Dari lima bersaudara... aku yg paling "langsung", yg lain langsing-langsing. Aku yang paling hitam mata lebar hidung "mancung" ke dalam dan berambut kriwil. Padahal Ibu dan Bapak bermata sipit dan berambut lurus bingit. Belum lagi ekpresi wajahku yang kayak mau nelan orang dengan bibir yang susah tersenyum. Tak jarang orang menilaiku sombonglah, sadislah. Padahal keempat saudaraku wajahnya ramah dan murah senyum. OK fix, pertanyaannya:

"aku anak siapa?"

Aku pernah langsing sih,dulu, tapi lupa kapan 🤭. Karena perbedaanku, waktu SD sempat tanya ke bapak,

" Pak, kok mimi beda sama saudara-saudara yang lain?".

Bapak nggak jawab cuma cekikikan. Emang pertanyaanku lucu, aku segera berlalu sambil memonyongkan bibir sepanjang 5 cm. Pernah juga tanya ke Bapak,

" Pak, kok mimi hitam kayak Bapak, tapi pesek kayak ibu. Saudara-saudara yg lain putih kayak Ibu mancung kayak Bapak. Mimi dapat apesnya ya Pak?".

Lagi-lagi Bapak nggak jawab malah nguyel-nguyel mukaku pakai surat kabar dengan gemasnya. Seperti biasa aku memonyongkan bibirku sambil mikir,

"salahku apaaaa...???"

Makin gede kulitku makin terang, meski tetap berbeda dari saudara yg lain, mataku menyipit meski tak sesipit kakak dan adik. Bahkan rambutku pun makin lama makin lurus seperti yang lain.

Tapi setelah menikah dan punya anak,bentuk badanku makin tak berbentuk. Seperti kue yg kebanyakan fermipan dan baking soda, mengembang kemana-mana... . Padahal dulu dijuluki tiang listrik, sênggêk (galah), biting (lidi), cacingan. Tapi sekarang... dijuluki gentong, ikan paus dan GAJAH. Hingga anak-anak dan keponakan-keponakan memanggilku bugaj,budgaj dan tegaj. Herannya aku ga marah, mungkin karena aku memang sabar ya... 🤔 uhuks... Tapi jangan coba-coba kalo siswa-siswa-ku ikut panggil seperti itu. Pilihannya... ,

"mau nilai berapa? Jelek aja atau jelek banget?".

Bahagia itu gampang. Bikin orang lain ketawa juga gampang. Cukup membully diri-sendiri aja, mereka sudah tertawa bahagia kok. Jadi stop membully orang lain gengs...

Pojokan MANDAJBR

Kamis, 8 Oktober 2020