SENIMAN YANG TERBUANG (Tagur 10) (Belajar dari Pasir)
SENIMAN YANG TERBUANG (Tagur 10)
(Belajar dari Pasir)
Bagyo Suwiryo kecil termasuk anak yang sulit untuk diam. Dia tidak betah duduk berlama-lama. Inginnya main. Bersama teman-teman sebaya dia sering ke Kali Gung. Di sana menyaksikan orang-orang yang sedang mengambil pasir dari dalam air sungai. Setelah puas menyaksikan pencari pasir dan berenang, dia akan duduk di pinggir. Tangannya mengeruk-ngeruk pasir dan membentuk ujud seperti patung.
Mencari pasir di Sungai Gung bagi masyarakat Depok merupakan mata pencaharian. Sungai Gung memberikan berkah bagi masyarakat di sana. Sungai yang sangat lebar menyimpan material pasir yang tak terhitung banyaknya.
Pagi-pagi sekitar pukul 07.00 mereka sudah beraktivitas di sungai. Mereka membawa pengki dari anyaman bambu dan cangkul. Pengki digunakan untuk mengambil pasir dari dalam sungai, sedangkan cangkul untuk menata pasir yang sudah terkumpul.
Para pencari pasir akan menyelam lama. Ketika muncul di tangannya sudah mengangkat pengki berisi pasir. Ia bawa ke pinggir sungai yang tidak ada airnya. Biasanya para pencari pasir sudah punya tempat masing-masing untuk menaruh pasir.
Pasir akan dikumpulkan sampai menumpuk sambil menunggu juragan yang akan mengangkut pasir ke atas truk. Para juragan datang siang hari. Mereka akan mengumpulkan pasir-pasir dari pencari pasir yang sudah dia kontrak. Sistem seperti ini tidak menimbulkan persaingan diantara juragan pasir. Masing-masing sudah mempunyai grup pencari pasir.
Bagyo sangat senang kalau datang ke Sungai Gung. Dia sangat menikmati pemandangan seperti ini. Tapi, yang lebih menarik bagi Bagyo bukan pencari pasir yang menyelam dan muncul saat mengambil pasir. Bukan juga asyik berenang seperti teman-temannya. Dia lebih suka berlama-lama di pinggir kali dan bermain pasir.
Dia tidak menghiraukan teman-temannya yang asyik berenang. Temannya yang berlomba lama-lamaan menyelam. Suara ejekan dari temannya yang menang karena dapat menyelam lebih lama tidak juga dia pedulikan. Bahkan tawa canda yang meramaikan alam di pinggir kali tak juga ia mengusik aktivitas dia.
Bagyo di pinggir kali membentuk pasir menjadi bentuk-bentuk mirip patung binatang. Binatang yang sering ia buat adalah buaya. Pernah dia membentuk buaya yang besar. Buaya sedang melata dengan ekor meliuk ke kiri. Teman-temannya ada yang berteriak melihat buaya dari pasir. Mereka mengira ada buaya beneran di pinggir kali. Setelah tahu itu buatan Bagyo mereka terpingkal-pingkal sekaligus kagum dengan buatannya.
BERSAMBUNG ...
Bogor, 6 Februari 2022
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Kereeen ulasannya, Pak. Salam literasi
Terima kasih Pak Dede. Salam literasi
S3moga Bagyo benar-benar menjadi seniman besar. Salam literasi Pak
Semoga Bu. Salam literasi
cerpen yang menarik pak, fotonya juga estetik pak
Terima kasih Pak Sandy.