Alfahri

Memulai karir, sebagai guru Sekolah Dasar Negeri Jorong Koto Kecamatan Teluk Kabung Kodya Padang di akhir tahun 1981, Setelah diwisuda sebagai mahasiswa di...

Selengkapnya
Navigasi Web

Banyak Cara Berdakwah Dalam Hidup

Nyaris semua kita paham setidaknya tahu atau paling kurang pernah mendengar, kajian, tausiyah, ceramah yang diberikan oleh guru-guru kita. Bahwa dakwah itu identik dengan kegiatan atau aktifitas untuk menyeru, mengajak dan memanggil banyak orang, siapapun dan dimanapun berada untuk menuju kesalehan, beriman dan taat hanya kepada Allah SWT semata sesuai dengan aqidah, syari’at, dan akhlak Islam (dakwah for all). “Dakwah itu mengajak bukan mengejek, merangkul bukan memukul, menyayangi bukan menyaingi, mendidik bukan membidik, membina bukan menghina, mencari solusi bukan mencari simpati, membela bukan mencela,” demikian kata kiai Miftah, melengkapi makna dari kata dakwah. Dakwah adalah seni tentang mengajak sebanyak-banyaknya orang agar berbuat dan menebar sebanyak mungkin kebaikan di muka bumi, menyuruh melakukan yang ma'ruf dan mencegah perbuatan mungkar (amar ma'ruf nahi mungkar).

Tujuan utama dakwah mengajak manusia kepada jalan yang diridhai oleh Allah SWT dan mempersiapkan umat manusia untuk memasuki kehidupan di akhirat. Nabi Muhammad SAW memberikan contoh dakwah kepada umat dengan berbagai macam cara, diantaranya melalui lisan, tulisan, dan perbuatan. Dan dakwah merupakan amal ibadah yang sangat mulia dan sangat praktis, sangat mudah menjadikan seseorang mengumpulkan pahala sebanyak-banyaknya, asal dia punya kemauan yang kuat untuk itu. Kalau soal mampu, sebenarnya setiap kita mampu, karna kita telah dikasih modal yang dahsyat oleh Allah, berupa cipta. rasa, dan karsa. Adapun pentingnya berdakwah, maka terlalu banyak dalil yang menunjukkan akan keutamaan berdakwah. Di antaranya Allah berfirman:

Dan perkataan siapakah yang lebih baik dari orang yang menyeru kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala?” (QS. Fushshilat[41]: 33)

Sebagai jawabannya, perkataan yang terbaik adalah perkataan para Dai yang menyeru kepada Allah Swt, yang mengingatkan umat untuk mengagungkan Rabbul ‘Alamin (pencipta alam semesta ini), yang mengingatkan umat bahwasanya kehidupan di bumi hanya beberapa waktu saja, “mustaqorrun” namanya (menetap sementara) singgah, transit, yang mengingatkan umat bahwasanya akhirat adalah tujuan (kehidupan yang abadi), yang mengingatkan umat untuk mentauhidkan Allah SWT. Maka tidak ada perkataan yang lebih indah, tidak ada perkataan yang lebih baik dari perkataan para Dai.

“Barangsiapa yang menyeru atau menunjukkan kepada kebaikan, maka bagi dia pahala orang yang mengikutinya.” (HR. Muslim)

Hadits ini adalah hadits yang agung.

Semua sudah paham, bahkan sangat paham malah, kehidupan di bumi yang sebentar ini, tidak pakai lama-lama, umur kita tidak panjang, tidak sama seperti umur umat-umat terdahulu yang sampai ratusan tahun, bahkan ada yang mendekati angka seribu tahun, atau kurang dari itu sedikit. Sedangkan umat ini hanya sekitar 60-70 tahun saja, dan amat sedikit yang bisa melewati angka ini. Dengan umur yang pendek ini, terlalu banyak cita-cita yang belum tentu bisa kita wujudkan. Betapa banyak proyek-proyek keduniaan yang belum selesai, sementara pemilik proyek tersebut sudah meninggal dunia. Atau bisa jadi baru saja selesai proyek itu kita kerjakan, tapi kita tidak dapat menikmatinya, karna keburu dipanggil Allah dan justru orang lain yang menikmatinya.

