutan untuk Pesisir Utara. Rekan kami 6 orang menuju Pesisir Selatan, 2 orang teman kami di jemput kepala sekolahnya menuju Lumbok wilayah Pesisir Utara namun sudah berbatasan dengan Danau Ranau Propinsi Sumatra Selatan. Tinggallah kami berempat bersama Kepala Cabang dinas Pesisir Utara yang dimana tiga orang laki-laki dan aku perempuan sendiri. Namun tak mematahkan semangatku untuk terus mengabdi.

Perjalanan yang yang harus ditempuh memakan waktu kurang lebih 4 jam dari Liwa menuju Pesisir Utara. Saat perjalanan dari Liwa menuju Krui mulai ciut rasa hatiku . Tak terbayang kami harus melewati hutan tua dengan jalan yang berliku-liku penuh dengan tikungan tajam disisinya jurang. Jika tidak kuat dalam perjalanan bisa mabuk darat karena jalan yang mengerikan. Saat itu hujan deras dan terjadilah longsor perjalanan tertunda kuarng lebih satu jam menunggu bantuan alat berat doser untuk dapat membuka akses jalan yang tertimbun longsoran tanah. Kami baru dapat melanjutkan perjalanan pada pukul 15.00. Hatiku Gundah dan makin tak menentu melihat lokasi perjalanan yang mengerikan. Dalam mobil itu akulah satu-satunya perempuan. Hanya doa yang kupanjatkan agar aku dilindungi dan diselamatkan selama perjalanan. Aku tak berhenti untuk berdoa semoga aku bisa menjalani tugas ini

Sepanjang perjalanan Kacabdin bercerita bahwa 2 orang temanku yang mendapat tugas di SDN Cahaya Negeri letaknya strategis di pinggir jalan. Namun mereka harus berhati-hati karena masih ada masyarakat yang menyimpan racun di kampung itu, aku juga tidak paham apa maksud informasi membuatku makin tidak mengerti. Lain halnya info yang kudapat tentang tempat tugasku jauh di tengah hutan yang membutuhkan perjalanan 4 jam hanya bisa ditempuh dengan berjalan kaki. Perasaanku mulai takut mendengar cerita beliau. Sedih sekali rasanya, rumahku di tepi jalan Yogya Solo, dan kini aku harus bertugas jauh di daerah pedalaman yang di kenal dengan dusun Kakadi / Sukajadi. Aku tidak dapat berkata banyak hanya dapat menenangkan diri dan berdoa dalam hati, semoga kacabdin kasian kepadaku dan mengalih tugaskan di tempat yang lebih dekat.

Selepas perjalanan melintasi hutan Bukit Barisan sepanjang Liwa – Krui, kami melanjutkan perjalanan menuju Pugung. Pemandangan yang terlihat jauh berbeda perjalanan Krui Pugung jalan raya menyusuri tepi pantai. Di sisi kiri Pantai Samudra Hindia dan di sisi kanan pegunungan.Ada rasa gundah dalam anganku jauh melayang hingga meneteskan air mata dalam hatiku berkata “ Di manakah kampung halamanku?” . Hanya debur ombak Samudra Indonesia pecah ditepi pantai berbatu dan hamparan laut yang tiada bertepi. Sepanjang perjalanan ku hanya terdiam bingung, sedih rasa hati melihat lokasi yang jauh dari keramaian. Ternyata wilayah Lampung sangat luas, jauh dari angan yang terlintas dibenakku. Saat pertama mendengar penempatan di Lampung ternyata tempat tugasku di perbatasan dengan Propinsi Bengkulu.

Tiba di Way Beluah desa Baturaja menjelang magrib kami berempat menginap di rumah kepala cabang dinas Pesisir Utara. Ramah tamah keluarga Bapak Kacabdin memecah kesedihanku, walau sudah 2 hari perjalanan sayapun belum sampai ke tempat tugas. Saat Malam tiba hatiku sedih sekali di kampung tersebut belum ada listrik, hanya lampu petromak yang menerangi perbincangan kami malam itu. Bapak kacabdin mencoba menghiburku agar bisa diatur untuk melaksanakan tugas ditempat yang dekat dengan kediaman beliau. Hatiku sedikit terhibur saat ada solusi untuk diriku, mengingat perempuan sendiri jika harus melaksanakan tugas di dusun Kakadi.Kuberharap semoga bertemu dengan Kandep Dikbud dan kepala sekalahnya rencana tersebut bisa dikabulkan.Keesokan harinya tepat hari keempat perjalanan kami menghadap Kakandepdikbud Kecamatan Pesisir Utara di Pugung Tampak serta bertemu Kepala Sekolah. Bapak Kacabdin mengutarakan maksudnya untuk menolongku, namun Kepala Sekolah tempat tugasku keberatan dengan permohonan itu, saya tetap harus melaksanakan tugas sesuai dengan SK penempatan. Hatiku hancur lemah tak berdaya kenyataan pahit yang harus kujalani. Hari sudah menjelang sore tidak memungkinkan jika aku harus menuju tempat tugas hari itu juga. Akhirnya aku menginap lagi di rumah salah seorang guru yang juga bertugas di SD tempat tugasku. Sulit mataku terpejam malam itu bahkan tidak sedetikpun aku tidur hanya air mata yang berlinang ingat ibu dan kampung halaman. Tiga hari perjalanan dari Yogyakarta belum juga sampai ke tempat tugasku.

