Perkawinan yang aku jalani sudah menjadi sebuah jalinan keluarga utuh yang mengisi satu sama lain. Sebuah ikatan persahabatan antara suami istri, ikatan batin dengan anak-anak sungguh hal yang sangat saya syukuri.

Ibuku dan ibu suamiku (mertuaku sekarang) yang menjodohkan kami berdua. Ahay... Siti Nurbaya modern.. banyak yang mengistilahkan begitu. Dan..memang itulah adanya. Kulepaskan semua masa lalu. Kujalani yang ada dihadapanku. Seperti berjalan di kabut gelap, itulah aku menuju pernikahanku.

Usia kami terpaut jauh, 9tahun. Kami bertemu saat di pelaminan. Jangan tanya bagaimana kehidupan awal kami. Badai, ombak besar, hujan gerimis sampai banjir bandang, dalam rumah tanggaku selama 16 tahun pernikahan. Ketika putus asa menyapa, Allah selalu mengingatkanku akan tujuan awal aku menikah. Ya..sebelum menikah, aku berniat hanya ingin menggenapkan sebagian agamaku. Itu saja yang kupegang.

Alhamdulillah...badai berlalu. Kami saling belajar. Saya turunkan ego saya demi menyeimbangkan dengan suami. Bukan hal yang mudah, tapi bukan hal yang tidak mungkin. Karena bagiku itulah keluarga. Itulah keseimbangan. Karena aku bukanlah Siti Nurbaya...