
Panggilan Aja Bikin Ribet
Pagi ini, tak seperti biasanya Mbah Guru (MG) sudah turun ke jalan untuk jogging. Karena biasanya masih di rumah, memanjakan piaraannya. Dari ayam, bebek, kelinci, dan burung.
Di saat asyik berjalan ditemani alunan Sweet Talk-nya Sheryl Sheinafia, lewat headphone. Tiba-tiba ada seorang Anak Muda (AM), menyapa beliaunya. Dan terjadilah dialog singkat.
AM: Tumben mbah, pagi-pagi udah jalan-jalan?
MG: Eh, kisanak. Iya nih. Mumpung Minggu-Minggu, kayak orang-orang.
AM: Walah, kok saya dipanggil kisanak?
MG: Mau dipanggil apa? Bro gitu?
AM: Yo nggak gitu juga. Kisanak itu kan kesannya kayak lagi ada di kerajaan kuno.
MG: Ya udah. Pak aja ya?
(menggerutu di dalam hati, rewel nih orang)
AM: Mas aja mbah, saya rasa ini lebih cocok. Meski saya sudah beranak-istri, tapi kan saya masih muda.
(sambil tersenyum lebar)
MG: Maaf, terpaksa saya tidak mau.
AM: Lha kenapa mbah?
(matanya melebar, tak paham).
MG: Nggak nasionalis.
AM: Nggak nasionalis gimana mbah maksudnya?
MG: Ya itu, panggilan "mas". "Mas" kan produk Jawa.
AM: Mbah-mbah kirain apaan? Mas itu meskipun produk Jawa, namun sudah dikonsesusi seantero republik, untuk digunakan. Jadi dimana letak ketidak-nasionalismenya tadi? Bandingkan dengan panggilan "bro" yang merupakan kependekan dari "brother". Jelas made in bule. Ini artinya jika saya mau dipanggil "mas", jelas terpampang nyata, bahwa saya itu seorang nasionalis.
MG: Ya udah. Omongan saya yang tadi diralat. Tapi sebenarnya kata "kisanak" juga nggak harus diletakkan di jaman kerajaan kuno. Wong nyatanya warganet juga memakainya. Meskipun di dunia nyata, tak pernah terdengar lagi dalam suatu percakapan. Padahal "kisanak" mengandung arti panggilan kepada seorang yang belum dikenal. Dan panggilan ini menunjukkan rasa persaudaraan dan keakraban. Untuk itu, mengapa tidak kita angkat kembali ke permukaan?
AM: Ooo gitu ya mbah. Baru ngerti nih.
(mengangguk-anggukkan kepala)
MG: Baguslah kalo gitu.
AM: Ngomong-ngomong lagi dengerin lagu apa mbah?
MG: Kepo aja ni bocah. Ini lho lagi ngedenger Sweet Talk yang dinyanyikan Sheryl Sheinafia kolaborasi dengan Rizky Febian dan Chandra Liow.
AM: Wuih gaul juga mbahe. Tapi nggak dikoploin tho?
MG: Orisinil dong. Kok situ sengak banget kelihatannya sama Dangdut Koplo.
AM: Nggak mbah saya juga suka. Setau saya itu, simbah ini kan sukanya lagu-lagu Dangdut Koplo macam Jaran Goyang-nya Nella Kharisma. Kok sekarang denger lagu berbahasa asing, kan ini aneh.
MG: Wah, kamu nggak tau ya? Saya itu suka semua lagu yang sedang ngetren, ngehits. Pokoknya kalo ada lagu, kayak gitu. Sikat, Bro!
NILAI MORAL: Pelajarilah bahasa, baik dari segi sejarahnya maupun politiknya.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Si mbah gaul abiz... Mantap.
He he he.
Ayo mas Ajun tulis sebanyak-banyaknya cerita MG dan jadikan sebuah buku
Rencananya memang seperti itu, pak. Karena banyak yang respon positif dan selalu menunggu kehadirannya.