Andamdewi

Seorang guru di SMK N 5 Pangkalpinang...

Selengkapnya
Navigasi Web
Recehan

Recehan

#Tantangan Menulis Gurusiana 365 Hari, Hari Ke-7

Uang receh. Kebanyakan sekarang ini uang receh seakan tidak lagi bernilai. Jangankan uang receh lima puluh rupiah, uang receh seribu rupiah pun seakan sudah dipandang sebelah mata. Bahkan sering dianggap tidak berguna.

Beberapa kasus yang pernah saya temui membuktikan bahwa uang receh seperti tidak berharga lagi. Satu ketika saya pernah melihat orang yang menyapu dedaunan di halaman rumahnya, disana ada dua buah uang logam senilai dua ratus rupiah. Tapi orang itu dengan santainya menyapu recehan itu ikut serta masuk dalam sekop sampah bersama dedaunan yang disapunya. Disituasi yang berbeda tepatnya di satu kelas, terlihat anak – anak sedang membersihkan kelasnya. Saat mereka menyapu kelasnya terlihat ada satu uang logam disana. Namun mereka mengabaikan uang logam itu dan tetap menyapunya bersama sampah –sampah lainnya. Uang recehan sering juga diberikan kepada pengemis atau pengamen jalanan. Mungkin karena uang receh itu tidak berharga bagi pemiliknya. Kemudian diberikan saja kepada mereka. Lalu apakah pengemis dan pengamen itu sama tidak berharganya dengan uang –uang recehan itu?. Bukankah agama mengajarkan kita untuk memberikan sesuatu kepada orang lain itu jangan sesuatu yang tidak kita sukai. Artinya kita tidak menyukai suatu benda dahulu baru kemudian diberikan kepada orang lain. Sama halnya jika seseorang memberi makanan pada seekor kucing. Kebanyakan orang akan memakan dagingnya terlebih dahulu baru kemudian tulangnya diberikan pada kucing. Atau kita merasakan rasa yang tidak enak dari makanan yang kita makan, baru kemudian kita memberikannya kepada yang mau memakannya. Bagaimana jika kejadian itu berbalik kepada diri kita?.

Hari ini aku memasak makanan hasil dari uang recehan. Menu yang ku buat hari ini adalah sambal telur, tumis toge campur tahu, dan ikan asin bulu ayam goreng tepung. Kebetulan saat aku membayaranya dengan pecahan uang lima puluh ribu, ibu penjual sayur itu tidak punya kembalian. Ia meminta uang pas saja, tapi aku hanya punya uang recehan selain pecahan lima puluh ribu tadi. Ia pun tidak keberatan menerimanya. Aku sendiri tidak tahu pasti apakah recehan yang ada dalam dompetku itu cukup atau tidak sejumlah uang belanja yang harus kubayarkan yaitu empat belas ribu lima ratus rupiah. Saat aku merogoh recehan – recehan yang ada dalam dompet aku coba menghitungnya terlebih dahulu. Aku temui uang logam senilai seribu rupiah sebanyak sepuluh buah, uang logam senilai lima ratus rupiah sebanyak sembilan buah, dan selebihnya pecahan logam senilai seratus dan dua ratus rupiah. Saat aku menghitungnya ternyata total nilai uang logam itu hampir mencapai delapan belas ribu rupiah. Kemudian aku membayarkannya kepada ibu penjual sayur dan ia menerimanya dengan senang hati. Padahal jujur aku merasa tidak enak hati membayarnya dengan uang - uang recehan itu.

Saat kembali ke rumah, aku langsung mengolah bahan – bahan masakan sesuai dengan menu yang direncanakan. Setelah selesai semua, aku dan anak – anak menyantapnya bersama, sambil sesekali aku memandangi lauk pauk yang ada dihadapan mataku. Ini semua dibeli dengan uang recehan. Uang recehan yang mengubahnya menjadi nikmat rezeki pada hari ini.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Recehan bisa jadi lesehan

12 Jun
Balas

hahaha....bisa. Terimakasih ibu sudah singgah dicoretan saya

12 Jun



search

New Post