amir amirudin

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Spektrum Kebaruan di SMP Islam Al Azhar 9 Bekasi

Spektrum Kebaruan di SMP Islam Al Azhar 9 Bekasi

Spektrum Kebaruan di SMP Islam Al Azhar 9 Bekasi

Oleh: amirudin, M.Pd.

Daya Dorong Kebaruan

Pola pikir atau mindset merupakan elemen penting dalam unsur kebaruan. Mindset sendiri berarti serangkaian pola pikir yang membentuk keyakinan untuk cara berpikir memahami segalanya. Mindset akan memengaruhi pandangan dan cara seseorang dalam mengambil keputusan. Sebelum seseorang mengambil keputusan untuk berubah menuju kebaruan, dipastikan ia telah melalui pergulatan atau dialog dalam dirinya mengapa ia harus berubah, bergerak, dan keluar dari zona nyamannya. Demikian pula dapat dipastikan ia telah mempunyai suatu alasan untuk meninggalkan masa lalunya. Dua hal tersebut yakni pergulatan pemikiran dan alasan perubahan didahului oleh ilmu, pengetahuan, wawasan, gairah, masukan dan saran orang lain, dan inspirasi serta ilham yang seseorang dapatkan, bahkan situasi atau suasana genting, keterpaksaan atau kepepet dapat pula menjadi faktor yang mendorong lahirnya suatu kebaruan dan perubahan. Kita juga mengakui terdapat pula kebaruan yang terjadi secara alamiah. Ia maujud dalam kehidupan nyata sehari-hari dalam konstruksi perubahan sel-sel tubuh makhluk hidup yang senantiasa mengalami pembaruan berupa pembelahan untuk mengganti sel tubuh terdahulu yang rusak.

Spektrum dalam konteks ini mengarah kepada rangkaian atau urutan yang berkesinambungan dari sebuah nuansa kebaruan di SMP Islam Al Azhar 9 Bekasi. Kebaruan tersebut terkait dengan beberapa hal yang sedang berlangsung dan terjadi baru-baru ini di sekolah dalam kurun waktu satu semester berjalan di tahun ajaran 2021/2022. Spektrum atau nuansa kebaruan tersebut dimulai dari pola pikir, ide-ide, dan gagasan dari civitas akademika sekolah, sehingga dapat dikonkretkan dalam wujud bentuk program baru sekolah dan layanan kelas.

 

Dendang syair Imam Syafi’i (150-204 H)

Kebaruan ide dan pola pemikiran (mindset), sikap, dan kinerja, sampai kebaruan budaya dan citra organisasi yang dirasa sudah harus ditinggalkan demi menciptakan sinergi yang kuat dan kekinian merupakan keniscayaan. Seperti yang kita ketahui, bahwa semua organisasi yang sehat harus memiliki kebaruan dalam setiap tantangan yang muncul. Rasa ingin maju menyesuaikan tuntutan jaman dan tuntutan sosial sering memotivasi orang untuk melakukan tantangan besar, di mana diharapkan sekaligus dapat memenuhi juga aktualisasi dirinya sendiri khususnya, dan dalam lingkup organisasi dan lingkungan kerja pada umumnya. Motivasi kebaruan juga dilatarbelakangi oleh rasa bosan akan sesuatu hal yang sudah sekian lama dijalani. Sangat tepat syair Imam Syafi’i yang menyiratkan bahwa kita harus selalu bergerak, karena salah satu fitrah kita memang bergerak. Bergerak menandakan kita dinamis dan aktif.

Untaian syair yang didendangkan Imam Syafi’i rahimahullah tentang perubahan dan kebaruan terekam apik dalam kitab Diwan al-Imam asy-Syafi’i sebagai berikut:

v  إِنِّيْ رَأَيْتُ وُقُوْفَ الْمَاءِ يُفْسِدُهُ

          إِنْ سَالَ طَابَ وَإِنْ لَمْ يَجْرِ لَمْ يَطِبِ

v  اْلأُسْدُ لَوْلاَ فِرَاقُ الْغَابِ مَا افْتَرَسَتْ

وَالسَّهْمُ لَوْلاَ فِرَاقُ الْقَوْسِ لَمْ يُصِبِ

Saya berpendapat bahwa air kalau tetap di suatu tempat,

Ia akan busuk,

Kalau ia mengalir barulah ia bersih,

Dan kalau tidak mengalir, akan menjadi kotor.

 

Singa kalau tidak keluar dari sarangnya,

Ia tak akan dapat makan.