Oleh karenanya umur yang singkat ini, mari kita gunakan semaksimal mungkin, Mari kita berusaha untuk bisa meraih pahala sebanyak-banyaknya. Kemampuan kita beramal terbatas, uang kita untuk berinfak terbatas, sedangkan kebutuhan sangatlah banyak. Untuk itu marilah kita dengan cerdas beramal dan memilih amalan-amalan yang mendatangkan pahala yang berlimpah ruah. Di antara amalan yang singkat yang mendatangkan pahala berlimpah itu adalah berdakwah.

Bayangkan! kalau ada seorang yang tidak pernah atau jarang shalat kemudian kita dakwahi. Seminggu, dua minggu dia belum mau juga shalat, karena kesabaran dan ketabahan kita mendakwahinya, mengajaknya, akhirnya setelah sebulan dia mau shalat. Orang ini kemudian shalat seumur hidupnya gara-gara dakwah kita, dia shalat selama 40 tahun misalnya, kemudian dia meninggal dunia. Maka selama 40 tahun, pahala shalat dia mengalir kepada kita. Bukan kita yang shalat, tapi dia. Kita cuma mengajak dia shalat. Setelah itu dia shalat selama 40 tahun, masya Allah seluruh pahala dia juga mengalir kepada kita. Tanpa mengurangi pahala yang bersangkutan. Kita cuma capek sebulan, tapi malah dapat pahala shalat selama 40 tahun. Apalagi orang yang baru kita dakwahi sehari dua hari kemudian dapat hidayah.

Dan ada pula kita dengar, kita temui dalam hidup ini, orang yang terjerumus kedalam kesyirikan, memakai jimat, diikatkan di tubuhnya, semisal dilengan dan di pinggangnya, atau ditaruh dalam dompetnya, percaya kepada dukun, lalu kita dakwahi dia. Kita tahu dan paham akan keutamaan tauhid sangatlah besar. Diantara keutamaan tauhid adalah Allah mengampuni dosa-dosa orang yang bertauhid tersebut. Dalam hadits Qudsi Allah Swt sampaikan:

“Wahai anak Adam, kalau engkau mendatangiKu dalam kondisi membawa dosa sebesar bumi ini dan engkau tidak berbuat syirik kepadaKu sama sekali, maka Aku akan mendatangimu dengan ampunan pula sebesar bumi ini.” (HR. Tirmidzi)

Terhadap kondisi ini, Lalu kita tentukanl sikap kita pilih jalan untuk mendakwahi orang ini, kita berikan pengertian, kita sampaikan pesan-pesan keagamaan, peringatan dan ancaman Allah dalam Al-Qur’an dan hadis Nabi, terhadap pelaku syirik, maka dia pun memilih dan memilah-milah, akhirnya dia mengambil sikap memutuskan untuk meninggalkan kesyirikan tersebut, dia beratubat, dia minta ampun atas kekeliruanngya itu. Dia mendapatkan pahala janji ampunan Allah bagi orang ini. Kita pun mendapatkan janji pahala ampunan tersebut. Karena dengan sebab kita yang bersangkutan mengenal tauhid, meninggalkan kesyirikan, kemudian setelah itu dia istikakamah hidup diatas tauhid, dia meninggalkan segala bentuk kesyirikan besar ataupun kecil, maka kita yang mendakwahi dia juga mendapatkan pahala.

Dan terkadang, disuatu waktu ada saat-saat dimana hidup kita, tidak dalam keadaan baik-baik saja, tidak dalam situasi mulus-mulus saja, ada dalam keadaan sulit, tidak punya duit, “tongpes” kantong kempes, dalam keadaan roda sedang berada diputaran bawah, meskipun juga saat tiba giliran diputaran atas belum tentu juga nasib kita berobah secara siginifikan, maka dalam kondisi seperti ini, hampir dapat dipastikan, kita tak bisa sedekah duit kecuali sedekah senyum, tak bisa berinfaq, apalagi berzakat meskipun kita sangat berkehndak untuk itu. Namun kita tetap tak putus asa, maka kita pun ambil alternative, ambil jalan dan pilihan lain yang masih terbentang, yakni kita mendakwahi orang yang berduit, orang-orang kaya yang jarang, dan enggan atau lupa berinfaq supaya dia berinfak, maka tatkala dia berinfak, kita juga dapat pahala berinfaknya. Terkadang kita memotivasi seseorang untuk belajar, menuntut ilmu, setidaknya kita ajak untuk mendengarkan pengajian atau kultum subuh misalnya, di ajak bergabung dengan kelompok-kelompok pengajian atau majlis ilmu, majlis zikir. Atau kita beri motivasi, semangat, support untuk melanjutkan sekolah atau pendidikannya ke jenjang yang lebih tinggi. Kemudian orang ini pun termotivasi untuk menuntut ilmu, belajarlah dia. Dan karna motivasi kita yang kuat-meskipun bukan kita juga satu-satunya- untuk mendorong dia menuntut ilmu, akhirny ada diantara mereka yang jadi seorang Ustadz, kemudian benar-benar terjun berdakwah. Maka sesuai dengan ayat, dengan janji Allah, kita dapat pahala dari seluruh amal yang ia lakukan, Karena dengan sebab kita dia semangat menuntut ilmu untuk menjadi Dai, meskipun kita tidak ikut berdakawah bersama dia. Dan dapat pula dibayangkan pahala yang kita tuai kalau kita sendiripun tetap pula konsiten berdakwah baik secara amatiran, kecil-kecilan, door to door apa lagi kalau sempat pula memilih dakwah sebagai profesi.

