ANTRIYANI

Setitik semangat dan sedikit nekat adalah dua hal yang menjadi modal saya untuk menulis. Mungkin agak sedikit menyimpang dari teori-teori tentang menulis yang b...

Selengkapnya
Navigasi Web
KETIKA CINTA BUKAN LAGI CANDU (Oleh Antriyani)
Ilustrasi Dok. Pribadi

KETIKA CINTA BUKAN LAGI CANDU (Oleh Antriyani)

KETIKA RINDU BUKAN LAGI CANDU

Oleh: Antriyani

Sejatinya mengenangmu adalah siksa. Kubiji lagi dari satu hingga sejuta. Semua tentangmu tak enyah dari seluruh sudut memoriku. Sungguh, siksa ini terlalu berat bagiku.

Riuh jiwaku terjeda kala sekelebat bayangmu kembali singgah di dalam otak beningku. Alunan lirik galau ''Sial"nya Mahalini yang menggema indah dari sound musik kafe seolah mencibir perasaanku yang tak bisa berbohong bahwa rindu padamu terlalu mencengkeram batin. Cahaya lampu yang menggantung di langit-langit ruangan menambah bilur-bilur rindu semakin membiru. Sungguh senyawa rasa yang tak bisa ditolak keberadaanya. Galau dan rindu.

Ah, mengapa serenjana ini perasaan itu? Muncul bertubi-tubi sedangkan aku tahu mungkin saja adaku tak menorehkan sesuatu yang berarti di relung hatimu. Entah, lakon diri apa lagi yang membuatku bertahan pada belenggu kenangan berbalut rindu. Ingin kuraih takdir semesta agar tetap berpihak padaku namun sepertinya bak layar bahtera yang terlepas dari tiangnya. Menjauh kemudian terbang mengangkasa. Lenyap!

Petang tak tiba-tiba datang sebelum senja menyerahkan warna lembayungnya pada titik horison. Hiasan gemintang yang bertaburan di pekat malam menyisakan segumpal perih kala memoriku berkelana pada sebuah peristiwa dua purnama silam. Engkau pergi dengan alasan klasik. Mengadu nasib di kota lain. Tak ada kesempatan buatku untuk sekadar bertanya mengapa dan apa yang sedang terjadi sehingga tiba-tiba saja kamu begitu ikhlas meninggalkan aku dan kita. Dan sejak itu pula, merindumu adalah kesibukan kecil yang menjadi aktivitas penting hari-hari berikutnya.

Di balik semua hubungan kita yang semakin memburam, aku masih menyimpan setitik rasa percaya diri bahwa suatu saat catatan manis akan tetap ada. Rasa itu masih sama. Aku selalu mengenang kisah bersama kemarin pada setiap lembar memoriku. Kenangan itu tak akan punah apa lagi musnah. Akan kuramu rindu hingga bisa menjadi sua nanti. Pada masa dan saat yang tepat.

***

Malam masih mencumbu rindu yang semakin berkarat ketika gawaiku menerima sebuah pesan masuk melalui aplikasi perpesanan. Tak ada nama pengirim. Namun bukan itu yang membuat degup jantungku seolah berhenti berdetak, sebuah foto hitam putih seorang wanita yang sedang tersenyum dalam pelukan lelaki gagah berambut cepak. Pemilik senyum semringah itu kamu. Pantas saja, sejak kepergian itu tak ada warta apa pun darimu. Apa lagi rindu!(*)

*****

Sukosari, 27 Juni 2024

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post