Lebaran Pagebluk
Hari ke 61, tantangan menulis 90 hari.
Lebaran Pagebluk
Itulah kalimat yang sesuai untuk menggambarkan suasana hari Idul Fitri 1441 Hijriyah.
Itu semua karena suasana pagebluk ini. Entah siapa yang memberikan istilah pagebluk ini.
Konon sudah ada sejak zaman penjajahan belanda. Kalau itu benar berarti istilah ini menggambarkan suasana wabah yang seperti kita alami sekarang.
Pagebluk itu dari kata bahasa indonesia, atau mungkin serapan dari kata Bahasa Jawa. Artinya itu wabah, atau epidemi. Ini bahasa ilmiahnya.
Awalnya, terjadi paceklik melanda Jawa. Persediaan beras berkurang drastis hingga kekurangan. Pemerintah kolonial Hindia Belanda lantas mengimpor beras dari Burma, India, dan Tiongkok. Per Agustus 1910, peningkatan jumlah impor terjadi hingga bulan berikutnya.
Beras impor itu dikirim lewat kapal-kapal dan berlabuh di Surabaya. Dari Surabaya, beras diangkut kereta api ke daerah di selatan Surabaya yang mengalami paceklik.
Bersamaan dengan kebijakan impor beras itu, Burma sedang dilanda wabah pes. Namun, para petugas tidak mencurigai banyaknya tikus mati dan kutu-kutu saat muatan sampai di Sidoarjo.
“Bisa diperkirakan, perjalanan yang berbulan-bulan itu, tikus ikut di dalam kapal, dia (tikus, red.) mencemari sambil makan berasnya kemudian buang kotoran di situ,” ujar Agus Setiawan, pengampu sejarah kesehatan di UI, kepada Historia.
Lewat beras impor itulah penyakit pes terbawa dari Burma ke Jawa. Perjalanan yang rencananya dilanjutkan ke Malang lalu ke Wlingi batal akibat terputusnya jalur Malang-Wlingi oleh banjir pada akhir 1910. Alhasil, beras impor berikut tikus berkutu pembawa pes itu menginap di gudang-gudang sekitar Stasiun Malang.
“Jadi ketika sudah sampai kota tujuan, banyak beras itu sudah tercemar sekaligus tikusnya ikut datang,” sambung Agus.
Udara Malang yang lembab membuat perkembangbiakan kutu-kutu tikus pembawa nestapa di gudang beras itu.
Namun, tak ada kecurigaan saat ditemukan banyak tikus mati. Dan kecurigaan adanya penyakit pes baru muncul ketika 17 orang di Desa Turen, Malang meninggal setelah demam beberapa hari.
Pes menular lewat gigitan kutu tikus pembawa bakteri Yersinia Pestis. Orang yang terkena pes mengalami gejala mirip flu: demam selama dua sampai enam hari, kejang, pendarahan (bila menyerang aliran darah), batuk darah (bila menyerang paru), dan benjolan pada ketiak atau leher (bila menyerang limfa).
Wabah pes pun melanda Malang. Dalam tesisnya “Dukun dan Mantri Pes”, Martina Safitri menyebut wabah dengan cepat menjalar ke Karanglo. Pada Maret 1911, hampir semua distrik di Malang dilaporkan terjangkit pes.
Penyakit ini kemudian menjalar ke barat, yakni Kediri, Blitar, Tulungagung, dan Madiun. Surabaya sebagai tempat transit pertama karung-karung pembawa pes pun tak lepas dari penyakit ini.
Pada April 1911, pemerintah mengeluarkan penetapan status epidemi pes. Bersamaan dengan itu, pengiriman beras dari luar Hindia-Belanda turun drastis. Pada akhir 1911, dilaporkan dua ribu orang meninggal akibat pes.
Apakah sejak peristiwa ini kemudian muncul istilah pagebluk ??
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Mantap pak, selamat hari raya Idul Fitri, Mohon maaf lahir dan bathin.