AMINI

Guru Bahasa Indonesia di SMPN1 Nganjuk.., lulusan Fak Sastra Univ Jember.., suka menulis puisi, sajak, syair.., padahal jurusan kuliahnya lebih bergelut dgn lin...

Selengkapnya
Navigasi Web
Buah Kesabaran (19)
#tantangangurusiana

Buah Kesabaran (19)

Pagi itu Yusuf sudah bersiap untuk ndherek (ikut) Kyai Hakim mengisi undangan pengajian umum ke luar kota. Seperti biasanya, di belakang kemudi Yusuf sudah prepare sebaik mungkin. Kali ini undangan lumayan jauh. Kolega Kyai Hakimlah yang merekomendasikan beliau untuk mengisi kajian kitab Al-hikam di luar kota. Karena cukup jauh, Gus Zaki pun mendampingi Abahnya. Kedalaman ilmu Kyai Hakim acapkali dijadikan sumber pertanyaan banyak orang. Karena itulah beliau memenuhi undangan itu untuk berbagi ilmu kepada siapa saja yang membutuhkan.

Sementara di rumah Bu Nyai Maryam, Fatimah dan ibunya terlibat pembicaraan serius. Terlihat Fatimah hanya bisa menundukkan kepala penuh takzim atas apa yang disampaikan ibunya.

“Bukan karena lamanya kesendirian Ibu yang membuat Ibu harus berpikir seribu kali atas maksud Ibu ini. Sekali lagi, Ibu pun memikirkan kamu dan Deni, Anakku,” kata-kata Bu Nyai Maryam yang lembut seakan menusuk lebih dalam ke hulu hati Fatimah.

“Bagi Fatimah yang penting Ibu bahagia. Kebahagiaan Ibu adalah segalanya yang harus Fatimah junjung tinggi. Sebagaimana pesan terakhir Abi agar Fatimah dan Deni menjaga Ibu,” jawab Fatimah berusaha tegar.

Tautan hatinya tak mampu lagi dia uraikan karena dia harus mengutamakan Ibunya. Jauh di lubuk hati Fatimah pun selalu menginginkan ibunya bahagia. Menghabiskan hari tuanya dengan perasaan dan pikiran yang bahagia. Kegiatan menyulamnya adalah salah satu bukti bahwa ibunya benar-benar menikmati dan melewati harinya dengan penuh bahagia. Hal ini sangat membanggakan. Ibunya masih bisa menyibukkan diri berbagi kepada sesama lewat hasil sulamannya. Dan Fatimah sangat mengapresiasi kegiatan positif ibunya ini.

Betapa ibunya sangat butuh pelampiasan untuk menghilangkan rasa sepinya. Dan kemampuan menyulam yang dikuasai sejak kecil telah memantik ide Bu Nyai Maryam untuk kembali menekuni kegiatan yang disukainya itu. Sejak menikah dengan almarhum Kyai Sofyan kegiatan menyulam itu sedikit dia tinggalkan. Karena Bu Nyai Maryam disibukkan dengan urusan rumah tangga dan kedua anaknya, Fatimah dan Deni. Dan sejak ayah Fatimah berpulang, hanya kegiatan menyulamlah yang menjadi teman bercengkeramanya siang dan malam. Seolah tak kenal lelah. Fatimah sudah berkali-kali mengingatkan agar jangan terlalu memforsir tenaganya hanya untuk menyulam meskipun dilakukannya hanya di rumah saja.

**

Malam beranjak menunju pagi. Fatimah belum juga memejamkan matanya. Kecamuk hatinya telah menahan katup matanya untuk terus terjaga.

Apalah arti rasaku jika ibuku sendu

Biarlah warna bunga yang kumau

Tumbuh kembang di pangkuan ibu

Niscaya Allah akan membantuku

Tak ada yang bisa dilakukan Fatimah selain menerima keputusan ibunya. Fatimah yakin ibunya sudah memikirkan hal ini matang-matang. Fatimah sudah menyiapkan jawaban atas pertanyaan apapun yang mungkin muncul dari para sesepuhnya, para rekannya, dan juga adik-adik santri yang lain. Hatinya telah dia pasrahkan kepada ketentuan Yang Maha Kuasa. Air matanya tak lagi bercerita tentang lara hatinya.

Tak bisa dihindari, tak bisa dipungkiri, rasa dan akal Bu Nyai Maryam telah bulat. Keingintahuannya tentang laki-laki yang telah membuka pintu hati yang selama ini tertutup rapat telah membuatnya berani menyampaikan rasa hatinya kepada kakak ipar yang sangat dihormatinya. Bu Nyai Maryam sangat tahu, keputusannya ini pasti mengejutkan banyak pihak. Tetapi dia telah berpikir matang ditambah lagi dalam salat istiharahnya bayangan pemuda itu selalu muncul sebanyak dia menunaikannya. Bu Nyai Maryam yakin ini adalah anugerah Allah SWT untuknya. Karena itulah izin dan restu dari para sesepuh pondok Al-Mujahiddin perlu beliau dapatkan.