Jadi diantara amal yang paling terbaik adalah berdakwah. Karena orang yang mendapatkan hidayah gara-gara dakwah kita, pahala dia akan ikut mengalir kepada kita, tanpa mengurangi pahalanya. Bagaimana pula kalau seorang Dai berdakwah kemudian yang mendapatkan hidayah sampai 10 orang, 100 orang bahkan bisa mencapai hidayah1000 orang, dan akhirnya yang mendapatkan hidayah sampai jutaan orang. Maka berapa banyak pahala yang akan dia raih. Jika konsep ini duduk oleh kita, maka nyaris dapat dipastikan, tidak ada yang terasa berat oleh kita dalam menyebarkan kebaikan dalam hidup ini, semuanya terasa ringan, tidak ada yang terasa jauh, malah semua terasa dekat, jika pun jauh akan kita turut, dekat akan kita “jalang”, jika hujan kita akan berteduh, panas akan berlindung, kalau licin kita akan pakai tongkat, selanjut tiba di lurah akan kita turuni, tiba di bukit akan kita daki, tiba di samudera akan kita harungi, begituah kalau kita memahami dan melihat makna dan mamfaat dakwah dengan mata hati.

Untuk berdakwah itu apa memang setiap orang harus jadi ustadz? Tidak juga. Sebab Allah Swt. telah memberikan kebebasan untuk memilih jalan hidup bagi umat; Al-Qur’an. Namun apapun profesi seorang muslim, telah dijanjikannya-Nya rezeki. Islam memandu hidup untuk jalan yang benar jauhi yang jahat, berjalanlah di jalan yang baik, maka sebagai makhluk yang berakal, maka pilihlah jalan yang baik salah satunya jalan dakwah dan betapapun sibuknya kita dalam hidup, untuk memenuhi kebutuhan sendiri dan keluarga, namun sebisanya tugas dakwah tidak boleh ditinggalkan. Dia tak bisa menjadikan kesibukan hidup, sebagai alasan untuk meninggalkan ladang dakwah. Setiap muslim berkewajiban untuk menyampaikan dakwah sesuai dengan kapasitas dan kemampuan yang dimiliki. Makanya, saya penulis artikel ini, yang bukan ustadz, bukan penceramah, apalagi bukan ulama, cuman saya dengan modal nekad dan seadanya berusaha ambil bagian dalam ladang ini, dengan cara belajar menulis dan terus membagikannya, minimal untuk keluarga. Karna surga itu, andai layak dihargai surga, terlalu luas untuk dimasuki dan dinikmati sendiri. Dengan demikian bisa dikatakan bahwa dakwah adalah jalan hidup seorang mukmin yang senantiasa mewarnai setiap perilaku dan aktifitasnya.

“Katakanlah: “Inilah jalan (agama)ku, aku dan orang-orang yang mengikutiku mengajak (kamu) kepada Allah dengan hujjah yang nyata, Maha Suci Allah, dan aku tiada termasuk orang-orang yang musyrik.” (QS:Yusuf : 108)

BERSAMBUNG!

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Menarik sekali ulasannya pak.. Salam literasi pak..

29 Jul
Balas

Terima kasih ulasannya, mantul.

29 Jul
Balas

Makasih atas supportnya ya bu Rina..salam literasi dari Batusangkar Bu

29 Jul

Alhamdulillah, makasih atas support dan doanya Pak Rahmat..salam literasi juga Pak.

29 Jul
Balas



search

New Post