Anengsih Anengsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Belajar Menulis Cerpen Si Cantik Nan Santun

Belajar Menulis Cerpen Si Cantik Nan Santun

SI CANTIK NAN SANTUN

Karya: Anengsih, S.Pd

Santun, rajin, dan bertanggung jawab begitu dekat kukenal dia. Selalu melangkah terdepan dan mau melakukan apapun untuk kemajuan sekolah, terlihat kalem tapi ramah hingga aku pun tak pernah bosan memperhatikannya. Walau terkadang lambat menyelesaikan tugas itu karena banyak program sekolah yang harus diselesaikannya.

"Anak-anakku hari ini kalian belajar sampai istirahat kedua, selanjutnya bersih-bersih dan merapihkan tanaman" Ucap ku siang itu.

'Horeee... " teriak anak-anak kelas IX begitu gembira. Kegembiraan mereka terlihat karena merasa akan bebas belajar.

"Assalamualaikum... " Terdengar Ketua OSIS mengumumkan nama pengurus OSIS yang bertugas mengecek kebersihan seluruh kelas dan lingkungan termasuk mengecek kebersihan drainase, kesesuaian isi tempat sampah dan pendaurulangan sampah.

Di kelasku, mereka bekerja penuh semangat sesuai dengan tugasnya masing-masing. Keceriaan itu disertai canda tawa tetapi tetap sambil melakukan kegiatan. Kebersamaan mereka begitu indah dan membahagiakan hatiku. Keceriaan mereka, kejailan para jejaka, kecerewetan pelajar cantik menghiasi kenangan manisku dan menyertai perubahan usiaku yang kan menjadi kenangan terindah bersama tingkah mereka yang sesuai usia mereka yang berperilaku unik dan lucu. Mereka saling koreksi dan saling mengingatkan satu sama lain, tanpa ada rasa dendam …

"Bruk... " terdengar suara keras di luar kelas. Akupun kaget dan tiba- tiba Gina berlari menghampiriku.

"Buuu sinii... Ibuu siniii... " teriak Gina terlihat pucat ketakutan.

Aku pun kaget dan bergegas lari menuju kerumunan anak-anak. Ada apa ya dengan kerumunan itu? Pikirku penah rasa takut.

"Ada apa? " ucapku tanpa menunggu jawaban. Aku buka kerumunan mereka.

Di depanku terlihat wajah yang bengis, menangis, tangan mengepal, gigi menggerat menahan amarah. Aku berusaha tenang dan berpikir keras bagaimana berucap agar dia tidak tambah marah.

"Galih... Sabar ya nak... Baca istigfar" ucapku pelan.

Tanpa meminta persetujuannya aku pun membawa si Galih ke dalam kelas, disusul Natasya ketua OSIS cantik itu.

Galih menunduk bisu, Natasya mengawali pembicaraan.

"Galih, kau sahabatku... Ku tahu kau adalah teman yang baik, tak banyak bicara, santun, walau kadang mudah tersinggung. Yu kita istigfar bersama agar kita bisa mengalahkan amarah karena amarah tidak membawa kebaikan," tandas Natasya begitu bijak. Akhirnya aku pun sempat berpikir selain bertanggung jawab ketua OSIS ini memiliki rasa solidaritas yang tinggi.

"Fokus kita saat ini untuk melakukan kegiatan kebersihan, sekolah kita kan sekolah adiwiyata. Kita harus mampu bertahan dalam predikat sekolah sehat berwawasan lingkungan yang indah dan nyaman untuk belajar. Yu semangat, kita buat sekolah kita nyaman untuk belajar! " rayuku pada Galih agar hatinya lebih tenang.

"Saya kecewa buuu dengan teman-teman! " teriak Galih penuh kesal.

Kubiarkan Si Galih berucap kesal panjang lebar dengan harapan mengurangi kekesalan dalam dirinya. Pandanganku tertuju pada Natasya. Ko ada dia ya di kelas ini? Pikirku, padahal dia kan dari kelas lain.

Natasya pun seakan paham dengan pikirku.

“Maaf bu Natasya ada di sini tadi kebetulan lewat, melihat Galih dan anak-anak sedang bertengkar. Mereka sudah Natasya ingatkan agar diam tapi yaa … namanya juga anak-anak bu nyerocos terus,” Lapor Natasya Panjang lebar.

“Oke terima kasih Say, kamu memang the best salalu ada untuk kita semua,” Jawabku lirih.

“ Aaah ibu bisa aja … “ jawab Natasya malu-malu.

Setelah terlihat tenang akupun berusaha beralih perhatian ke Galih.

“Galih, ada apa sebenarnya Nak?” tanyaku penuh rasa ingin tahu.

“ Hmmm ….” Geram Galih sambal terisak. “Saya memang pendiam bu, selalu sabar jika diledek dan dikata-kata jelek oleh mereka! Saya selalu gak pernah melawan ejekan mereka! Tapi saat ini sudah keterlaluan bu!” ucap Galih masih penuh amarah.

