alhida nur azizah

Santri sederhana dan mengajar di Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama daerah perbatasan Jember...

Selengkapnya
Navigasi Web
Sudut baca sebagai jiwa sekolah

Sudut baca sebagai jiwa sekolah

SUDUT BACA SEBAGAI JIWA SEKOLAH

Seorang Guruku mengatakan bahwa jika ingin bisa berbicara cobalah untuk mendengar. Dan apabila ingin menulis cobalah untuk membaca. Seseorang mungkin akan terkenal dengan bicaranya. Namun setelah ia tak ada lama-lama orang akan melupakannya. Namun jika kita memulai untuk menulis kita akan terkenang selamanya, dengan tulisan kita. Pemberdayaan membaca menjadi sangat penting. Memang benar dengan adanya pepatah membaca adalah jendela dunia. Sangat disayangkan sekali, di era teknologi 4.0 ini pemberdayaan untuk membaca makin lama Kian berkurang. Anak-anak disuguhi banyak video yang membuat malas untuk membaca mereka lebih senang menonton dan mendengarkan. Jika Itu adalah sebuah video pembelajaran memang tidak ada salahnya. Namun tetap saja jika anak-anak tidak dibudayakan untuk membaca, maka tradisi membaca pun akan punah. Di sekolah kami kami membuat sebuah pojok baca atau sudut baca di tiap-tiap kelas. Di dalam pojok baca tersebut kami menyediakan banyak banyak buku-buku bacaan tidak hanya buku pembelajaran namun ada juga buku-buku kisah dan dongeng. Belum lama ini sekolah kami menerapkan standar literasi. Memberikan sedikit waktu untuk anak-anak menyempatkan membaca. Sekolah kami memulai dengan hal berikut:

1. Membangun pojok baca di setiap kelas

Pojok baca di kelas, tidak mewah memang namun setidaknya tempat ini menyediakan ruang untuk anak-anak bisa membaca. Kami bersama paguyuban walimurid bersama-sama membuat dengan beberapa bahan, yang setidaknya bahan-bahan tersebut bisa memuat sebuah pagar untuk pembatas antara ruang kelas dan ruang membaca, Rak untuk tempat menyimpan buku, karpet atau alas agar anak-anak lebih nyaman saat membaca, dan juga beberapa ornamen agar anak lebih mencintai untuk membaca. Tak lupa pula dengan menempelkan sebuah papan atau tulisan "pojok baca/sudut baca" yang menerangkan bahwa tempat tersebut digunakan untuk membaca.

2. Mengalokasikan waktu untuk membaca

Ada ruang namun tak ada waktu terasa sedikit percuma. Dengan itu kami berinisiatif untuk memberi waktu luang pada anak untuk membaca. Kami tidak mengambil dari waktu istirahat. Karena saat istirahat bukanlah waktu yang tepat untuk digunakan sebagai waktu membaca. Jika dipergunakan pasti tidak akan efektif dan efisien. Karena anak-anak sudah jenuh dengan pelajaran di kelas kemudian masih kita paksa untuk membaca. Akhirnya dibuatlah 15 menit waktu untuk membaca. Membaca apapun itu. Dengan membersamai anak saat membaca. Kami rasa sangat efektif.

3. Adakan evaluasi

Setelah 15 menit membaca, selalu kami adakan evaluasi kecil. Semacam menceritakan kembali isi dari buku yang mereka baca. Hanya dilakukan 8-10 menit. Kebanyakan dari mereka akan antusias untuk menceritakan isi dari buku yang mereka baca. Walaupun ada beberapa dari mereka yang tidak gemar membaca, namun dengan adanya evaluasi ini semua anak akan berusaha membaca dengan memahami. Tidak hanya membaca, namun juga memahami. Dengan itu terasa lebih terlihat manfaat dari hasil membaca mereka.

Sekolah memang terasa hanya sebuah formalitas belaka, jika hanya melakukan kegiatan pembelajaran tanpa manfaat di dalamnya. Maksudnya peserta didik hanya datang, menampung ilmu kemudian pulang. Jika hanya demikian pastilah 5-6 tahun kedepan mereka sudah lupa akan apa yang telah mereka pelajari selama di sekolah. Tidak perlu waktu yang lama sisihkan sedikit waktu dan kemudian buatlah hal yang bermanfaat. Anak-anak tidak hanya harus diberikan pelajaran sebagai mana mestinya. Namun mereka juga perlu mengetahui pengetahuan-pengetahuan umum yang pada era sekarang ini (setelah Covid-19) terasa sangat langka. Perlu adanya pembiasaan-pembiasaan yang membuat mereka terbiasa melakukan aktivitas membaca. Karena dengan membaca kita hidup, dengan membaca kita bisa menulis, dan dengan menulis kita bisa terkenang.

Profil penulis

Lahir di Jember, 15 November 1998. Sebagai wanita dan diberi nama Alhida Nur Azizah, kerap kali disapa Hida. Aktivitas sehari-hari yaitu mengajar di sekolah swasta di daerah Jember. Tepatnya SD NU Kraton Kencong, Jember. Seorang guru biasa yang menemani belajar siswa kelas 5. Silahkan untuk memberi kritik namun tidak lupa dengan saran di wa. 0895338427935. Atau bisa lewat email [email protected].

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

19 Apr
Balas



search

New Post