Ainul Ilmi Utiyad Darojah

Ilmi adalah guru Matematika di MAN 2 Jember. Yaps... dia adalah guru yg suka sastra tapi terjebak di matematika. Tak heran, saat kuliah, dia satu-satunya mahasi...

Selengkapnya
Navigasi Web
IBU MABUK

IBU MABUK

Panggilan sayang anak-anakku cukup Nasionalis. Bapak dan Ibu. Banyak juga yang berkomentar terlalu kuno. Menurutku sih bebas ya... kita mau dipanggil apa, sesuai sreg hati masing-masing.

Awalnya sih ingin panggilan sayang itu Ayah dan Bunda. Tapi aku yang metallica ini merasa kikuk kalau dipanggil bunda. Bayanganku, yang dipanggil bunda adalah sosok ibu yang benar-benar keibuan dan feminim. Sedang aku, jauh dari segala bayangan itu. Dan... anehnya anakku saat kecil susah sekali dibiasakan ayah dan bunda. Ayah bisa menjadi yeyek dan bunda menjadi bundar. Sontak kami berdua tertawa terpingkal-pingkal,

"Aa tahu aja ya yang, kalo ibunya bundar"

Lidahnya lebih mudah menyebut Ba...pak... dan I...buk. Begitu juga dede, lidahnya lebih mudah mengeja Bapak dan Ibu(k) daripada panggilan yang lainnya.

Kami adalah "kontraktor", alias orang yang berpindah-pindah kontrakan. Haha... Dan di kontrakan yang baru, sebuah perumahan tertua dan terluas di kota kami. Berbagai suku bangsa ada di sana. Panggilan pada orang tua pun makin beragam.

Setiap pulang dari bermain dengan teman-teman, dede selalu memanggilku dengan panggilan yang berbeda. Kadang tiba-tiba memanggil mama, kadang mamak, kadang umi, kadang inak, atau emak, kadang juga bunda (tanpa r).

Pagi itu aku sibuk menjemur pakaian, dede sepertinya sudah ingin sarapan,

" Mama, dede lapar..."

Aku tetap asyik menjemur pakaian. Memang sengaja aku cuekin. Setiap dede memanggil tidak biasanya. Dede mungkin tahu Ibunya tidak terbiasa dipanggil mama,

"Buk...lapar"

Aku tetap tak menyahut, sambil mengintip reaksinya. Dede mulai gelisah, akhirnya memanggil berkali-kali.

" Ma..."

" Buk..."

" Ma..."

"Buk..."

" Mabuk... mabuk..."

Aku tertawa terpingkal,serambi menghampiri. Gegara kelaparan dan tak ada reaksi, panggilannya menjadi satu suku kata.

Sambil makan dengan lahap, dede masih sempat cemberut,

" Dede sudah kelaparan, Ibu ga nongol-nongol..."

Pojokan MANDAJBR Selasa, 20102020

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

nih cerita baru tau nih....semangat yaa

20 Oct
Balas

Maaci kakak semut... eh... imut...

20 Oct

Hahaha, keren Bu. Anak saya juga manggilnya Bapak dan Ibu, kok Bu. Dan itu keren, menurut saya.

20 Oct
Balas

Iya... menurut saya juga keren banget...Semoga segala perbedaan panggilan membuat Indonesia semakin indah tidak terpecah-belah

20 Oct

Keterlaluan nih mama-ibuknya. Anaknya yg jadi mabuk, kelaparan. Hehehe..Keren bu. Sukses selalu. Salam Literasi

20 Oct
Balas

Hehe... iya... saya ibu yg suka ngerjain anaknya... Aamiin... salam literasi juga...

20 Oct

He...he...keren tulisannya....mugo ibuk e gak mabuk tenan.....

20 Oct
Balas

Haha... enggak mbak... ibune cuma ndut...

20 Oct

wkwkwk ngakak bayangin ekspresi anda

20 Oct
Balas

Haha... ekspresi jahil yes...

20 Oct



search

New Post