Anak panah kalau tak meluncur dari busurnya,

Ia tak akan mengena.

 

Syair tersebut mengajak kita untuk keluar dan pergi menjemput impian dan hal-hal baru yang membawa kelimpahan, seperti kesehatan, rezeki, dan keberkahan. Air yang mengalir menandakan kebersihan, kejernihan, dan kesehatan. Singa yang mendapatkan makanan saat ia keluar dari gua mengisyaratkan kelimpahan rezeki saat keluar dari zona nyaman. Sementara anak panah yang melesat keluar dari busurnya dan mengenai tepat pada sasarannya mengungkapkan makna ketercapaian meraih impian yang terwujud jika kita melesat terbang jauh dari ketergantungan buaian kemalasan, berpasrah diri, dan ketergantungan terhadap orang tua dan lingkungan yang nyaman.

            Sebuah slogan atau kata-kata mutiara hikmah yang sering kita dengar mengatakan, فِي الْحَــرَكَةِ بَرَكَةٌ atau “Dalam gerak terdapat keberkahan”, meskipun yang popular adalah الْحَــــرَكَةُ بَرَكَةٌ. Lebih lengkapnya, slogan atau kata-kata mutiara hikmah tersebut berbunyi:

Bergeraklah, karena dalam gerak terdapat keberkahan  تَحَرَّكْ، فَإِنَّ فِي الْحَرَكَةِ بَرَكَةٌ =

Dengan demikian, bergerak merupakan prasyarat keberkahan. Bergeraklah dahulu, niscaya keberkahan menanti. Jika kita terus bergerak, berkreasi, dan berinovasi maka dapat dipastikan keberkahan senantiasa dapat diraih. Rezeki atau anugerah Allah dijanjikan akan menyertai mereka yang bergerak atau berhijrah. Hal ini sebagaimana disinggung dalam Al-Qur`an surat An-Nisa` ayat 100 sebagai berikut:

وَمَن يُهَاجِرْ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ يَجِدْ فِى ٱلْأَرْضِ مُرَٰغَمًا كَثِيرًا وَسَعَةً  وَمَن يَخْرُجْ مِن بَيْتِهِۦ مُهَاجِرًا إِلَى ٱللَّهِ وَرَسُولِهِۦ ثُمَّ يُدْرِكْهُ ٱلْمَوْتُ فَقَدْ وَقَعَ أَجْرُهُۥ عَلَى ٱللَّهِ وَكَانَ ٱللَّهُ غَفُورًا رَّحِيمًا

Artinya: Barangsiapa berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka mendapati di muka bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak. Barangsiapa keluar dari rumahnya dengan maksud berhijrah kepada Allah dan Rasul-Nya, kemudian kematian menimpanya (sebelum sampai ke tempat yang dituju), maka sungguh telah tetap pahalanya di sisi Allah. Dan adalah Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

Menurut Tafsir as-Sa'di, karya Syaikh Abdurrahman bin Nashir as-Sa'di, pakar tafsir abad 14 H, ayat ini sebagai suatu penjelasan dan suatu anjuran untuk berhijrah dan dorongan serta penjelasan tetang kemaslahatan yang terkandung di dalamnya, dan Allah Yang Maha menepati janji itu telah menjanjikan bahwa barang siapa yang berhijrah ke jalan-Nya dengan hanya mengharap keridhaan-Nya, ia akan mendapatkan tempat yang luas dan rezeki yang melimpah, tempat yang luas itu mencakup kemaslahatan-kemaslahatan agama, dan rizki yang melimpah mencakup juga kemaslahatan-kemaslahatan dunia.

Meskipun demikian, program-program lama yang baik, tetap harus dilestarikan, dengan tetap mengupayakan program-program baru yang lebih baik lagi. Hal ini sesuai kaidah yang Ushul Fiqh sebagai berikut:

اَلْمُحَافَظَةُ عَلَى الْقَدِيْمِ الصَّالِحِ وَالْأَخْذُ بِالْجَدِيْدِ الْأَصْلَحِ

Artinya: Melestarikan nilai-nilai lama yang baik, dan mengupayakan nilai-nilai baru yang lebih baik.

