alhida nur azizah

Santri sederhana dan mengajar di Sekolah Dasar Nahdlatul Ulama daerah perbatasan Jember...

Selengkapnya
Navigasi Web
Perangi perilaku koruptif di lingkungan pesantren

Perangi perilaku koruptif di lingkungan pesantren

Menjadi orang tua bukanlah hal yang mudah. Namun tidak menutup kemungkinan tidak bisa walaupun tidak mudah. Setiap orang tua pasti menginginkan pendidikan yang terbaik bagi anak-anaknya, walaupun sering kali perlu banting tulang dan mencari pinjaman kemana-mana, namun hal tersebut tidak terlalu menjadi masalah asalkan anak mendapatkan pendidikan yang terbaik. Salah satu pendidikan yang kini mulai diminati adalah pendidikan pondok pesantren. Banyak kita temui macam-macam model pondok pesantren. Ada yang bergaya salaf ada pula yang bergaya modern. Setiap pondok pesantren apapun karakteristiknya, pasti memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing. Meskipun pondok pesantren adalah tempat pendidikan yang baik. Sering kali kita menemukan santri atau santriwati yang tidak memiliki nilai seperti pesantren, baik dalam hal ketaatan ataupun Budi pekerti dalam kehidupan sehari-hari. Kebanyakan orang biasa menganggap ini adalah kegagalan dari pesantren. Namun sebenarnya bagi pesantren, santri dan santriwati yang seperti ini hanyalah virus yang perlu dibuang atau bisa juga disebut produk gagal. 

 

Masih membicarakan perihal pesantren, kadang kala santri dan santriwati di pondok pesantren terutama pesantren dengan gaya modern kadang kita temui sebuah kasus yang merupakan sebuah perbuatan koruptif.Setiap pesantren selalu memiliki syahriyah masing-masing. Dan setiap syahriyah tersebut biasanya dibayarkan di awal bulan. Orang tua biasanya akan membayar syahriyah tersebut, entah dengan menitipkan pada anaknya untuk di setorkan ataupun memberikan syahriyah tersebut langsung pada lembaga. Kepercayaan orang tua terhadap anak untuk membayarkan syahriyah kadangkala disalahgunakan oleh santri tersebut. Yang pada akhirnya di akhir semester akan ada tanggungan yang besar dan orang tua tidak mengetahui hal tersebut, karena mereka merasa setiap bulan sudah membayar syahriyah.

 

Hal tersebut kerap kali terjadi di pondok pesantren modern. Karena Pesantren Modern Biasanya banyak orang dari berbagai wilayah dan dari berbagai status sosial. Hasilnya orang tua yang tidak mampu yang berusaha untuk memasukkan anaknya ke dalam Pondok Pesantren Modern, kadangkala akan menjadi suatu problematika. Karena biasanya anak yang masuk pondok pesantren modern, akan terpengaruh oleh lingkungan walau tidak semuanya namun lingkungan menjadi faktor utama pembentukan karakter anak.

 

Faktor-faktor terjadinya kegiatan koruptif di pondok pesantren modern.Walaupun tidak semua faktor-faktor ini terjadi namun kadangkala, kegiatan koruptif ini terjadi karena hal berikut:

1. Adanya perubahan lingkungan anak.

 

Anak yang biasa dididik dalam kesederhanaan ketika tiba-tiba ia hadir di lingkungan yang penuh kemewahan biasanya mereka akan terbawa pada suasana yang nyaman. Walau tidak untuk semua anak namun biasanya anak akan terbawa oleh situasi lingkungan tersebut karena lingkungan yang ditinggali merupakan lingkungan yang setiap hari ia temui. 

 

2. Sifat materialistis seseorang

 

Tidak semua perilaku koruptif dilakukan oleh anak yang tidak mempunyai materi. Kadangkala anak yang memiliki gaya hidup materialistis, akan membawa sebuah kebiasaan. Sifat materialistis ini akan membawa anak menjadi seseorang yang selalu merasa kurang.

 

3. Tidak adanya kedekatan antara anak dan orang tua

 

Kedekatan anak dan orang tua merupakan hal yang terpenting dalam sebuah hubungan. Kewajiban orang tua bukan hanya memenuhi kebutuhannya namun juga memberikan kasih sayang agar anak merasa dekat dengan orang tua. Kebanyakan anak yang tidak memiliki kedekatan yang erat dengan orang tua, terkadang melakukan tindakan koruptif karena mereka berpikir bahwa tidak ada yang menyayangi mereka. Entah mereka lakukan karna sengaja atau hanya sekedar untuk menarik perhatian orang tua. 

 

4. Adanya wewenang dan kesempatan anak memegang uang dalam jumlah yang lebih.

 

Adanya wewenang anak untuk memegang uang dalam jumlah yang lebih, biasanya untuk anak yang belum pernah memegang uang dalam jumlah yang besar mereka akan merasa bahwa itu adalah milik mereka. Perilaku koruptif bukan hanya terjadi karena keadaan yang terdesak namun karena adanya kesempatan juga bisa menjadi penyebab perilaku koruptif.

 

 

5. Kurangnya iman, prinsip dan rasa sayang anak kepada orang tua 

 

Perilaku koruptif tidak akan terjadi jika anak masih memiliki iman di dalam hatinya, Iman percaya kepada Tuhan pasti membuat anak tidak akan pernah melakukan perbuatan koruptif. Karena anak akan merasa selalu diawasi oleh Tuhan dan akan takut dosa bila melakukan perilaku koruptif. Kurangnya prinsip anak juga menjadi salah satu faktor terjadinya perbuatan koruptif. Anak yang mudah terbawa oleh lingkungan akan lebih mudah untuk melakukan perbuatan koruptif. Kurangnya rasa sayang anak kepada orang tua pun bisa menjadi pemicu terjadinya perilaku koruptif. Seorang anak yang memiliki rasa sayang yang besar kepada orang tuanya jarang melakukan perilaku koruptif.

 

Intinya perilaku koruptif sering kali terjadi bermula dari diri sendiri. Sangat disayangkan jika anak usia bangku sekolah sudah melakukan perilaku koruptif. Walaupun hal tersebut dapat diatasi setidaknya kita dapat mencegah sebelum terjadi. Memasukkan anak ke sekolah atau pondok pesantren ternama merupakan impian semua orang tua. Bukan hal yang salah ketika berusaha memberikan pendidikan demikian. Kebanyakan perilaku koruptif terjadi bukan karena eksternal tapi karena faktor internal.

 

Profil penulis

 

Lahir di Jember, 15 November 1998. Dan diberi nama Alhida Nur Azizah, kerap kali disapa Hida. Aktivitas sehari-hari yaitu mengajar di sekolah swasta di daerah Jember. Tepatnya SD NU Kraton Kencong, Jember. Seorang guru biasa yang menemani belajar siswa kelas 5. Silahkan untuk memberi kritik namun tidak lupa dengan saran di wa. 0895338427935. Atau bisa lewat email [email protected]

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Kereeen ulasannya, Bunda. Salam literasi

15 Dec
Balas

Terimakasih

15 Dec

Terimakasih

15 Dec

Keren ulasannya bunda, sukses selalu

15 Dec
Balas

Terimakasih Bun,

15 Dec



search

New Post