Beliau berdua bukan tenaga pendidik dan bukan tenaga kependidikan. Pak Teguh berjualan cilok dan Pak Mintrah berjualan penthol di sekolah saya. SMP Negeri 1 Sukomoro. Setiap hari. Sempat juga jatuh bangun saat pandemi COVID-19. Saat sekolah libur. Libur atau apa namanya. Yang jelas saat itu siswa tidak di ijinkan untuk masuk sekolah. Yang jualan makanan di sekolah, otomatis "knock out". Termasuk Pak Teguh dan Pak Mintrah.

Alhamdulillah sekolah mulai normal, penjual makanan juga sudah normal lagi omzetnya. Mereka berdua sadar, jualannya masih di kemas dalam plastik, sehingga juga menjadi sumber masalah di lingkungan sekolah. Yaitu sampah. Saat menunggu pembeli, Pak Teguh dan Pak Mintrah sering kali ikut berperan dalam kebersihan lingkungan sekolah. Ikut menjaga kebersihan dengan secara rutin mengambil sampah-sampah plastik bekas bungkus makanan yang masih dibuang sembarangan di lingkungan sekolah. Sapunya pinjam milik sekolah. Pinjamnya mesti minta ijin pada Pak Yahya, petugas keamanan yang selalu "stand by" di gerbang sekolah.

Saat kita merapikan rumput lapangan (buat persiapan Jum'at Sehat), Pak Teguh dan Pak Mintrah juga langsung mengambil peran. Satu demi satu sampah yang masih ada di lapangan diambil. Pak Mintrah menggunakan "japitan" yang biasa digunakan untuk mengatur arang pemanggang dandang pentolnya. efisien juga kerjanya. Pak Teguh pinjam sapu sekolah dan bersaksi bersama. Indahnya kebersamaan. Ada yang memotong rumput, ada yang menyapu dan ada yang memungut sampah. Ada lagi yang bertugas mengawas. Ini yang paling ringan. Semoga kolaborasi seperti ini selalu terjaga, selalu terjalin. Kebersihan sekolah akan selalu terjaga. Amin. (Anwar, 26/01/2023)