Hari yang kelima sejak dari Yogya aku siap bersama keluarga teman guru berangkat menuju tempat tugas di dusun Kakadi. Tepat pukul 09.00 kami mulai perjalanan. Terkejut saat aku melihat jalan yang hendak kami lewati hanya jalan setapak diantara semak belukar. Aku tidak mungkin membawa barang bawaanku sendiri, sehingga diupahkan kepada tukang panggul dengan beaya Rp 500,00/ Kg. Betul seperti informasi yang kudapat perjalanan sungguh melelahkan. Melintasi hutan tua naik turun bukit menyeberangi sungai, sambil berjalan tak terasa air mataku berlinang. Dalam hati ku berkata sanggupkah aku melanjutkan pengabdianku ditempat seperti ini?. Selama perjalanan tidak kutemui rumah penduduk hanya sebuah anjung (rumah panggung dari bambu) tempat orang yang berkebun kopi dan lada beristirahat. Kami istirahat didangau selama kurang lebih setengah jam setelah 2 jam berjalan kaki sambil makan siang yang dibawa oleh keluarga temanku. Di sepanjang perjalanan hanya pengunduh getah damar yang aku temui dengan menyandang bebalang (bahasa Lampung). Aku bertanya pada istri temanku “Masih jauhkah perjalanan yang harus ditempuh?”, dia hanya menjawab “sebentar lagi kita sampai”. Dalam hatiku berpikir jawaban itu hanya menghibur agar tidak terasa lelah. Pukul dua kami sampai di sebuah rumah penduduk yang, ada pekarangan berisi pohon durian, manggis, petai dan kolam ikan. Ramah tamah sambutan penduduk menghibur hatiku sesaat. Ternyata perjalananku masih harus ditempuh dalam waktu setengah jam barulah kami sampai di lokasi sekolah. Hatiku sedikit lega namun terasa lelah kakiku berjalan selama kurang lebih empat jam. Malam hari diterangi dengan lampu minyak yang terbuat dari kaleng susu.Sungguh kondisi yang jauh dari bayangan. Perjalanan selama lima hari yang sangat melelahkan demi panggilan tugas negara, dan kucoba untuk menguatkan hati dan bertahan untuk tetap melaksanakan tugas ditempat ini.

Aku terperanjat melihat bangunan sekolah yang terbuat dari papan bangunan beratapkan seng yang dikelilingi dengan alang-alang. Sungguh memprihatinkan kondisi sekolah tempat tugasku. Aku terdiam memperhatikan sekeliling tempat tugasku, Karena aku perempuan maka aku tidak mau tinggal di rumah dinas, akhirnya tinggal bersama keluarga teman satu sekolah. Malam telah tiba aku banyak bertanya pada teman guru senior tentang seluk beluk sekolah, aku terkejut saat mendengar jumlah siswa dari kelas 1 hingga kelas 6 berjumlah 19 orang dengan 5 orang guru dan satu kepala sekolah. aku merasa sedih melihat kondisi siswa dalam satu tingkat hanya berjumlah 3-4 orang itupun kalau masuk semua. Keesokan harinya aku bertemu dengan murid-murid namun tidak semua masuk sekolah karena letak sekolah yang jauh dari pemukiman penduduk di pedukuhan lain. Antara satu pedukuhan dengan pedukuhan yang lain memmbutuhkan waktu perjalanan kurang lebih satu jam dengan melintasi hutan tua dan sungai Way melesom yang cukup lebar dengan jembatan gantung yang terbuat dari bambu. Kendala ini yang menjadikan sekolah itu sedikit muridnya. Dalam waktu seminggu aku berinteraksi dengan murid-muridku yang kebanyakan orang tuanya pendatang berasal dari Jawa Barat, Jawa tengah bahkan penduduk asli Lampung sendiri malah tidak ada. Keramah tamahan penduduk, jiwa gotong royong dan sosial yang tinggi tercermin dari perilaku penduduk di sekitar sekolah itu sedikit menghibur hatiku. Sayuran hasil kebun dan ikan hasil memancing selalu mereka antar tiap hari ke tempat aku tinggal tanpa mau dibayar. Ada hikmah dibalik sedih hatiku brtugas di tempat yang jauh dari keramaian dengan segala keterbatasan fasilitas namun budi pekerti masyarakat dan siswa yang haus pendidikan membuatku bertahan untuk tetap mengabdi di SDN 2 Pugung Penengahan selama 10 tahun. Banyak kenangan yang terukir disana masih melekat dalam ingatanku.

# Kenangan Oktober 1993

@ SDN 2 Pugung Penengahan Pesisir Utara Lampung Barat

# Kenangan 27 tahun yang lalu

*

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Hebat pengalamannya Bu. Bagaimana dengan kondisi saat ini?

11 May
Balas

Insha allah besok dilanjut kondisi perjalanan selama 10 tahun bu...banyak alumni yang berhasil bahkan keliling dunia bu namun kondisi sekolah tetap saja jauh dari perhatian pemerintah bu.

11 May

terima kasih bu...menjadi pengalaman brharga

11 May
Balas

Aamiin nuhun bu pih

28 May
Balas

Masha Allah bu, teringat SK penempatan saya dulu yg sempat buat saya mennagis menempuh transportasi yang sulit Tapi baca cerita ibu, lebih sulit lagi ibu. Hebat ibuk....bisa melewarinya... Salut

11 May
Balas

terima kasih bu... menjadi pribadi yang kuat karena keadaan bu

11 May

Salut dengan kegigihan dan pengabdian ibu

11 May
Balas

terimak kasih bu, salam kenal iya bu alhamdulillah bisa berbagi ilmu di pedalaman.

11 May

Masya Allah

11 May
Balas

Melekat dalam ingatan bu...

11 May

Seorang PNS siap di tempatkan di mana saja,,itulah yg ibu alami,,dan menjadi pengalaman yg berharga, sukses selalu ya buu

17 May
Balas

Betul bu pih...sangat berharga dan luar biasa..nuhun..

01 Jun



search

New Post