Andy Firmansyah

Seorang Pengawas MI & RA kab. Malang Jatim...

Selengkapnya
Navigasi Web
Antara Kaya & Miskin
Tukang Ngarit

Antara Kaya & Miskin

Kiri kanan jalanan setapak itu, banyak tumbuh pepohonan yang rindang menghijau, walau saat ini musim kemarau.

Sebagian dari daunnya yang menguning mùlai melayang dan jatuh berguguran ketanah, terinjak orang,

'Gemresek!' bunyinya.

Lalu lalang orang yang tiada pernah sepi menjadikan jalan tanah itu sangat disukai siapa saja yang berjalan.

Seperti menikmati pemandangan dalam kepungan pepohonan rindang.

Dari jarak yang tak jauh, nampaklah lelaki yang bernama San sedang memikul rumput hasilnya mengarit (nyabit/potong řumput).

Dibelakangnya terlihat ada yang mengejar dengan napasnya yang ngos-ngosan berlari-lari sesekali tersandung.

Ketika pas dibelakangnya, panggilan itu terdengar.

"San" sambil tangan kanannya menepuk bahu San.

San sedikit terkejut dan menoleh kebelakang,

"O, tak kira siapa...Sul...ada apa? kok ngos-ngosan Sul...?"

Sul megatur napasnya yang turun naik dan terdengar cepat.

Setelah dirasa agak tenang, mulailah ia berkata, "Iya, la kan ngejar kamu...San"

"Kenapa dikejar...? kan kamu bisa panggil aku. Aku yang akan menghampirimu...Memangnya ada apa?" San sembari mengajakknya duduk dibawah pohon yang akarnya menyembul besar kepermukaan tanah.

"San...kamu kaya San. Kamu kaya!"

"Lah?! kok bisa. Kenapa tiba-tiba kau bicara seperti itu?..lihatlah Sul, aku ini orang miskin Sul. Aku ngarit setiap hari. Tubuhku bau kecut keringat. Kotor tak bersih kayak dirimu. Kamu wangi Sul"

"San. Kalau ada sate kamu mau? pecel mau? gulai mau? rawon mau? bakso mau? gado-gado mau? soto mau? mau San?"

San mengangguk, hanya bengong saja dan kemudian menjàwab,

"Ya semua aku mau Sul. Tapi aku gak punya uang untuk membelinya"

"Tapi kau mau memakannya kan?"

"Siapa yang nolak makanan-makanan lezat itu Sul...bergurau aja kau ini. Semua pasti akan kulahap tanpa sisa."

"San, lihatlah San...ini pisang mentah." Sembari mengeluarkan sebuah pisang hijau dalam saku celananya. "Kumasak dulu baru bisa kumakan. Inilah yang bisa kumakan sehari-hari. Makanan wajibku. Tak seperti kamu yang bisa memakan apa aja. Kamu enak San, gak ada pantangan dalam makan apa aja. Dan pil ini San," Mengeluarkan pil kuning dari saku bajunya. "Harus kumakan setiap hari. Kau tahu harganya? satu bisa 1 juta. Dan itu iťu harus kumakan tiapa hari San. Bisakah kaubayangkan. Aku banyak uang tapi gak boleh makan apapun. Cuma pisang dan pil yang mahal ini San. Kaya mana kau sama aku San?"

San hanya mengangguk saja, dan berbalik badan meninggalkan Sul dengan rumput hijau dipikulnya. Langkah demi langkah San menuju kerumah menemui keluarganya.

Dirumah sudah siap pecel dan tempe kesukaannya. Sudah siap makanan seadanya itu dirumah.

Sul bengong dengan San yang tiba-tiba berbalik meninggalkannya. Ia hanya bisa memandangnya hingga San lenyap dari pandangan matanya.

...

Sul berdiri dan langkahnya gontai tiada semangat.

Entah ia pergi kemana, yang pasti tidak menuju pulang kerumahnya.

***

Selang satu bulan Sul pun meninggal karena penyakit komplikasi akut yang telah lama dideritanya.

Sebelumnya San adalah tukang angon wedhus dirumah Sul. Karena suatu hal yang tak jelas sabab musababnya Sul memecat San.

Gondanglegi

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post