            Dengan memahami kaidah ini, maka nilai kontinuitas dan kesinambungan sebuah visi misi serta program yang sedang berjalan masih bisa dipegang teguh sehingga stabilitas sebuah organisasi dapat terjaga. Namun sikap ini tidak kemudian menumpulkan dan memarginalkan ide-ide pembaruan dan inovasi-inovasi program kebaruan yang diusung. Hal ini berpijak pada tabiat manusia yang senang dengan hal-hal yang baru, sebagai makhluk yang dianugerahi potensi mencipta dari Sang Maha Pencipta, yaitu Allah SWT. Dia (baca: manusia) akan terus melakukan kreasi-kreasi dan patron baru sebagai implementasi fungsi kekhalifahan yang diembannya untuk terus memakmurkan bumi. 

Sekolah Berkarakter

Layanan kelas yang telah berjalan selama ini di SMP Islam al Azhar 9 Bekasi, yaitu kelas Tahfizh dan Bilingual dapat terus berjalan dengan tetap beradaptasi dan dikemas dalam model pembelajaran hybrid learning. Perkembangan teknologi yang semakin pesat terus membuat sistem pendidikan di Indonesia lebih baik dan lebih maju mengikuti negara lain. Sistem pendidikan terus mengalami perkembangan dari yang hanya menggunakan sistem konvensional beralih ke sistem yang serba digital. Awalnya proses belajar mengajar hanya terjadi di ruang kelas, namun sekarang proses belajar mengajar tak terikat oleh ruang dan waktu. Apalagi dengan adanya pandemi seperti saat ini, pembelajaran daring menjadi model yang harus digunakan. Ketika pemerintah sudah melonggarkan pembelajaran tatap muka secara bertahap, maka pembelajaran hybrid learning atau blended learning menjadi pilihan,

Selanjutnya, program kebaruan di SMP Islam Al Azhar 9 adalah layanan kelas karakter secara spesifik dan sekolah berkarakter secara umum. Secara konsep dan teori sekolah berkarakter didasarkan pada tujuan pendidikan nasional. Sebagaimana yang kita ketahui bersama dalam Undang-Undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, Pasal 3 bahwa tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

Dari tujuan pendidikan nasional inilah, tergambar bahwa konsep pendidikan lebih diarahkan pada pembentukan akhlak yang mulia. Dengan demikian, sekolah berkarakter adalah upaya sekolah untuk menanamkan nilai-nilai budaya karakter atau akhlak mulia dalam diri setiap warga sekolah melalui berbagai kegiatan baik dalam proses pembelajaran intrakurikuler, ekstrakurikuler, maupun penciptaan suasana lingkungan sekolah sehingga budaya karakter menjadi sikap batin (believe system) serta menjadi landasan dalam bersikap dan bertingkah laku. Upaya untuk mewujudkannya dapat dipastikan tidak semudah membalikkan telapak tangan. Hal tersebut membutuhkan keteguhan dalam proses dan kesabaran dalam meraih tujuan yang tidak nampak dalam waktu singkat.

 

Mengajarkan Karakter

Thomas Lickona (1991: 51-53) dalam bukunya yang berjudul Educating For Character: How Our School Can Teach Respect and Responsibility menuliskan bahwa pendidikan karakter mengandung tiga unsur pokok, yaitu mengetahui kebaikan (knowing the good), mencintai kebaikan (desiring the good), dan melakukan kebaikan (doing the good). Di bagian lain, ia menyebutkan moral knowing, moral feeling, dan moral behavior sebagai komponen dari good character atau karakter mulia. Artinya, karakter mulia (akhlakul karimah) meliputi pengetahuan tentang kebaikan, lalu menimbulkan niat (desire), komitmen dan keinginan terhadap kebaikan, dan pada akhirnya mampu melakukan kebaikan. Dengan demikian, pendidikan karakter tidak hanya mengajarkan mana yang baik atau benar dan mana yang salah kepada murid, namun juga menanamkan pembiasaan tentang hal yang baik sehingga murid paham, bisa merasakan, dan mampu melakukan yang baik tersebut.

Secara teknis upaya implementasi pendidikan karakter di sekolah Al Azhar berdasarkan Panduan Penguatan Pendidikan Adab YPI Al Azhar (2019: 11) antara lain melalui:

1.      Bentuk penyampaian prinsip-prinsip, doktrin-doktrin, logika-logika, kisah-kisah, arahan-arahan yang membuat murid semakin kuat keyakinannya. (Ini dapat dikategorikan moral knowing menurut Thomas Lickona).

2.      Pembiasaan-pembiasaan dengan praktik langsung sehingga menjadi kebiasaan (habit) dan membudaya. (termasuk moral feeling menurut Thomas Lickona).

