Pentingnya Pendidikan Karakter Bagi Siswa Sekolah Dasar
Dalam bahasa Jawa pendidikan berarti panggulawentah (pengolahan), mengolah, mengubah, kejiwaan, mematangkan perasaan, pikiran dan watak, mengubah kepribadian sang anak.. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, pendidikan berasal dari kata dasar "didik" (mendidik), yaitu memelihara dan memberi latihan (ajaran pimpinan) mengenai akhlak dan kecerdasan pikiran.
Pendidikan merupakan suatu investasi yang paling berharga dalam bentuk peningkatan kualitas sumber daya insani untuk pembangunan suatu bangsa. Semakin tinggi pendidikan yang dimiliki suatu masyarakat, maka semakin majulah bangsa tersebut. Sehingga tercapai masyarakat berpendidikan dan berkhlakul karimah yang dapat membawa kemajuan dalam berbagai bidang. Dengan adanya pendidikan, dapat meningkatkan kualitas moral, pengetahuan dan teknologi. Maka dari itu, sangat diperlukan adanya kesinergian antara pendidikan dan sumber daya manusia.
Pendidikan karakter pada dasarnya adalah suatu proses pendidikan yang bertujuan untuk membangun karakter dari anak didik. Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan dilakukan tidak hanya untuk memberikan anak ilmu pengetahuan tetapi juga untuk menanamkan nilai-nilai dan norma-norama yang ada dalam masyarakat agar ia bisa tumbuh dengan memahami nilai dan norma tersebut dan bisa membaur dalam kehidupan bermasyarakat di kemudian hari serta dapat mengamalkan apa yang ia peroleh dari pendidikan tersebut.
Karakter manusia telah melekat pada kepribadian seseorang dan ditunjukkan dalam perilaku kehidupannya sehari-hari. Sejak lahir, manusia telah memiliki potensi karakter yang ditunjukkan oleh kemampuan kognitif dan sifat-sifat bawaannya. Karakter bawaan akan berkembang jika mendapat sentuhan pengalaman belajar dari lingkungannya. Keluarga merupakan lingkungan belajar pertama yang diperoleh anak dan akan menjadi fondasi yang kuat untuk membentuk karakter setelah dewasa.
Pendidikan karakter telah lama menjadi perhatian pemerintah. Dalam Undang-undang nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada pasal 1 (satu) antara lain disebutkan bahwa pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. Selain di dalam Undang-undang, karakter positif juga banyak ditulis dalam visi dan misi lembaga pendidikan. Pada umumnya, lembaga pendidikan menyusun visi yang tidak hanya bermuatan untuk menjadikan lulusannya cerdas tetapi juga berakhlak mulia.
Pendidikan karakter menjadi isu strategis dalam konteks pendidikan di Indonesia, hal ini berkaitan dengan krisis moral yang terjadi belakangan ini. Di mana, hampir semua kasus yang terjadi ditengarai akibat kegagalan pendidikan karakter yang diberikan oleh lembaga-lembaga pendidikan. Kasus-kasus yang beskala nasional misalnya banyak dipicu oleh kurang dalamnya proses pendidikan akhlak yang diberikan di sekolah dan di lingkungan keluarga.
Karakter siswa SD bisa dibangun melalui berbagai macam cara, midsalnya dalam pembelajaran matematika yaitu dengan melatih siswa konsisten dalam berpikir, konsisten dalam memakai istilah dan konsisten dalam perhitungan. Cara lain juga dapat dilakukan dengan melatih siswa disiplin dalam menggunakan waktu, toleransi dengan menghormati pendapat orang lain dalam pembelajaran. Peristiwa-peristiwa tersebut dapat terjadi dalam interaksi siswa dengan siswa maupun siswa dengan guru baik secara diskusi kelas, maupun diskusi kelompok. Hal ini juga sesuai dengan karakter matematika yang. melatih siswa untuk berpikir kritis dan logis. Ada beberapa hal yang berhubungan dengan pengelolaan proses belajar-mengajar matematika di SD, antara lain pengetahuan guru, terbatasnya dana dan sarana untuk membuat atau mengadakan serta menggunakan media, termasuk alat peraga dalam pembelajaran matematika. Selain itu peranan alat peraga dalam mengajarkan matematika di SD penting dan itu telah diketahui oleh sebagian besar pengelola pendidikan.
Pembentukan karakter anak usia dini dapat mengikuti suatu pola tertentu, yaitu suatu perilaku yang teratur, disiplin, dan baku (sesuai standar) artinya berbagai jenis dan pola perilaku tersebut dapat di kembangkan melalui penjadwalan secara terus menerus hingga perilaku yang diharapkan melekat pada anak secara kuat dan menjadi bagian dari perilaku positif. Di sekolah, para guru pada wajib menunjukkan teladan kepada siswa, hal ini menuntut para guru untuk menjadi suri teladan. Menunjukkan keteladanan juga berarti para guru harus mampu menunjukkan kepada siswa tokoh-tokoh yang pantas untuk diteladani, karena yang menjadi persoalan saat ini adalah terjadinya krisis keteladanan dimana siswa kesulitan dalam mencari contoh teladan yang baik (uswah hasanah) atau living moral exemplary terutama di lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.
Andika Puspitasari, Pendidik
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar