Situbondo Aman
Hari ke 68. Tantangan menulis 90 hari.
Situbondo Aman
Masih ingat beberapa hari yang lalu, tepatnya 15 Mei 2020, pemkab Situbondo mengumumkan bahwa pasien positif covid 19 di Situbondo sembuh semuanya.
10 pasien dinyatakan sembuh. Dan 2 pasien dinyatakan sembuh secara klinis. Cek saja beritanya di link ini.
https://www.google.com/amp/s/bangsaonline.com/amp/berita/74218/seluruh-pasien-covid-19-situbondo-sembuh-pemkab-perketat-penjagaan-di-perbatasan
Dan sejak itu masyarakat Situbondo pun berbondong-bondong keluar rumah untuk membeli baju untuk lebaran. Sehingga membuat mall mall di Situbondo terjadi antrian. Meskipun belum buka mall tersebut, pembeli sudah mulai antri.
Lebaran memang membutuhkan baju baru. Sehingga meskipun suasana masih belum baik, baju pun masih diburu.
Dan kemudian selang beberapa hari sebelum hari lebaran. Pemkab pun bertindak tegas menutup mall tersebut selama 3 hari. H-1, Hari H lebaran dan H+1.
Bukankah hari hari itu bisa dianggap sebagai hari sepi untuk berbelanja ?. Hanya pihak mall yang tahu.
Dan bersamaan dengan itu masjid pun di rapid dan hasilnya 20 an orang reaktif.
https://m.detik.com/news/berita-jawa-timur/d-5024723/jumlah-reaktif-hasil-rapid-test-jemaah-masjid-di-situbondo-jadi-27-orang
Belum sampai satu bulan. Per hari ini. Ada penambahan 31 pasien positif covid 19. Diam diam pemkab mengirimkan sample swab 37 orang untuk di test pcr.
Dan hasilnya 6 negatif. Dan sisanya positif. Belum ada rilis resmi dari pemkab Situbondo, dari 31 yang positif itu, 16 orang dari kecamatan Situbondo. Bisa jadi dari hasil rapid jama'ah masjid itu.
Dan sisanya 15 orang dari kecamatan Panji. Ini juga sepi dari pemberitaan.
Lantas apa yang harus dilakukan pemerintah daerah untuk mengatasi hal ini ?. Bukankah kita akan menghadapi aturan new normal ?. Meskipun memang Pemda belum memutuskan kebijakan itu.
Tetapi pemerintah pusat sudah berkali kali mengatakan kebijakan new normal itu. Sehingga masyarakat pun meyakini akan adanya kebijakan new normal itu.
Sudah saatnya Pemda melaksanakan test swab untuk seluruh warga yang daerahnya dinyatakan warganya positif covid 19.
Dan kemudian lakukan swab dengan metode pool test covid 19. Dasar pemikirannya adalah Ide dasarnya: jangan sampai yang tidak kena Covid-19 ikut terkarantina. Seperti sekarang ini. Ekonomi pun macet.
Biayanya tidak semahal tes swab orang-per-orang. Nanti ada hitungannya. Di bagian bawah.
Wilayah yang telah ditentukan itu kemudian, semua orang di satu wilayah itu diambil sampelnya. Sekali ambil untuk dua sampel.
Mengambil mukus sekaligus untuk dua sampel hampir tidak menambah kesibukan. Maupun biaya.
Apa itu mukus, Mukus itu bentuknya lendir. Diambil dari bagian yang sangat dalam di dalam hidung. Di dekat tenggorokan.
Maka ambillah tiap orang dua sampel mukus. Jangan hanya satu sampel.
Maka tiap RT disatu kabupaten menjadi satu pool terkecil. Mukus semua warga RT itu diambil bersama-sama --mungkin perlu waktu tiga jam.
Untuk satu RT - -biasanya 200 kk-- hanya diperlukan VTM satu unit. Mukus orang satu RT dimasukkan ke satu VTM saja.
Apa itu VTM ?. VTM itu virus transfer medium
Berikutnya VTM yang sudah tercampur mukus orang satu RT itu dimasukkan reagen.
Kalau hasilnya positif, barulah satu RT itu di-lockdown. Atau di PSBB.
Kalau hasilnya negatif berarti satu RT itu negatif semua. Aman !!
Tapi jangan bebas dulu. Tunggu hasil RT sebelah. Dan sebelahnya lagi. Dan sebelahnya lagi.
Dalam tiga hari satu kabupaten sudah bisa diketahui hasilnya.
Bagaimana kalau di satu RT hasilnya positif?
Itulah gunanya mengambil mukus dua sampel. Kan sampel mukus kedua masih ada. Maka khusus untuk RT-Positif lakukanlah proses berikut: sampel mukus individual tadi dimasukkan VTM individual. Lalu dimasukkan reagen individual.
Maka ketahuan lah siapa di RT-Positif tersebut yang ternyata positif.
Dengan demikian tidak lagi harus satu RT di-lockdown. Cukuplah warga yang positif itu saja.
Supaya lebih jelas bisa baca saja di link ini.
https://www.disway.id/r/911/pool-test-hafidz
Dan itu hasilnya lebih murah. Bukankah pemerintah provinsi Jawa timur mempunyai mobil pcr. Yang menampung 4 mesin pcr.
Dan setia pcr mampu mengetest 200 orang per hari. Apabila ada 4 mesin berarti bisa 800 orang. Bukankah juga di Kabupaten Jember ada mesin PCR. Tinggal dikirim kesana.
Tapi apa ya semudah itu, bagaimana dengan dana yang dibutuhkan untuk swab itu. Apakah ada anggarannya. Bukankah pemkab Situbondo belum menyelesaikan realokasi anggaran untuk mengatasi pandemi ini.
Konon kurang 17 milyar. Begitulah bila aman nya itu mendekam. Tidak ketemu jawaban dari persoalan itu.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Lanjut kan....mantap