Anah Tiranda

Saya Anah Tiranda adalah seorang guru di SMKN Enrekang, Sulawesi Selatan. Saat ini saya mengampu mata pelajaran produktif OTKP. Saya mulai lagi menyukai k...

Selengkapnya
Navigasi Web
AKU KAN KEMBALI UNTUKMU (32)

AKU KAN KEMBALI UNTUKMU (32)

AKU KAN KEMBALI UNTUKMU (32)

Amel sangat menikmati es krimnya. Budi sendiri menikmati cara Amel melahap es krimnya. Dia juga hanya menggaruk-garuk es krim itu tanpa berniat memakannya. Menatap Amel, ada sedikit nyeri di hatinya. Teringat kembali perkataan Rahmawati.

"Hei! Kenapa melamun saja. Itu es krimnya meleleh," sahut Amel menyadarkan Budi. "Kamu lagi ada masalah, ya? Dari tadi aku melihat kamu sedikit tidak nyaman."

"Ah, tidak ada. Semuanya aman terkendali." Budi berusaha menutupi gelisahnya.

"Amel, suatu saat bila ada hal yang akan mengganggu hubungan kita, Aku minta Kamu jangan melepaskan genggamanmu dariku. Mari kita hadapi badai itu bersama, melangkah terus jangan berhenti hingga kita melwwati badai ini." Ucapan Budi yang disertai tatapan mata penuh pengharapan itu membuat Amel merasa merinding.

"Ada apa, Mas? Kok bicaranya berat amat kedengarannya. Menang badai bagaimana yang akan kita temui?" Walaupun Amel berbicara seolah dia tidak paham namun dalam hatinya dia juga merasakan hal yang sama. Ingatannya akan pesan-pesan misterius itu serta peringatan ibunya sesaat setelah silahturahmi keluarga Budi membuat hatinya merasa ketar-ketir.

Budi menghela nafas lalu mengembusnya seolah ingin melepas beban hatinya.

"Rahmawati."

"Kenapa dia?"

"Ternyata dia menyimpan perasaan padaku." Budi lalu menceritakan kejadian pagi ini di rumahnya.

"Maaf, Mas sendiri bagaimana?"

"Mel, dia adalah adikku walaupun kami bukan saudara kandung. Kami tumbuh bersama dan selama ini aku menjaganya sebagai adikku."

"Terus apanya yang perlu dikuatirkan kalau Mas tidak ada perasaan lain?"

"Rahma adalah orang yang tidak mau keinginannya ditentang. Dia akan mengusahakan apapun untuk mencapai keinginannya. Dari kecil seperti itu dan kami selalu mengikuti apa maunya. Apalagi ayah dan ibu. Mungkin karena dia selalu dimanja hingga dia seperti itu."

"Terus, harus gimana, Mas."

"Kamu tetap seperti biasa saja. Anggaplah kamu belum mengetahui sesuatu. Bersikap wajarlah pada Rahma. Nanti kalau kamu mau dan bisa, aku ajak kamu main ke rumahku."

"Ih, Amel takut, Mas. Amel tidak bisa berpura-pura begitu.

"Ya nanti kita pelan-pelan saja bersikap pada Rahma. Mudah-mudahan ayah dan ibu bisa membujuknya."

"Mas, kita pulang, yuk.*

"Aku sebenarnya masih ingin sama kamu."

"Tapi ini sudah sore, Mas. Mas juga harus mempersiapkan diri untuk rapat besok kan?”

Budi akhirnya bangkit dari kursi, demikian pula Amel. Mereka berjalan menuju parkiran untuk mengambil motor Budi dan pulang.

Kalosi, 16 Maret 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Waah jd novel indah..lnjtken...

24 Mar
Balas

Kereeen ceritanya bunda Anah, sehat dan sukses selalu bun...

21 Mar
Balas



search

New Post