3.      Keteladanan seluruh stakeholder kampus yang meliputi pimpinan, staf, guru, pembina ekskul, pelatih ekskul, karyawan, security dan orang tua murid. (Thomas Lickona menyebutnya moral behavior)

Penanaman karakter atau adab dalam pembelajaran selalu diupayakan, dimulai dari penyambutan kedatangan murid dengan ucapan salam, memberikan senyuman, menanyakan kabar, menanyakan perasaan hari ini, lalu mengingatkan murid untuk tidak lupa berwudhu, dan selalu bersikap hormat kepada guru dan ramah kepada sesama teman, sampai pada kegiatan pembiasaan ikrar, berdoa, tadarus, dan aktivitas pembelajaran berbasis adab lainnya selama berlangsungnya KBM (baca: Adab dalam Belajar) baik di dalam kelas maupun di luar kelas.

 

 

 

Budaya Salam, Bersalaman, Cium Tangan dan The Power of a Handshake

Upaya kebaruan dalam hal penanaman karakter atau adab di SMP Islam al Azhar 9 Bekasi digagas dengan pembiasaan salam, bersalaman, cium tangan, dan sikap hormat kepada guru, karyawan, dan bahkan tamu yang datang, siapa pun mereka, baik orang tua murid maupun tamu umum lainnya.

            Mengucapkan salam adalah wujud doa dan penghormatan serta tahiyyah atau pembuka sapaan dalam Islam. Kita disunnahkan mengucapkan salam kepada sesama muslim yang kita temui, baik kita mengenalnya atau tidak, kepada orang dewasa atau anak kecil, kapan dan di manapun dan dalam kondisi apapun, kecuali jka terdapat larangan syar’i di dalamnya. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

أَوَلَا أَدُلُّكُمْ عَلَى شَيْءٍ إِذَا فَعَلْتُمُوْهُ تَحَابَبْتُمْ؟ أَفْشُوا السَّلَامَ بَيْنَكُمْ (رواه مسلم)

“Maukah aku tunjukkan kepada kalian satu perbuatan yang jika kalian melakukannya, niscaya kalian akan saling mencintai? Tebarkanlah salam di antara kalian.” (H.R. Muslim).

Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

يُسَلِّمُ الصَّغِيْرُ عَلَى الكَبِيْرِ، وَالْمَارُّ عَلَى الْقَاعِدِ، وَالْقَلِيْلُ عَلَى الْكَثِيرِ (رواه البخاري)

Anak kecil mengucapkan salam kepada orang tua, orang yang berjalan mengucapkan salam kepada orang yang sedang duduk, dan sekelompok orang (rombongan) yang lebih sedikit jumlahnya mengucapkan salam kepada rombongan yang jumlahnya lebih banyak.” (HR. Bukhari).

            Seperti kita ketahui, makna salam yang kita ucapkan “Assalamu’alaikum wa rahmatullahi wabarakatuh” adalah “Semoga keselamatan, rahmat Allah, serta keberkahan-Nya terlimpah kepada kalian”. Salam tidak lain adalah bentuk doa keselamatan, rahmat, dan berkah Allah melimpah kepada kita. Salam ini pun tidak berdiri sendiri, karena wajib dijawab oleh yang menerima ucapan salam  dengan “Wa’alaikumussalam wa rahmatullahi wabarakatuh” yang artinya, “Semoga keselamatan, rahmat Allah, serta keberkahan-Nya, terlimpah juga kepada kalian”. Jika tahiyyah atau sapaan salam ini diucapkan ribuan kali dan kita juga mendapatkan balasan ucapan yang sama ribuan kali, maka dampaknya yang demikian besar berupa keselamatan, rahmat, dan keberkahan dalam hidup kita selama ini tanpa kita sadari adalah berkat wasilah dari doa-doa salam yang kita terima sebagai balasan salam kita.

Ucapan salam diikuti dengan saling bersalaman. Bersalaman merupakan anjuran dalam Islam. Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:

مَا مِنْ مُسْلِمَيْنِ يَلْتَقِيَانِ فَيَتَصَافَحَانِ إِلاَّ غُفِرَ لَهُمَا قَبْلَ أَنْ يَفْتَرِقَا (رواه أبو دود والترمذي وابن ماجة وأحمد)

Tidaklah dua orang muslim saling bertemu kemudian bersalaman, kecuali akan diampuni (dosa-dosa) mereka berdua sebelum mereka berpisah.  )H.R. Abu Dawud, at-Tirmidzi, Ibnu Majah dan Ahmad)             Dengan demikian, bersalaman atau berjabat tangan merupakan ibadah yang disyari’atkan baik ketika bertemu maupun berpisah, namun tetap sesuai memperhatikan ketentuan syariat seperti bukan dengan lawan jenis dan lain sebagainya.

