Kondisi pandemi Covid 19 memberikan perubahan besar-besaran bagi generasi Indonesia. Perubahan utama yang nampak adalah di dunia pendidikan. Kegiatan pembelajaran yang hampir 100% dilakukan secara daring. Kondisi ini menjadikan hampir tiap rumah tidak hanya memiliki satu HP. Apabila memiliki anak dua, maka HP di rumah ada sekitar 3-4 HP.

Setiap anak baik usia dini ataupun dewasa semua memegang HP dari pemberian orang tua. Saat orang tua memberikannya hampir semua berpikir positif bahwa HP akan digunakan untuk pembelajaran. Positif thinking orang tua baik, tetapi apa yang ada dalam HP orang tua banyak yang tidak mengetahui, ataupun tidak mau peduli. Sehingga ketika anak yang belum memiliki filter penggunaan HP maka jadilah mereka pengguna HP liar.

Orang tua menganggap si anak belajar, si anak karena merasa orang tua tidak mengawasi sepenuhnya, jadilah dia seenaknya. Mereka menggunakan HP untuk kesenangan mereka, yaitu bermain game berjam-jam, sesuai waktu pembelajaran, bahkan lebih. Ketika orang tua menanyakan terkati tugas maka jawabannya adalah SUDAH BERES. Saat pihak sekolah menanyakan pada orang tua terkait anak yang tidak mampu menyelesaikan proses belajarnya, orang tua tidak percaya. Hal ini menambah daftar kekacauan juga. Sekolah yang dituntut pihak pemerintah terkait siswa yang menjadi binaannya. Orang tua yang belum siap dengan perubahan kondisi, dan anak yang tidak memiliki mental tanggung jawab.

Mental karakter tanggung jawab benar-benar tidak dimiliki oleh mereka. Padahal pendidikan era sekarang adalah pendidikan berkarakter. Di era ini, kegagalan pendidikan terlihat nyata. Mereka yang memiliki karakter tanggung jawab benar-benar generasi emas. Mereka yang tidak memiliki karakter tanggung jawab akan tugasnya sebagi pembelajar, maka benar-benar sebuah tantangan tersendiri bagi dunia pendidikan. Karakter tidak bertanggung jawab ini juga akan mempengaruhi keberlangsungan sebuah negara.

Hanya untaian doa yang bisa diucapkan semoga pandemi berakhir, generasi penerus selamat, dunia akhirat. Aamiin.