CERMIN KEHIDUPAN 1: Membangun Kesadaran Siswa
Saat penulis melihat suatu acara di televisi, dengan sengaja penulis memindahkan tontonan ke channel yang lain dan saat itu sempat dibuat penasaran dengan suatu tulisan dalam tayangan itu. Tertulis di sana sebuah judul “Polisi Cerewet”. Penasaran dengan apa yang dinarasikan reporter, penulis mencoba memahami isi tayangan televisi itu. Sungguh luar biasa! Seorang polisi di usia separoh baya dan terlihat raut kulit ketuaanya dengan bersemangat menyampaikan alasannya menekuni tugasnya sebagai polisi cerewet. Polisi yang selalu mengingatkan kepada masyarakat agar senantiasa mematuhi segala peraturan lalu lintas, baik dari segala tanda atau rambu-rambu lintas yang ada di jalan maupun kehati-hatian dalam berkendaraan. Luar biasa! Dalam tayangan acara tersebut, Polisi itu dengan mobil patrolinya selalu berkeliling di keramaian kota Aceh. Hasilnyapun sungguh patut kita acungi jempol karena ternyata dapat mengurangi tingkat kecelakaan di kota Aceh.
Kita tahu bahwa jalan raya adalah tempat lalu lalangnya segala macam kendaraan, dan juga adanya segala jenis simbol peraturan lalu lintas serta bermacam sanksi pun sudah sangat lengkap aturannya. Segala ancaman hukuman sudah diatur dalam undang-undang lalu lintas. Lalu kenapa masih ada figur aparat polisi yang cerewet?
Keberhasilan berkurangnya tingkat kecelakaan itu tentunya tidak semata karena “kecerewetan” polisi itu saja. Tetapi karena adanya sinergi suatu program yang bertujuan sama. Di sisi lain, ada polisi yang mengatur lalu lintas, adanya rambu-rambu lalu lintas, dan juga adanya tingkat kesadaran masyarakat yang makin baik akan keselamatan di jalan raya. Faktor terakhir inilah yang menjadi sasaran pokok yang seharusnya kita bangun, bukan dibiarkan. Karena kesadaran manusia terhadap sesuatu hal akan berlangsung lama efeknya. Akan tetapi memang perlu waktu yang lama juga untuk membangunannya.
Demikian halnya dengan sekolah, tempat belajarnya para siswa dan juga wahana membangun karakter (character building) sehingga akan tercipta siswa yang berkarakter unggul nantinya. Sekolah, Tempat di mana para guru mengajar dan mendidik karena di sekolah segala macam nasehat dan peringatan sejak dini dilakukan dalam jalur formal. Para orang tua siswa pun merasa akan hal ini karena anak-anak mereka akan memiliki pergaulan yang baik dan terarah terarah. Oleh karena itu, guru adalah kunci pelaksana pendidikan karakter di sekolah. Terinspirasi dengan tindakan polisi cerewet maka “Guru Cerewet” juga layak kita munculkan di sekolah. Cerewet bukan karena marah dan banyak bicara apalagi dengan nada tinggi. Akan tetapi cerewet karena tidak bosan memberi nasehat dan peringatan-peringatan di sekolah serta cerewet dalam memberi teladan kepada peserta didik kita.
Adanya siswa yang katakanlah nakal, sering bolos, membully teman, berantem dan tawuran, dan membuang sampah atau kurang peduli akan kebersihan adalah akibat dari adanya pembiaran. Setiap sekolah sudah memiliki kelengkapan instrumen tata tertib di sekolah dan bahkan dengan beragam poin skor sebagai sanksinya. Namun mengapa semua itu kurang berarti sama sekali untuk sebagian siswa kita.
Menurut kamus wikipedia, Kesadaran sebagai bentuk keadaan sadar. Ini artinya bukan merupakan keadaan yang pasif melainkan suatu proses yang aktif. Perkembangan kesadaran manusia sendiri berlangsung pada tiga tahap; sensasi (pengindraan), perseptual (pemahaman), dan konseptual (pengertian). Dengan kata lain kesadaran adalah keadaan seseorang di mana ia tahu atau mengerti dengan jelas apa yang ada dalam pikirannya. Sedangkan pikiran dapat diartikan dalam banyak makna, seperti ingatan, hasil berpikir, akal, gagasan ataupun maksud (niat). Dengan demikian, membangun kesadaran berarti meningkatkan pemahaman atau pengertian pada pikiran atau ingatan. Jika hal ini terus dilakukan secara berulang berarti juga akan makin kuat ingatan seseorang akan apa yang diulang-ulang tersebut. Makin sering diulang makin kuatlah ingatanya sehingga tanpa perlu mendapat perintah lagi, seseorang akan dengan kesadaran diri melakukan sesuatu.
Membangun kesadaran diri siswa pun perlu sekali terus dilakukan. Guru tidak boleh bosan-bosan untuk menyampaikan segala nasehat dan peringatan secara kontinyu. Guru tidak boleh lagi mengeluhkan keadaan siswanya apalagi menyalahkan.
Pada saat seorang guru melihat lingkungan kelas yang tidak bersih maka tidak ada salahnya, guru membangun kesadaran lewat indra mata (penglihatan) dengan memberi contoh (keteladanan), misalnya memungut sampah dan membuangnya ke tempat sampah. Dengan pembelajaran indra ini melalui keteladanan guru maka pemahaman dan pengertian lingkungan yang bersih pun akan mulai terbangun.
Demikian pula dengan pengingatan melalui indra telinga, dan konsekuensinya guru cerewet dibutuhkan dalam membangun kesadaran siswa. Janganlah kita para guru menyerah untuk tidak mengatakannya lagi, saat kita sudah pernah menyampaikan sebelumnya dan hasilnya belum berhasil. Namanya saja pendidikan, tentu saja pelaksanaannya berproses dan hasilnya tidak instan saat siswa masih di sekolah karena.Bisa jadi hasilnya baru terlihat di tingkatan sekolah berikutnya.
Bagaimana? Apakah kita akan menyerah untuk tidak mengingatkanya lagi? Ayo, saatnya kita buktikan. Ingatkan terus siswa kita dengan tata tertib lingkungan sekolah, ingatkan terus siswa kita dengan lingkungan yang bersih dan hidup sehat, dan ingatkan terus siswa kita dengan berpakaian yang rapi. Selamat menjadi guru cerewet!
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar