Awalnya Dipaksa, Lalu Nggak Terasa, Akhirnya Jadi Terbiasa
Sepintas, Judul itu biasa saja. Namun, bila dicermati maknanya menjadi luar biasa. Pertama, dipaksa. Sesuatu yang dipaksa atau harus dikerjakan pasti ada tujuan dan keinginannya. Jika tidak, maka orang tidak akan mendapatkan apa-apa. Kedua, nggak terasa. Sesuatu yang dinikmati dengan senang hati kadang-kadang menimbulkan suasana atau kesan yang terlewati, misalnya lupa waktu, istirahat, atau beraktivitas yang lain. Ketiga, terbiasa. Jika sesuatu atau kegiatan terbiasa dilakukan dengan rutin, maka sesuatu atau kegiatan tersebut akan menjadi hobi yang menyenangkan. Apabila sesuatu hilang atau sedikit saja terlewati, maka akan menimbulkan kekhawatiran. Singkatnya, eman sekali kalau kesempatan itu hilang begitu saja.
Sebagai contoh bagi orang yang suka nonton drama korea (drakor). Awalnya mereka harus dipaksa nonton jika ingin tahu atau penasaran. Seringkali menonton, Lama-lama akan menimbulkan ketagihan. Akhirnya mereka lupa waktu karena tak terasa menonton beberapa episode. Akhirnya, dengan terbiasa nonton, mereka tidak akan melewatkan satu atau dua episode hilang percuma demi melengkapi detik-detik episode terakhir.
Hal ini juga terjadi dalam kegiatan menulis, khususnya dalam mengikuti tantangan menulis 30, 60, 90 hari hingga 365 hari (setahun). Awalnya peserta harus dipaksa menulis, mencoba berlatih menulis hari demi hari menyetor tulisan tanpa jeda seharipun. Bila ada jeda sehari tidak setor tulisan mereka harus mengulang (remidi). Selama hampir lima bulan ini pastinya dalam kegiatan menulis yang saya lakukan ini ada kalanya merasa bahagia, tapi kadang-kadang saya harus bersedih atau merasa kerepotan karena harus dipaksa. Mengapa? Menulis akan terasa asyik dan menyenangkan jika pikiran dan tindakan selaras dan berjalan beriringan sehingga ide mudah mengalir dan bisa dijadikan tulisan yang bergizi. Sebaliknya, menulis akan terasa merepotkan ketika saya harus berpikir lebih keras untuk mendapatkan ide yang cemerlang dan menuangkannya dalam bentuk tulisan. Apalagi menjelang detik-detik terakhir (injure time), tantangan menulisnya menjadi luar biasa.
Beberapa kebahagiaan yang didapat seorang penulis:
1. Kelelahan dan kerja keras saat menulis terbayar lunas saat artikel dipublikasikan, dibaca dan menginspirasi banyak orang.
Kita merasa bangga bilamana tulisan kita disetujui oleh Admin, menjadi tulisan yang bermakna karena banyak menginspirasi orang dan sebagainya.
2. Dapat mengirimkan tulisan tepat waktu.
Menjadi kebanggaan tersendiri bagi penulis jika bisa menyelesaikan tulisan tepat waktu dan mengirimkannya tanpa diburu deadline yang menghantui.
3. Bisa menjalin pertemanan atau silaturahim antara sesama komunitas Penulis.
Tentu saja dengan menulis kita akan mendapatkan banyak teman khususnya sesama penulis dari berbagai daerah dengan latar belakang dan pengetahuan yang berbeda-beda namun tetap dalam satu tujuan yaitu menjadi guru penulis yang produktif serta bisa sharing berbagi ilmu pengetahuan dan pengalaman.
Sedangkan duka bagi seorang penulis adalah:
1. Bisa atau mudah stres karena tak ada ide, bisa juga stres karena kebanyakan ide.
Ketika penulis mendapatkan banyak ide kadang bingung untuk menuangkan ide dan menuliskannya dalam bentuk tulisan. Sebaliknya, ketika penulis belum mendapatkan ide justru akan menyurutkan semangat untuk menulis.
2. Pekerjaan rumah kadang terbengkalai.
Kegiatan menulis ini kadangkala menyita waktu dalam keluarga. Belum lagi kita harus lembur malam untuk mencicil tulisan atau menyiapkan tulisan keesokan harinya. Tak jarang pula, kita harus meluangkan waktu buat keluarga berkumpul bersama hanya untuk merampungkan tulisan kita.
3. Mendapatkan kritikan yang kurang baik.
Banyaknya tulisan yang kita buat atau dipublikasikan kadangkala mendapatkan banyak kritikan yang kurang enak dan tidak memuaskan dari orang lain. Mereka menganggap bahwa tulisan kita kurang bagus, isi tulisan biasa saja. Kebanyakan dari mereka hanya membully namun tanpa memberi saran dan solusi yang baik.
Itulah beberapa suka dan duka Penulis dalam mengikuti tantangan menulis di Gurusiana. Awalnya harus dipaksa, lalu nggak terasa, akhirnya jadi terbiasa. Karena menulis adalah salah satu cara membuktikan pada dunia bahwa kita ‘ADA’ dan berguna untuk sesama.
Situbondo, 6 Juni 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Keren pak..jd termotivasi
Keren pak..jd termotivasi
Tetap semangat menulis Bu. Terus menginspirasi banyak orang
Tetap semangat menulis Bu. Terus menginspirasi banyak orang
Tetap semangat menulis Bu. Terus menginspirasi banyak orang
Malah kalau tidak menulis jadi bingung hehe
Bingung takut remidi Bu
Bingung takut remidi Bu
Saya pertama merasa terpaksa menulis tapi akhirnya terbiasa dan enak menulis
Terus menulis Bu. Sukses selalu ya
Terus menulis Bu. Sukses selalu ya
Bagus tulisannya Pak. Kita saling memotivasi. Betul sekali kita berbeda latar belakang pengetahuan tapi sama2 punya satu tujuan yaitu menjadi guru penulis yg produktif. Lanjut....
Semangat Bu. Siap
Semangat Bu. Siap
Semangat Bu. Siap
Melihat tulisan teman-teman, apalagi yang sudah terbit ingin rasanya mengikuti langkah mereka. Terima kasih pak motivasinya.
Semoga bermanfaat dan memotivasi teman teman yang lain
Semoga bermanfaat dan memotivasi teman teman yang lain
Semoga bermanfaat dan memotivasi teman teman yang lain
Benar sekali pak, saya pun merasa demikian .
Keren pak, dari teepaksa menjadi luarbuasa
Memang harus dipaksa-paksa Bu. Hehe
Memang harus dipaksa-paksa Bu. Hehe
Memang harus dipaksa-paksa Bu. Hehe