Bayangan Hitam

Olelh : Akhmad Ubedi

#Tagur hari ke 175

Sehabis solat Jumat Karto menyiapkan barang dagangannya. Seperti biasa Jumat sore ia akan mangkal di depan majelis taklim ibu-ibu. Pengajian yang diikuti para ibu fatayat biasanya dimulai pukul 14.00 dan berakhir 15.30 atau setelah terdengar azan ashar. Gerobak dorong Kang Karto sudah dipenuhi jajanan anak. Ia mulai menata agar penampilannya menarik. Ia tata dengan hati-hati. Setelah semua rapi, ia mulai mendorong gerobaknya menuju tempat pengajian ibu-ibu. Ia mencari tempat yang nyaman di bawah pohon kersem. Dahan-dahan yang melebar dengan daun yang rimbun menahan panasnya sinar matahari. Kang Karto mengambil kursi plastik warna hijau yang digantung di belakang gerobak. Ia duduk menghadapi gerobak sambil menatap ibu-ibu dengan dandanan yang sangat rapi. Mereka terlihat sangat menawan. Di balut gaun muslimah yang elegan, ibu-ibu melangkah memasuki tempat pengajian.

Pandangan Kang Karto tertuju pada seorang perempuan bergaun abaya hitam dengan hiasan rendra yang membujur. Matanya tak mau lepas dari perempuan itu. Tiba-tiba pandangannya mulai kabur. Ia tidak dapat melihat jelas perempuan bergaun abaya yang sedang duduk menghadap ke arahnya. Gaun hitam semakin menambah gelap pandangan Kang Karto. Ia ingin memanggil perempuan bergaun abaya hitam, tapi tak mampu berucap.

Kang Karto terus menatapnya. Ada bayangan melintas tiba-tiba. Teriakan perempuan bergaun abaya hitam minta tolong. Dia terkapar di bawah sebuah minibus. Kakinya terjepit ban belakang minibus. Ia berusaha melepaskan diri dari himpitan. Tangannya meronta-ronta. Suaranya melengking minta tolong. Kang Karto berlari sambil mengedor-gedor kaca mobil. Ia berteriak minta mobilnya dimundurkan. Ia gedor-gedor lagi. Sopirnya tak juga keluar. “Pak, pak, ini berapa?” Seorang bocah mengguncang lengan Kang Karto yang masih menatap perempuan bergaun abaya hitam.

Bogor, 25062021