Anik Zahra

Anik Zahra adalah nama pena dari NI'MATUZ ZAHROH. Ia adalah seorang guru Bahasa Inggris di MTsN 5 Jombang, seorang ibu dari tiga orang anak, dan penyuka mu...

Selengkapnya
Navigasi Web
Resensi Film HEADSHOT

Resensi Film HEADSHOT

#TantanganGurusiana

#Tantangan_365HariMenulis

#Tantangan_Hari_Ke24

HEADSHOT: Film Action Indonesia

--------------------- SPOILER ALERT ---------------------

Judul Film: Headshot

Tahun Rilis: 2016

Sutradara : Timo Tjahjanto & Kimo Stamboel

Aktor/Aktris : Iko Uwais (Ishmael), Chelsea Islan (Ailin), Julie Estelle (Rika), Sunny Pang (Lee), Zack Lee (Tano), Very Tri Yulisman (Besi), David Hendrawan (Tejo).

Genre: Action, Drama

Rating Usia: Dewasa 21+

Produser: Mike Wiluan, Sukhdev Singh, Wicky V. Olindo, dan Shinjiro Nishimura

Rumah Produksi: Screenplay Infinite Films

Akhirnya, ada Film Indonesia bergenre action alias laga! The Mo Brothers kembali bikin film yang bersimbah darah. Lewat film panjang ketiga arahan Timo Tjahjanto dan Kimo Stamboel ini, kita pun bakal ketemu sama pemandangan yang sama. Darah. Film ini mendapat sederet penghargaan nasional Festival Film Indonesia dan juga festival film Internasional. Penasaran kan?

𝘏𝘦𝘢𝘥𝘴𝘩𝘰𝘵 berkisah tentang seorang pemuda tanpa identitas yang kehilangan ingatannya akibat cedera kepala. Ia diberi panggilan "Ishmael" oleh Ailin --dokter muda yang merawatnya. Ishmael masih tak mengetahui jati dirinya dan kenapa dia bisa terbaring di rumah sakit dengan luka di sekujur tubuh. Gangguan dari orang-orang jahat perlahan mengingatkan pada kehidupannya yang lalu. Ailin diculik oleh kaki tangan Lee dan Ishmael berusaha untuk membebaskannya, meskipun dengan mempertaruhkan nyawa.

Dilihat dari sisi ceritanya, 𝘏𝘦𝘢𝘥𝘴𝘩𝘰𝘵 memiliki cerita yang lempeng dan cukup dangkal. Hanya ada satu plot utama tanpa sub-plot. Memang porsi drama atau romansa di film ini hanya mendapat jatah berkisar 20-25% dari 115 menit durasinya. Saya nggak peduli kalau sisi drama atau ceritanya dangkal, yang penting aksinya bagus. Kalau mau lihat romansa ya nonton Titanic atau Dilan saja. Jadi, nggak usah mengharapkan ada 𝘤𝘩𝘦𝘮𝘪𝘴𝘵𝘳𝘺 yang kuat antara Ailin dengan Ishmael. Eits tapi, babak awal 𝘏𝘦𝘢𝘥𝘴𝘩𝘰𝘵 bakal bikin cowok-cowok lemas dengan tatapan dokter Ailin loh!

Plot cerita bermula dari teror yang dialami Ailin yang kemudian dirinya diculik kelompok mafia. Di scene ini, saya dibuat lupa menahan napas. Ya, adegan fighting penyelamatan Ailin oleh Ishmael di dalam bus yang notabene memiliki ruang yang terbatas untuk berkelahi justru menjadi menarik untuk dilihat.

Disini, kepiawaian Mo Brothers mengolah angle gambar benar-benar dikeluarkan. Bus yang memiliki ruang sempit, disulapnya menjadi ruang berkelahi antara Ishmael dengan para anggota mafia. Ketegangannya mengingatkan saya pada film Speed yang dimainkan oleh Keanu Reeves dan Sandra Bullock (1994).

Mulai memasuki babak pertengahan film, intensitas pertarungan semakin meningkat dan seperti tak ada habisnya melawan anak buah Lee. Duet gundul --Tano dan Tejo-- ini mengingatkan saya pada Upin-Ipin tapi versi brutal yang mainannya AK-47 dan Shotgun.

Rika pun kebagian waktu buat bertarung dengan Ishmael, meskipun rasanya kurang lama dan banyak drama. Hingga akhirnya Ishmael melakukan pertarungan final dengan big boss, Lee di level puncak 𝘏𝘦𝘢𝘥𝘴𝘩𝘰𝘵 dengan segala daya dan upaya yang tersisa meskipun tak "sesakit" film laga The Raid 2.

𝘚𝘰𝘶𝘯𝘥𝘵𝘳𝘢𝘤𝘬, efek suara, dan tata musik di film ini juga asik nan apik. Mereka muncul di saat-saat yang tepat, dan berhasil menjadikan film ini sebagai satu kesatuan yang “lengkap”, utuh, dan tanpa terasa ada “cacat”. Sadis, namun sedikit dramatis. Adegan pertarungan, suara baku hantam, desing peluru, koreografi aksi, tulang patah, ceceran darah, diambil dari mata kamera yang dinamis, semua aspek aksinya memuaskan saya.

Adegan mandi darah khas Mo Brother pun disajikan dengan cukup baik meskipun gak sampai bikin mual ya. Kecantikan Chelsea di babak awal jadi bonus yang dibayar di muka, ke belakang sih gak bakal liat muka dia yang cantik lagi.

Overall, 𝘏𝘦𝘢𝘥𝘴𝘩𝘰𝘵 menjadi sajian laga yang sangat memuaskan untuk saya (ukuran Film Indonesia). Kekurangan film ini yaitu cerita yang tak terlalu kuat termaafkan oleh sisi aksinya yang brutal. Film ini untuk dewasa (21+) karena mengandung kekerasan dosis tinggi. Sangat tidak aman dikonsumsi anak-anak, kasian nanti perkembangan otak dan psikologisnya bisa terganggu.

Jombang, 1 Agustus 2020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Resensi yang sangat menggugah. Salam literasi, sukses selalu.

01 Aug
Balas

Alhamdulillah, terimakasih pak Edi. Btw, kita punya buku antologi bareng loh pak, saya baru ingat... hehe

02 Aug

Tulisan yang menarik minat pembaca tentang apa yang dituliskan,sukses bu

02 Aug
Balas

Terima kasih bu Mariani

02 Aug



search

New Post