Matrasit

Salam kenal... Namaku Ahmad Rasyid (nama pena) atau Matrasit, terlahir di Sumenep pada tanggal 6 Mei 1967. Mulai Maret 1988 berprofesi guru di Kabupaten ...

Selengkapnya
Navigasi Web
SEHAT, BUKTI CINTA ILAHI. LALU _ ?

SEHAT, BUKTI CINTA ILAHI. LALU _ ?

SEHAT, BUKTI CINTA ILAHI. LALU _ ?

Hari Kamis, 30 Januari 2020 ini Allah menakdirkan saya untuk memilih salah satu di antara 2 kewajiban, sebab terjadi dalam satu waktu yang sama. Memilih berarti harus ada salah satu kewajiban yang mesti digugurkan dan (semoga) dimaafkan. Kriteria yang dipilihnya tentu saja bersifat urgen dan sangat mendesak. Atau sebab bersifat insidental dan bukan rutinitas. Sebagai satu pilihan wajib, yang diambil lebih pada sebab yang bersifat harus disegerakan. Artinya bila ditangguhkan, esok hari akan menjadi beban yang bertambah-tambah dan mungkin akan lebih fatal efeknya.

Dalam aktivitas keseharian, profesi saya sebagai salah satu anggota dewan pengajar di suatu sekolah. Mengajar merupakan kewajiban _yang menurut kebanyakan_ masih akan hadir kembali di esok hari. Kaidahnya, bahwa suatu kewajiban hanya dapat digugurkan oleh kewajiban lain yang lebih besar dan dihukumi lalai seseorang yang sebab perkara sunnah kemudian menggugurkan yang wajib. Sebab itu melalaikan suatu kewajiban tanpa uzur dan atau kewajiban lain yang urgen akan menjadi dosa yang mesti dipertanggungjawabkan kelak.

Adapun kewajiban yang telah mampu menggugurkan lainnya adalah mengantar ayah mertua ke rumah sakit. Beliau divonis terindikasi katarak oleh dokter umum yang harus ditangani melalui operasi mata. Keluhan demi keluhan sering terdengar oleh kami. Memang tak memintanya secara langsung untuk diadakan tindakan medis. Sebagai anak, menjadi keniscayaan untuk mengambil tindakan yang _barangkali_ lebih bijak. Yaitu memeriksakannya kepada ahlinya, dokter spesialis mata.

Alhasil, Ternyata bukan katarak melainkan saraf yang akan terasa ngilu apabila terjadi gejala tensi darah meninggi. Yang solusinya harus terapi obat secara berkesinambungan. (Alhamdulillah dan terima kasih bagi pemerintah yang telah memrogramkan BPJS Kesehatan, terlebih dana tersebut sebagai hibah untuk masyarakat yang benar-benar membutuhkan.)

_Manossa coma darma_, adanya usaha untuk merencanakan sesuatu, merealisasikan rencana, mengevaluasi, menganalisa, dan usaha tindak lanjut adalah kodrat harokah manusia secara langsung. Sedangkan hasil yang didapatkan, apakah sesuai dengan rencana, atau melampauinya, atau tertarik pada jerang kegagalan. Termasuk dalam memeriksakan jiwa dan raga pada ahlinya sekalipun masih bersifat nisbi adanya.

Adalah menjadi menarik, jikalau hanya "sehat" yang dinisbatkan pada predikat "bukti cinta Ilahi". Lalu mereka yang berhasil secara fisik dicap dikasih Tuhan. Lalu apakah yang gagal, yang sakit, yang miskin, dan yang minus-minus lainnya diabaikan oleh-Nya? Suatu prasangka jelek yang diantarkan kepada-Nya. Na'udzubillah.

Maaf, bila demikian sebenarnya telah terjadi pengingkaran terhadap nikmat Allah. Bukankah yang baik atau yang buruk adalah sama-sama takdir Allah. Bukan hanya diketahui oleh-Nya, melainkan atas seizin-Nya sesuatu itu mutlak terjadi.

Positif dan negatif adalah gejala alamiah yang tak mungkin untuk dielakkan oleh manusia. Maka prasangka yang didasarkan atas kesalehan adalah menerima dan mensyukuri adanya. Bahwa pasti apa yang Allah ciptakan _ baik atau buruk _ terdapat nilai hikmah yang besar yang mesti kita pelajari dalam usaha menyadarkan diri untuk berprasangka yang baik.

Jelas tak mungkin kalau kemudian sesuatu yang dikerjakan sendiri, kegagalan atau ketidaknyamanannya dilimpahkan kepada Ilahi yang sudah nyata-nyata memberikan akal pikiran serta hati untuk memprosesnya pada hal yang baik. Kalau tidak, pasti sebab nafsu syahwat yang merajai dirinya.

Hal yang paling indah semestinya sebagaimana yang disabdakan Rasulullah, "Jagalah sehatmu, sebelum sakitmu". Penting untuk menyadarkan diri pribadi bahwa ternyata sifat kasih sayang dan keadilan Allah ditumpahkan pada proses perjalanan hidup yang sehat akan lebih panjang dan lebih lama bila dibandingkan keadaan sakitnya. Tapi, rasa "sakit" ketika datang umumnya bagi diri bagai pepatah "nila setitik merusak air sebelanga". _Naudzu billahi min dzalik_.

Semoga Allah meridai semua.

#RSU Sumekar

#30 Januari 2020.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

MasyaAllah, terima kasih sudah diingatkan untuk bersyukur dan menjalankan kewajiban melalui tulisan ini.

30 Jan
Balas

Amin. Sangat menginspirasi. Mudah2an Allah selalu meridhoi kita.

30 Jan
Balas



search

New Post