Aku sengaja membiarkan Galih mengeluarkan unek-uneknya, agar kemarahannya bisa reda. Benar kata Natasya kemarahan tidak akan bisa menyelesaikan masalah dan hanya akan menyisakan rasa sakit hati orang lain yang berkepanjangan. Bijak sekali ketua OSIS cantik ini.

“Galih… soleh… ibu yakin kamu adalah orang sabar, dengan kesabaran akan membuat mereka malu sendiri dengan sikap dan perilakunya, kita doakan saja semoga mereka menjadi orang baik ya Nak!” ungkapku perlahan tapi pasti.

“Natasya temani Galih dulu ya Nak, ibu mau mengecek anak-anak dulu di luar,” pintaku pada Natasya. Natasya mengedipkan mata seakan paham yang harus dilakukan.

“Galih … ga boleh gitu atuh, masa marah-marah ke teman kamu sendiri?” terdengar pelan bisikan Natasa.

“Biarkan orang lain melakukan ekspresi sendiri asal tidak mengganggumu” tambah Natasya pelan.

“Aku … aku …” terdengar terbata-bata suara Galih …

“Aku suka iri melihat keakraban mereka dengan teman-temannya,” jawab Galih ragu.

“Oooh …. “ Natasya terdiam seakan tak mengerti dengan perasaan Galih.

Depan pintu bertemu Gina. “Gin, Si Galih beradu mulutnya dengan siapa Neng?” tanyaku pelan.

“Dengan Rikma Bu… tuh Rikma masih cemberut Bu!” jawab Gina penuh harap.

Perlahan kudekati Rikma. “Rik, ada apa Nak? Biasanya Rikma anak ibu yang paling bijak. Ko hari ini marah-marah?” tanyaku penasaran.

“Itu buuu Si Galih yang tiba-tiba marah melihat Rikma sedang ngobrol sama Riani, mungkin Galih cemburu bu..” jawab Rendi membela temannya.

“Benar Buu … sepertinya Galih gak suka melihat Rikma suka ngobrol dengan Riani,” tambah Gina membela Rikma.

“Yu yang lain fokus membersihkan halaman kelas dan lingkungan sekolah sesuai tugas masing-masing, semangat ya demi kesuksesan sekolah kita, sekolah Adiwiyata dan sekolah titik pantau Adipura … “ jawabku berusaha mengalihkan pembicaraan.

“Yu teman-teman kita selesaikan tugas kita!” pinta Gina pada teman-temannya.

“Rikma soleh, ibu yakin kamu anak baik. Meminta maaf bukan hanya dilakukan orang yang salah tetapi selalu dilakukan oleh orang baik dan bijak, untuk menjalin kekeluargaan kelas kita sebaiknya kita saling meminta maaf. Untuk mematikan api bukan harus dengan api tapi dengan air kan? Nah anggap saja Galih sedang jadi api, maka Rikma jadilah air ya Nak!” pintaku penuh harap.

“Iya bu, tapi dengan satu syarat Galih pun jangan selalu marah sama aku,” keluh Rikma pelan.

“Oke, siap! Yu kita bicara baik-baik ya …” jawabku pada Rikma. “Yang lain selesaikan ya merawat tanaman di depan kelas!” tambahku pada siswa lain.

“Ya Buu …” Jawab mereka serentak.

Ada rasa bangga dan Bahagia di hatiku karena mereka begitu antusias melakukan kebersihan tanpa paksaan. “Semoga kalian menjadi anak yang sukses di masa depan,” doaku dalam hati.

Aku dan Rikma mendekati Galih dan Natasya. Terlihat Galih langsung memperlihatkan muka kecut karena terlihat kesal pada Rikma.

“Galih itu cakep jika ga lagi marah Nak, anak soleh biasanya bermuka manis bukan kecut ya …” ucapku sambil tersenyum menggoda berusaha menetralkan suasana. “Tuh lihat Natasya yang tidak pernah terlihat marah, ibu senang melihatnya apalagi cowok yang normal pasti mau tersenyum untuk Natasya!” godaku pada Natasya.

Natasya pun tersipu malu. Begitu pula Rikma dan Galih terlihat tersenyum manis pada Natasya. Lega hatiku melihat situasi saat itu.

“Ayo anak-anak soleh ibu, saling bersalaman untuk saling memaafkan!” pintaku setengah memaksa.

Kutarik tangan Galih sambal mengedipkan mata ke Natasya agar menarik tangan Rikma. Akhirnya walau mereka sedikit terpaksa saling bersalaman begitu erat.

“Peluklah Galih, Rik!” seruku perlahan. Mereka pun saling berpelukan dan aku pun memeluk Si Santun nan cantik itu dengan erat. Bahagiku, bahagimu, bahagia kita bersama. “terima kasih anak-anakku, kalian sudah memberi kebahagiaan padauk,” ucapku dalam hati.

Jika kita memberi kebahagiaan kepada orang lain maka akan datang kembali kebahagiaan kepada kita walau entah dari mana asalnya kebahagiaan itu. Yang jelas Aloh mencintai orang-orang baik yang selalu berbagi kebahagiaan bukan berbagi kejelekan. Semoga sekolah kita tetap mendapat predikat sekolah Adiwiyata yaa … karena kita melakukan segalanya dengan tujuan berbagi kebahagiaan.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post