Tantangan Gurusiana ke-2

#TantanganGurusiana

“Anak-anakku terimakasih ya sudah memberikan kejutan yang terindah buat Ibu, terima kasih atas perhatiannya. Semoga kelak kalian menjadi orang yang sukses.”

Doa itu teriring untuk anak-anak saya kelas 7B saat moment yang penuh kenangan setelah pelaksanaan upacara bendera. Kebetulan yang menjadi petugas upacara adalah anak-anak saya kelas 7B. Sebagai walikelas dan pengganti orang tua mereka dirumah tentu ini adalah sebuah tugas tambahan yang penuh dengan amanah untuk bertanggung jawab atas segala apa yang berkaitan dengan anak-anak saya di kelas 7B.

Usai upacara, saya tidak ingin begegas kembali ke ruang guru, tidak ingin meninggalkan moment special disaat anak-anak saya menjadi petugasnya. Maka saya dan anak-anak berswafoto dan foto bareng-bareng dengan mereka untuk kenang-kenangan. Mereka nampak lega setelah beberapa jam mereka deg deg an, maklum ini pengalaman pertama mereka menjadi petugas upacara.

Namun pagi sebelum upacara dimulai, penuh dengan ketegangan. Pasalnya, yang menjadi pemimpin upacara ternyata tidak masuk. Oh my God, lalu siapa yang jadi penggantinya. Sementara selama latihan yang dibimbing oleh waka kesiswaan tidak ada cadangan pemimpin upacara, murni kita mengandalkan satu orang yaitu wakil ketua kelas 7B. Dialah sosok yang terus berlatih menjadi pemimpin upacara. 3 hari waktu latihan dia terlihat sehat-sehat saja.

Ternyata waktu hari senin itu, tepat hari H pelaksanaan upacara dia sakit. Anak-anak kebingungan, sayapun juga. Lalu siapa yang jadi pengganti pemimpin upacaranya. Mereka langsung sigap, sang ketua kelas bersedia menjadi pemimpin upacara. Alhasil, Alhamdulillah semua berjalan lancar. Meski awalnya penuh dengan ketegangan. Saya ambil nafas lega begitu protokol upacara meyampaikan pembubaran upacara. Alhamdulillah, dan kita semua berdoa agar teman-teman yang sedang sakit saat itu segera sehat.

Nah, usai berfoto bareng anak-anak tercintaku. Aku bergegas menuju keruang guru hendak istirahat sebentar dan mempersiapkan diri untuk mengajar dikelas. Namun apa yang terjadi ternyata sebelum saya menuju kelas beberapa anak saya meminta saya untuk menuju kelas 7B sebentar. Saat itu saya mengira ada beberapa yang ingin disampaikan terkait dengan masalah kelas.

Inilah moment yang buat saya kaget banget, surprise deh pokoknya. Saya nggak nyangka anak-anak memberikan surprise party kecil-kecil an, kata mereka begitu. Ya Allah, mereka ternyata perhatian banget dengan saya. “Kok tahu tanggal kelahiran Ibu dari mana?”, “kami lihat data di papan yang ditempel di ruang tata usaha”, kata si ketua kelas. Di tiap tanggal kelahiran saya tidak pernah merayakan ulang tahun yang harus tiup lilin segala, kalau syukuran atas kesehatan yang diberikan sampai dengan bertambahnya usia itu sering bahkan hampir tahun kami para guru-guru di tempat saya mengajar selalu urunan untuk sekedar makan dan minum secara sederhana lalu kita berdoa sama-sama.

Usaha anak-anak saya yang sudah memberikan saya kejutan spesial di moment hari kelahiran saya sungguh membuat saya bangga menjadi walikelas mereka. Mereka anak-anak yang baik, perhatian, meski terkadang ada saja yang membuat saya gemes, jengkel, marah oleh beberapa ulah dari mereka di sekolah. Ya itulah warna warni sebagai walikelas. Kadang membiru bahkan sampai memerah, kadang mereka membuat saya bangga terkadang membuat ibunya ini marah. Namun mereka harus terus kita berikan semangat karena itu tanggung jawab kita menjadi walikelas. Warna apapun yang ada, itulah nikmatnya menjadi walikelas.