Situbondo Harus Bisa
Hari ke 69. Tantangan menulis 90 hari.
Situbondo Harus Bisa
Tulisan saya yang kemarin mendapatkan protes dari seseorang yang saya cintai. Kenapa Situbondo aman ?. Saya pun menjawab, itu Khan harapan kita.---dan dia akhirnya menjadi faham, tulisan saya juga doa---
Toh juga Situbondo aman. Apabila kita mendekam di rumah. Tidak keluar bila tidak ada kepentingan---seperti saya yang baru saja keluar untuk mengirim paket---
Lantas apakah kita hanya mendekam terus terusan dirumah. Tanpa ada kegiatan. Tanpa bekerja. Apabila pekerjaan kita bisa dikerjakan dirumah, tidak menjadi persoalan.
Lantas bagaimana dengan yang pekerjaannya harus dikerjakan di luar rumah. Dan apabila tidak keluar, tidak mendapatkan pemasukan.---seperti pedagang sayur keliling dirumah saya, menulis istilah tompes di status efbe nya.---
Bagi anda yang seperti ini, saya juga senasib dengan saya. Sampai sekarang pemerintah hanya memikirkan penularan virus ini. Hanya memikirkan orang yang tertular, siapa saja yang tertular.
Tidak memikirkan bagaimana yang tidak tertular ini ekonominya macet. Para pedagang yang harus menjual barang dagangannya untuk memutar uangnya.
Apabila uang tidak memutar, maka tidak mendapatkan penghasilan. Dan lama lama karena tidak ada penghasilan, bukankah akan kelaparan.
Pemerintah belum memikirkan misalnya, mendata para pelaku usaha kecil apakah mereka terdampak. Dan apabila terdampak, seberapa besar mereka terdampak.
Dan juga apa saja efek dari terdampaknya para pedagang ini. Bukankah pedagang juga menggunakan dana pinjaman untuk diputar untuk usaha. Ketika usaha tidak berjalan maka kemudian bukankah akan menjadi macet. Istilahnya adalah mitigasi ancaman ekonomi macet.
Dan kemudian yang saya dengar adalah mereka yang statusnya PDP atau positif tertular covid lah yang mendapatkan keringanan atau pelonggaran kredit.
Itu untuk bank milik negara. Tidak berlaku untuk bank swasta seperti bank harian, bulanan.
Memang desakan untuk new normal sangat kuat. Apalagi pemerintah sudah meminta Pemda mensosialisasikan aturan ini.
Pertanyaannya kemudian, apa Pemda siap ?. 100% siap. Lo kok berani 100% siap. Bagaimana mengukur kesiapan itu.
Kalau tidak mengatakan 100%, atau mengatakan 50% siap. Itu berarti siap setengah setengah. Justru sikap ini membahayakan. Menunjukkan keraguan. Dan apabila pemimpin ragu.
Maka rakyat akan ragu. Lantas apa ukuran kesiapannya.
Salah satunya adalah kemampuan pemerintah dalam membuat mitigasi dampak sosial ekonomi yang akan memukul masyarakat.
Misalnya kerugian para pedagang dan pengusaha mikro atau kecil itu.
Kemampuan pemerintah dalam mengetest secara cepat para orang yang diduga tertular virus ini juga sangat dibutuhkan. Saat ini lama test untuk mengetahui seseorang tertular virus Ini adalah kisaran 7 hari.
Bila new normal diberlakukan, pemerintah harus memastikan test tersebut tidak lebih dari 2 hari. Apa gunanya test cepat itu.
Gunanya adalah agar pemerintah bisa mengendalikan penularan virus itu. Andaikan hasil test seseorang baru akan keluar setelah 7 hari.
Maka terlalu lama orang itu menunggu hasilnya dan apabila dia orang tanpa gejala, kemudian beraktivitas terbatas. Bukankah akan ada penularan.
Meskipun nantinya orang yang OTG itu dikarantina, pertanyaan nya kemudian, berapa banyak kemampuan pemerintah menampung para orang orang yang positif itu.
Dan kemudian apabila terlalu lama menunggu hasil swan itu, pemerintah akan juga kesulitan dalam mentracking penularan virus itu.
Sehingga kemampuan pemerintah dalam melakukan tracking terhadap orang yang tertular virus ini sangat diperlukan Terutama untuk membatasi penularan virus ini. Sehingga bisa menekan bertambahnya korban.
Semakin lama pemerintah mendeteksi orang yang tertular, maka akan semakin banyak orang yang tertular.
Maka dibutuhkan kecepatan dalam mengetest orang yang terinfeksi virus ini. Semakin cepat kita bisa mengetahui orang yang terinfeksi, maka semakin mudah pemerintah mengendalikan penularan itu.
Selain itu, pemerintah harus melihat data orang yang mempunyai penyakit yang berpotensi membahayakan orang yang terinfeksi.
Sudah sangat jelas disebutkan oleh ketua gugus tugas nasional bahwa tiga penyakit besar yang menyebabkan kematian bagi orang yang terinfeksi virus ini.
Hipertensi, diabetes, dan jantung. Ini adalah penyakit yang paling banyak mengakibatkan kematian bagi yang terinfeksi virus ini.
Maka kemudian. Segera kumpulkan data itu. Sehingga pemerintah bisa melakukan persiapan, misalnya berapa kamar yang dibutuhkan untuk merawat orang yang mempunyai resiko tinggi terinfeksi virus lalu kemudian meninggal.
Sehingga ketika ada orang orang itu terinfeksi, akan dengan cepat di rawat. Sehingga langkah ini mengurangi tingkat kematian.
Seperti Vietnam. Bisa dijadikan rujukan untuk hal ini. Sampai saat ini vietnam 0 korban.
Dan terakhir, pemerintah harus menghitung berapa kemampuan ruang perawatan yang mampu menampung pasien covid.
Sehingga ketika ada penularan, kemudian terjadi lonjakan---meski kita tidak berharap--- maka pemerintah sudah siap dengan skenario untuk menghadapi situasi terburuk.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap pak