Akhmad Ubedi

Lahir di Tegal, kini sebagai guru di SMPN 257 Jakarta...

Selengkapnya
Navigasi Web
AIR MATA KORUPTOR (Tagur 8)

AIR MATA KORUPTOR (Tagur 8)

AIR MATA KORUPTOR (8)

Ada ungkapan yang sering kita dengar yakni air mata buaya. Ungkapan ini untuk menggambarkan kepalsuan sikap seseorang. Artinya ada pengelabuhan perilaku agar maksudnya tercapai dengan cara yang tidak benar.

Ungkapan ini jelas mempengaruhi perasaan orang lain dengan sikap manis, dan daya pikat. Tentu air mata buaya berkonotasi negatif.

Belum lama ini muncul perilaku dari orang yang telah divonis bersalah. Dia menggunakan air matanya untuk menggugah perasaan banyak orang terutama para hakim.

Perilaku tidak etis yang ditujukan bukan kepada individu melainkan kepada lembaga peradilan tipikor. Di hadapan hakim terdakwa korupsi menangis bak anak kecil kehilangan permen. Dia menggunakan air mata saat membacakan pledoi di depan hakim.

Air mata koruptor sangat paradoks dengan perbuatan yang ia lakukan. Saat melakukan perbuatan memperkaya diri dari uang negara, dia tidak menangis. Dia tidak memikirkan jutaan orang kesulitan untuk bertahan hidup. Dia tidak mau tahu pembangunan terbengkalai dan mangkrak.

Di mana air matamu saat itu. Di mana kau sembunyikan pikiran sehatmu. Kenapa tiba-tiba kau cucurkan air mata hanya kasihan terhadap keluarga. Bukankah kau tidak pernah kasihan kepada jutaan orang. Air mata apa yang kau tunjukkan di hadapan hakim.

Tidak sepantasnya koruptor menangis di hadapan hakim. Tindakan ini sama dengan ungkapan air mata buaya. Air mata yang ditujukan untuk mempengaruhi hakim agar mengikuti perasaannya. Padahal, ada tujuan di balik air mata itu.

Sebagai orang yang terbukti dengan sah melakukan tindakan penyelewengan uang negara. Sepatutnya berani bertanggung jawab. Inilah risiko yang harus dihadapi. Tidak usah mempengaruhi hakim dengan air mata palsu.

Air mata koruptor telah menyakiti hati masyarakat secara umum. Air mata koruptor telah menghilangkan kepekaan terhadap ketimpangan sosial. Air mata koruptor menandakan telah sirnanya rasa malu pada dirinya. Tindakan yang tidak etis telah ia mainkan. Sangat tidak elok perilaku koruptor ini.

Bogor, 4 Februari 2022

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Tulisan yang menarik. Benar,Pak Akhmad, ketika ia melakukan korupsi, tak ada air mata itu. Setelah di pengadilan, barulah ia merasakan.

04 Feb
Balas



search

New Post