Dalam laporan yang dimuat Journal of Cognitive Neuroscience, peneliti mencoba melihat pengaruh yang terjadi pada koneksi saraf akibat jabat tangan. Dolcos (2012, Science Blog) mengumpulkan data hasil pemeriksaan menggunakan functional Magnetic Resonance Imaging (fMRI) dan respon perilaku dari 18 orang relawan pria dan wanita. Hasilnya menunjukkan adanya peningkatan aktivitas pada amigdala dan sulkus temporal superior, yaitu daerah otak yang terkait dengan evaluasi positif dari sebuah perilaku. Selain itu, daerah nucleus accumbens yang berperan dalam pengolahan penghargaan menunjukkan aktivitas yang lebih besar saat berjabat tangan. Dengan berjabat tangan, orang akan lebih saling mendekatkan dan menilai orang yang diajak berjabat tangan secara positif. Namun pada orang yang tidak melakukan jabat tangan, area otak yang memproses penilaian positif ini tidak aktif.

Dalam Islam kekuatan atau pengaruh positif berjabat tangan bagi stimulus otak disempurnakan dengan kesunnahan saling tersenyum dan saling menyapa dalam Islam. Oleh karena itu, kesehatan fisik otak sebagai dampak positif berjabat tangan atau bersalaman, didukung dengan perasaan senang dan diterima akibat sambutan baik oleh senyum dan sapaan kita, terutama ungkapan doa dalam kandungan salam kita, terlebih doa dari guru dan orang tua. Inilah The Power of a Handshake sesungguhnya, bila dibandingkan manfaat atau rahasia kekuatan berjabat tangan tersebut untuk hubungan sosial, bisnis, dan politik lainnya.

Bagaimana dengan adab mencium tangan? Mencium tangan bagi sebagian besar kaum muslimin sudah menjadi suatu budaya. Tradisi mencium tangan ini dijadikan sebagai wujud dari rasa kasih sayang dan penghormatan. Islam memandang hal ini sebagai sesuatu yang diperbolehkan dan dianjurkan seperti mencium tangan orang tua dan seorang guru atau ustaz ketika bertemu dengan mereka. Sebagaimana hadis berikut:

عَنْ جَابِرٍ أَنَّ عُمَرَ قَامَ إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلَ يَدَهُ (رواه أحمد)

Dari Jabir bahwa Umar bergegas berdiri menuju Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu mencium tangannya (H.R. Ahmad).

Sebagaimana terdapat juga dalam hadis berikut:

عَنْ أُسَامَةَ بْنِ شَرِيْكٍ قَالَ: قُمْنَا إِلَى النَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَبَّلْنَا يَدَهُ

Dari Usamah bin Syarik, kami berdiri menyambut Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam lalu kami mencium tangannya” (H.R. Ibnul Muqri dalam Taqbilul Yad, berkata Ibnu Hajar dalam Fathul Bari sanad nya kuat).

 

Dengan demikian, Islam sebagai agama yang komprehensif telah mengajak semangat kebaruan melalui ajaran syariat dalam Al-Qur`an dengan spirit hijrah dan hadis dengan contoh konkret Nabi Muhammad Shallallahu ‘alaihi wa sallam yang mempraktikkannya dalam fase kehidupan beliau di Madinah. Para ulama seperti Imam Syafi’i tidak hanya mendendangkan nilai positif hijrah dalam syair semata, namun beliau pun melalui pergulatan hijrah fisik dan pemikiran sehingga pendapat atau ijtihad beliau dikenal dengan qaul qadim (kumpulan ijtihad lama) saat beliau berada di Irak dan qaul jadid (kumpulan ijtihad baru) setelah beliau menetap di Mesir. Kebaruan tersebut harus bermula dari akhlak atau karakter. Karakter dibangun dengan pengetahuan akan kebaikan (knowing the good), menyadari dan mencintai nilai kebaikan (desiring the good) sehingga menjadi habit, dan pada akhirnya memiliki kemampuan untuk melakukan kebaikan (doing the good). Pembiasaan salam, bersalaman, cium tangan, dan budaya saling menghormati dan menghargai sesama warga sekolah, dengan dimulai dari keteladanan orang dewasa (guru dan orang tua murid) menjadi titik awal perjalanan panjang penguatan pendidikan adab dan karakter di SMP Islam Al Azhar 9 Bekasi tercinta. Wallahu a’lam bish shawab.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post