Usia dan wajahnya memang tidak memperlihatkan ketuaannya. Basuhan air wudu dan ketawadukannya kepada seluruh ajaran yang disampaikan Kyai Hakim selama ini telah menghiasi parasnya. Usia empat puluh lima belum terlalu tua baginya. Pancaran keayuan dan kesolihahannya sangat kuat. Cermin di kamarnya adalah saksi akan keayuannya. Tetapi setiap kali melihat cermin, Bu Nyai Maryam selalu berlinang. Terpantul wajah Fatimah dan Deni, terlebih paras almarhum. Tetapi kuatnya pancaran keimanan pemuda itu seolah menutup rapat keraguan dan kegamangannya.

Begitulah adanya Fatimah dan Bu Nyai Maryam. Setiap ada kesempatan bersama dengan keluarga besar yang lain, keduanya selalu sibuk dengan perasaan masing-masing. Seperti ada kesenjangan di antara mereka. Sewajar apapun sikap yang ditunjukkan Fatimah, selalu menghadirkan rasa iba pada hati Bu Nyai Mardiyah dan Gus Zaki. Tetapi mereka juga tidak bisa berbuat banyak selain hanya berusaha untuk membesarkan hati Fatimah.

Malam itu sengaja Kyai Hakim menyudahi pengajiannya lebih awal. Beliau berencana memanggil Yusuf untuk menyampaikan apa yang terjadi. Kyai Hakim sudah bisa menebak reaksi Yusuf atas berita yang beliau sampaikan.

“Maafkan saya Bapak, siapalah saya yang hanya sebatang kara ini. Saya merasa sedang diajak bergurau oleh takdir. Biarkan saya mencoba berkawan dengan waktu untuk menemani gurauan takdir kepada saya.”

Ungkapan Yusuf ini sangat menohok siapa saja yang mendengar. Terdengar hembusan napas panjang Gus Zaki. Berbagai perasaan sangat berkecamuk di dada dan hati putra sulung Kyai Hakim itu. Rasa empati dan simpatinya atas nasib kawannya itu tak bisa dia wujudkan sebagaimana mestinya. Hatinya ikut pilu atas jawaban Yusuf itu.

Bersambung…

#Nganjuk27112020

#tantanganharike308

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Sukses selalu.

27 Nov

Konflik batin yg dialami Fatimah dan Yusuf terasa dlm cerita , smg segera berlalu dan Yusuf siap menjalani takdirnya, keren bunsay

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda cantik.

27 Nov

Konflik batin yg dialami Fatimah dan Yusuf terasa dlm cerita , smg segera berlalu dan Yusuf siap menjalani takdirnya, keren bunsay

27 Nov
Balas

Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

keren Bu Cantik, sukses selalu, salam santun

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Tak terbayang seberapa besar konflik batin yang dialami Fatimah dan Yusuf. Penulis dengan gaya bercerita yang lembut berhasil menghadirkan konflik batin yang dialami tokoh-tokohnya. Lanjut Adik. Enin siap mengikuti kisah selanjutnya. Maaf jika SKSS-nya sering terlambat.

27 Nov
Balas

Tidak mengapa Enin sayang. Apresiasi yg Enin paparkan malah membuat saya makin tersanjung. Terima kasih Enin sayang. Saya bnyk belajar dari gaya penceritaan Enin yg sungguh luar biasa. Sekali lagi terima kasih Enin sayang..

28 Nov

Fatimah anak yg berbakti..cerita dengan alur yg menarik

28 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

28 Nov

Kisah nan menawan, sehat dan sukses selalu

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda.

27 Nov

Terharu membacanya. sehat dan sukses selalu

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Keren banget..konflik sudah mulai... Yusuf..ah.... salam penasaran.

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Semakin asyik dan seru bacanya Bunda. Salam sukses selalu Bunda

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Jadi Yusuf berjodoh dengan ibunya Fatimahkah? Entahlah sebaiknya kutunggu saja lanjutannya. Barokallah ukhti

27 Nov
Balas

Kisah yg berlangsung tak selalu sesuai keinginan kita. Terima kasih apresiasinya Umi cantik..

27 Nov

Mantap bun, Hanya Allah tempat mengadu, semoga takdir masih berpihak pada Yuauf dan Fatimah

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Keren ceritanya bucan, ditunggu lanjutannya

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Sukses selalu.

27 Nov

Luar biasa makin keren... Semoga ketetapan Allah membuat hati yusuf dan fatimah tenang dan ikhlas menerimanya.. Karena semua adalah yang terbaik buat mereka... Mantap ibu cantik.. Salam santun

27 Nov
Balas

Aamiin... Begitulah harapannya Bunda. Terima kasih support dan apresiasinya. Salam santun selalu.

27 Nov

Keren sekali ceritanya Bu..salam sukses selalu ya Bu

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Tidak semua yang kita harapkan bisa jadi kesuksesan yang tertunda ya bun

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Ceritanya mantap banget bunda. Sukses selalu yaa

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda cantik. Sukses selalu.

27 Nov

Cerpen yg keren Bunda. Sukses selalu ya Bun

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda. Sukses selalu.

27 Nov

Konflik Yusuf dan Fatimah begitu terasa, terbayang dalam benak. Keren Bun

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda cantik. Salam sehat dan sukses selalu.

27 Nov

Bagus ceritanya Bunda..

27 Nov
Balas

Terima kasih apresiasinya Bunda.

27 Nov



search

New Post