Alysa Putri Setyaningrum

Merangkak, berjalan, berlari, dan mencapai ketenangan....

Selengkapnya
Navigasi Web
MAKNA SEBUAH GORESAN
Potret saya bersama 2 teman baik saya saat mengunjungi pameran seni "Gandheng Renteng" di Gedung Harmonie, Kota Pasuruan pada tanggal 28 Juli 2022.

MAKNA SEBUAH GORESAN

MAKNA SEBUAH GORESAN

Oleh: Alysa Putri Setyaningrum

Halooo Teman-teman!

Seiring berkembangnya zaman sepertinya masyarakat Indonesia terlihat semakin minat dengan seni. Contohnya seperti munculnya film-film yang diangkat dari cerita-cerita fiksi pada platform menulis, pameran seni lukis, pertunjukkan teater, dan hal-hal berbau seni lainnya.

Namun, apakah Teman-teman tahu bahwa seni memiliki banyak cabang? Pada dasarnya seni memiliki banyak cabang loh teman-teman! Contohnya seperti seni rupa, seni musik, seni gerak, seni pertunjukan, dan juga seni sastra.

Dalam berseni kita dibebaskan dalam mengekspresikan diri kita, karena pada dasarnya seni juga dijadikan salah satu media pengobatan jiwa loh! Jadi, bukan rahasia lagi apabila banyak masyarakat Indonesia yang juga minat dalam bidang seni.

Seni juga memiliki banyak manfaat, selain sebagai media pengekspresian diri, seni juga memiliki nilai komersial dan dapat mempererat hubungan pertemanan maupun persaudaraan. Hal ini lah yang dimanfaatkan oleh para seniman di Kota Pasuruan.

Contohnya pagelaran seni “Gandheng Renteng” yang sempat diadakan di Gedung Harmonie, Kota Pasuruan pada tanggal 23-29 Juli 2022. Para pengunjung dipersilahkan untuk memberikan uang dengan nominal se-ikhlasnya sebagai penghargaan untuk para seniman yang telah mempersembahkan karyanya pada pameran “Gandeng Renteng”.

Pada pagelaran seni ini, para seniman di Kota Pasuruan menampilkan sejumlah karyanya, mulai dari karya 2D hingga karya 3D. Pada setiap karya yang ditampilkan juga terdapat makna yang terbesit didalamnya.

Contohnya karya 2D berupa lukisan milik seniman Raras Ayu Saliring Cahaya Pribadi yang berjudul “Selfish Homosapiens”

Pada karyanya ini, Raras mendeskripsikan lukisannya sebagai penggambaran imajinasi alam bawah sadarnya mengenai egosentris manusia. Tak hanya itu, dalam setiap objek yang ada pada karyanya juga memiliki arti. Seperti penggambaran kucing hitam pada lukisan ini digambarkan sebagai keegoisan manusia yang selalu ingin memegang kendali diatas segalanya, serta memanipulasi sesuatu untuk keuntungan pribadi. Lalu penggambaran bentuk monster dan tumbuhan yang terlihat berkecamuk, hal itu diibaratkan seperti metafora entitas keadaan alam yang marah terhadap manusia dan juga hewan-hewan buas yang murka karena ekosistem haknya harus diambil demi keuntungan manusia.

Selain karya 2D dari Raras, pada pagelaran seni “Gandheng Renteng” ini juga disuguhkan karya 3D milik Afreshaweny Ika Yudiarti yang berjudul “Etalase"

Pada karyanya, Afresha menggambarkan bahwa setiap ekspresi 3D yang ia buat adalah ekspresi yang terjadi di kehidupan kita sehari-hari. Sehingga hal tersebut dapat dijadikan bahan edukasi dan renungan. Seperti ekspresi yang menggambarkan bagaimana kita menjalani jatuh-bangunnya hidup. Dari ekspresi gembira hingga muak dapat Afresha kemas dengan baik pada karyanya yang berbahan dasar kertas dan goresan pulpen tersebut.

Nah, Teman-teman, pada pagelaran seni ini, para seniman dari kalangan usia hadir loh untuk menyuguhkan karyanya. Dari kalangan seniman senior hingga seniman junior pun ada. Contohnya yaitu Aqila, Aqila merupakan anak dari salah satu seniman senior yang biasa dikenal dengan Garis Edelweiss. Karya Aqila ikut terpampang bersama dengan karya sang ayah pada pagelaran seni “Gandheng Renteng” loh!

Karya Aqila berupa goresan-goresan berbentuk sederhana yang mengelilingi karya sang ayah. Mungkin, apabila kita fikir karya Aqila hanya berupa gambar sederhana dari anak kecil yang tak memiliki makna spesial. Namun, hal tersebut lah yang disebut sebagai seni, bersifat bebas sesuai imajinasi sang seniman. Gambar Aqila ini dapat memotivasi kita untuk berani belajar berkarya, dimulai dengan hal-hal kecil dan didampingi dengan ketekunan maka sebuah karya kecil dapat menjadi mahakarya yang sangat luar biasa. Berkarya tidak memiliki batasan usia, jadi tak ada halangan untuk kita tetap berkarya sepanjang masa.

Sampai jumpa di lain hari!

Pasuruan, 10 Januari 2023

Profil Penulis

Alysa Putri Setyaningrum, siswi SMA Negeri 2 Kota Pasuruan. Lahir pada tanggal 28, bulan Januari, tahun 2007, di Kota Pasuruan. Untuk bersapa lebih akrab, 082142817043 (WA), @zkzkz.hhfftt (IG), Alysa Ningrum (FB), @gxvst1 (TW), dan @[email protected] (Email).

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post