KOMITMEN BERAMAL ILMU
HARI 82A.
KOMITMEN BERAMAL ILMU
Salah satu pendapat yang disampaikan oleh salah satu alumni IMM sangat menarik untuk diulas kembali. Makna komitmen dalam berorganisasi.
Saya memahami komitmen sebagai perjanjian (keterikatan) untuk melakukan sesuatu; kontrak: ketika kita berjanji mengikuti sebuah perkumpulan mahasiswa itu, seharusnya diikuti dengan mentaati peraturan yang ada dalam perkumpulannya.
Komitmen itu abstrak. Tidak ada yang bisa mengukur---selain yang berkomitmen dan dengan Tuhannya sendiri---
Janji itu bisa diukur apabila diikuti dengan amal. Perbuatan itulah yang nampak ke permukaan. Bisa dilihat oleh orang lain. Sehingga orang lain bisa menilai. Apakah dia merupakan golongan NATO--no action, talk only--- atau bisa jadi golongan TLDM --- talk less, do more--- sedikit ngomong, banyak bekerja.
Ibaratnya itu seperti seorang muslim bersyahadat. Orang lain tidak akan tahu apabila dia sudah bersyahadat, apabila dia tidak memberitahukannya kepada saudaranya.
Bisa juga dia tidak perlu memberitahukan ikrarnya, cukup mengerjakan sholat, maka saudaranya pasti bertanya, kapan kamu syahadat ?.
Itulah pentingnya sebuah amal. Untuk melakukannya dibutuhkan sebuah ilmu. Ketika kita lapar,, bersegeralah pergi ke dapur untuk mengambil beras, benda ini tidak akan menjadi nasi apabila kita tidak tahu cara memasaknya. Itulah ilmu.
Sebuah kepandaian yang tentunya dimiliki oleh setiap orang. Tinggal digali dan dicari potensi itu. Seorang ketua itu dipilih lebih banyak karena diakui cukup mampu memikul tugas organisasi berdasarkan kepandaian yang dimilikinya.
Tugas ketua kemudian tinggal membantu anggotanya agar bisa seperti dirinya itu. Tanpa dibayar sekalipun. Itulah amal. Lebih tepatnya amal jariyah.
Jika amalnya banyak. Kegiatan akan juga tambah banyak. Hiduplah organisasinya itu dengan segala macam aktivitas. Berangkat dari keikhlasan beramal tadi itu.
Yang menyatukan itu semua---komitmen, ilmu, amal-- adalah ideologi. Dipahami sebagai kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat (kejadian) dan memberikan arah serta tujuan untuk kelangsungan hidup organisasi.
Kumpulan konsep itulah yang dibutuhkan oleh organisasi itu. Semakin banyak konsep yang telah dibuat, akan membuat anggota semakin senang dengan organisasinya.
Konsep itu ibarat seorang laki - laki yang membuat wanita jatuh hati padanya. Karena dia mengenal sifat sifat karakter pujaannya.
Karakter sebuah organisasi bisa dilihat dari ideologi itu sendiri. Untuk IMM misalnya. Adalah Muhammadiyah itu sendiri. Sehingga seorang ketua harus memahami ideologi Muhammadiyah.
Bila ternyata kurang memahami, libatkan orang luar dirinya untuk menyusun konsep itu. Bisa akademisi, alumni, atau siapapun yang rela beramal jariyah meluangkan waktu untuk mengonsepnya.
Semua masalah ada solusinya, yang terpenting adalah ada keinginan untuk memecahkan masalah tadi. Kemudian berkomitmen untuk mengamalkan apa yang sudah disepakati.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Hidup hidupi lah Muhammadiyah jangan mencari kehidupan dalam Muhammadiyah ,salam kenal, salam literasi, adikku
Setuju pak....tanpa komitmen kuat dari semua elemen terkait, sebuah organisasi akan hancur