Alfian oktavijayanti

Guru Biologi di SMP Plus Nurul Hikmah Pamekasan. Lahir di Pamekasan 11 Oktober 1992 ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Mengenal Arti Sere Penang dalam Adat Pinangan Madura

Mengenal Arti Sere Penang dalam Adat Pinangan Madura

Indonesia kaya akan budaya, adat istiadat yang unik dan memberikan kesan yang khas di setiap daerahnya. Setiap acara memiliki kekhasan tersendiri, salah satunya acara lamaran/pertunangan sebagai proses menuju jenjang pernikahan. Ada beberapa hal yang menjadi simbol dalam acara pertunangan di daerah Madura, salah satunya adalah membawa hantaran sere-penang yang "fardu 'ain" Harus ada. Seakan gugur segala bentuk jajanan jika sere Penang tak ada. 

Tradisi membawa sere-penang dalam seserahan ritual pertunangan dan pernikahan merupakan salah satu tradisi atau adat istiadat turun-temurun yang dilakukan di pulau Madura. Tradisi ini dilakukan oleh pihak laki-laki sebagai seserahan kepada pihak perempuan, yaitu dengan membawa beberapa lembar daun sirih dan buah pinang. Entah dari mana asal mula atau sejarah trandisi ini, kami belum menemukan informasi yang valid hanya saja tradisi ini biasa dilakukan sejak nenek moyang terdahulu dan berlangsung turun-temurun hingga sekarang.

Tradisi sere-penang memiliki filosofi tersendiri. Istilah “sere” berasal dari kata “sirih” yang menyimbolkan sifat rendah hati dan memuliakan orang lain, sebab pohon sirih tumbuh dengan menjalar dan memerlukan sandaran tumbuhan lain tanpa merusaknya. Sedangkan istilah “penang” berasal dari kata “pinang”, yang menyimbolkan keturunan yang baik, sebab pohon pinang yang menjulang ke atas, diharapkan mendapatkan keturunan yang baik dan sukses. 

 Sere-penang diletakkan pada talam atau mangkok kuningan (cemong). Biasanya posisi sere-penang diletakkan di tengah talam atau cemong dan pisang yang melingkari sisi-sisinya. Jumlah sirih dan pinang yang dibawa tidak ditentukan, biasanya 7 lembar atau satu ikat (sa tekkem atau sa pungkel) dan tiga buah pinang, atau terserah keluarga pihak laki-laki. Buah pisang yang melingkari sere-penang, menggunakan buah pisang susu yang memiliki makna agar kesusuh (sukasusu atau rukapuruh), atau menggunakan pisang raja. Buah pisang yang melingkar dibagi menjadi dua bagian, satu bagian diberikan kepada pihak besan atau keluarga perempuan, dan satu bagian diberikan kepada keluarga pihak laki-laki. Hal ini dilakukan agar kedua keluarga saling rukun dan akur, atau seluruh buah pisang diberikan kepada keluarga pihak perempuan.

Tidak semua orang dapat membawa sere-penang, namun hanya orang-orang tertentu saja. Yang boleh seperti nenek kandung dari mempelai laki-laki, jika berhalangan dapat diwakilkan oleh saudari kandung nenek, atau keluarga nenek yang perempuan (bengahseppo). Karena hal ini berhubungan dengan kehormatan keluarga, jadi tidak sembarang orang dapat membawanya.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Keren sekali Bu. Berbagai budaya di negeri Kita selalu menarik dan bermakna.

15 Aug
Balas

Heem bener banget bu

15 Aug

Keren budaya lokal yg sudah mulai luntur ini bu. Jadi ingat ketika prosesi pernikahan ada lempar sirih.

15 Aug
Balas

Ini.. Unik ya bund

15 Aug



search

New Post