SEKOLAH MERDEKA, SEKOLAH TANPA BULLYING (Oleh Antriyani)
SEKOLAH MERDEKA, SEKOLAH TANPA BULLYING
OLeh: Antriyani
Guru SMPN 1 Sukosari Bondowoso
#Tulisan ke-773
Merdeka bukan sekadar definisi sebuah kebebasan. Kata merdeka memiliki esensi makna yang sarat akan nilai-nilai positif. Kebebasan berpikir, bertindak, berperilaku, serta menganalisa risiko yang tepat merupakan perluasan nilai positif dari kata merdeka.
Fenomena perundungan (Bullying) yang marak terjadi di beberapa sekolah di tanah air menunjukkan bahwa masih ada anak yang sulit memperoleh kemerdekaan di lingkungannya sendiri. Secara tidak langsung, mereka terjajah oleh perilaku-perilaku dan tindakan tak terpuji sesama teman. Tindakan mengolok-olok, mencemooh, penderaan dan pemukulan fisik merupakan contoh tindak bullying secara verbal dan nonverbal.
Contoh di atas adalah kasus yang sering dijumpai di sekolah. Tak jarang pula kasus-kasus berat perundungan yang berujung kekerasan fisik masih juga terjadi di sekitar lingkungan sekolah. Efek yang terjadi pada korbannya pun bermacam-macam. Efek fisik dan psikis. Mulai dari malas dan takut pergi ke sekolah hingga cidera fisik. Bahkan, ada beberapa kasus fatal yang berujung pada kematian.
Pada awal Juni lalu, publik pernah digegerkan dengan kasus bullying yang terjadi pada salah satu sekolah madrasah (MTs) di Kotamobagu Sulawesi Utara. Seorang siswa MTs dianiaya oleh sembilan orang temannya. Penganiayaan itu berujung pada kematian. Meskipun sebelumnya, korban sempat mendapatkan perawatan di rumah sakit.
Sungguh peristiwa tersebut mencoreng dunia pendidikan. Memang kejadian itu bukan satu-satunya perundungan yang berakibat fatal. Masih ada beberapa sekolah di negeri ini di mana siswanya mengalami kasus perundungan dengan kategori parah. Publik tak bisa menutup mata pada kasus-kasus itu. Karena, media begitu gencar menayangkan peristiwa tersebut.
Tentu saja kasus-kasus bullying tersebut berdampak pada beberapa hal. Tugas guru sebagai pendidik dipertanyakan, lingkungan sekolah yang seharusnya ramah anak diragukan, dan visi misi sekolah yang wangi semerbak didengungkan dianggap gagal total.
Problematika lain yang menambah runyam kondisi ini pemahaman orang tua (wali murid) tentang batasan-batasan bullying. Hal semacam ini beberapa kali terjadi di sekolah saya. Mereka cenderung bersikap berlebihan. Hal kecil yang dialami anaknya di kelas begitu mudah dilaporkan pada wali kelas atau guru BK. Misalnya, alat tulisnya hilang atau diambil salah seorang temannya. Orang tua tak segan datang ke sekolah dengan emosi berlebihan. Mereka tak terima dengan perlakuan yang diterima anaknya di kelas dan menganggap peristiwa itu sebagai bullying.
Berdasarkan fenomena-fenomena itu, sekolah tempat saya mengajar berusaha membenahi pada semua lini. Dimulai dari siswa, orang tua, guru, dan seluruh warga sekolah. Kepala sekolah bersama wakil urusan-urusan (stake holder) menyosialisasikan dan memberikan pemahaman tentang bullying kepada siswa dan orang tua siswa.
Upacara bendera setiap hari Senin menjadi sarana untuk menyampaikan pemahaman tentang bullying, batasan-batasan bullying, dan dampak buruknya kepada siswa. Upaya ini juga disampaikan oleh sekolah kepada orang tua siswa pada saat pertemuan wali murid yang diadakan secara berkala.
Pembiasan mengaji pagi yang dilakukan sebelum pembelajaran dimulai menjadi agenda rutin di sekolah untuk meningkatkan ahlakul karimah siswa agar terlatih menjadi pribadi yang takwa dan berbudi pekerti luhur. Menanamkan rasa cinta kasih, saling menghargai, dan tolong menolong antarsiswa juga disampaikan oleh setiap guru ketika pembelajaran di kelas. Hal itu dilakukan sebagai upaya memupuk rasa persaudaraan dan kesetaraan sosial antarsiswa. Siswa tidak lagi merasa superior dan bertindak semena-mena menindas siswa lain.
Upaya-upaya tersebut dilakukan agar kasus bullying dapat ditiadakan. Tujuan indahnya adalah sekolah aman, nyaman, merdeka dari bullying.(*)
****
Sukosari, 11 Agustus 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar