Tantangan Hari Ke 10 dari 30 hari.

Jejak Kyai Pendiri.

Salah satu tenaga pengajar yang ada di Pondok Pesantren Misbahul Jadid dan sama sekali belum pernah bertemu dengan Kyai Pendiri Pesantren ini adalah saya. Kyai Pendiri Pesantren ini meninggal di usia 52 tahun.

Saya sendiri masuk menjadi tenaga pengajar di pesantren ini sejak tahun 2010. Pada saat itu saya harus mengikuti istri saya yang menjadi tenaga pengajar di salah satu sekolah negeri di Bondowoso. Sehingga saya harus meninggalkan tempat mengajar saya di SD negeri, SMP swasta dan dua lembaga bimbingan belajar.

Memulai dari nol lagi bagi waktu itu adalah suatu tantangan yang berarti. Setelah tinggal di Bondowoso, saya langsung mencari tempat untuk mengajar. Agar supaya ilmu yang saya miliki bisa bermanfaat bagi orang lain.

Saya tidak ingat sudah beberapa Pesantren dan sekolah yang sudah saya kunjungi untuk menyampaikan surat lamaran. Maklum, tidak ada satupun yang saya kenal di lingkungan rumah yang saya kontrak waktu itu. Saya mempunyai keluarga yang tinggal di Bondowoso tetapi tinggalnya jauh dari kontrakan saya.

Di kemudian hari, ada secercah harapan dari surat lamaran yang saya kirim. Ada dua lembaga yang menghubungi saya waktu itu. Suatu kebahagiaan bagi saya di tengah sebuah penantian yang melelahkan.

Dengan semangat saya mendatangi panggilan tersebut. Dan pada akhirnya saya harus memilih salah satu dari panggilan itu. Karena keduanya tidak ingin di poligamikan. Mereka membutuhkan tenaga pengajar yang mengejar penuh waktu.

Saya tidak melakukan sholat istikhoroh untuk memilih salah satu dari keduanya. Karena ini bukan memilih calon istri. Cukup satu istri saja. Saya pun memilih berdasar kemampuan. Pada waktu itu saya harus antar jemput istri saya ke sekolah tempat dia mengajar.

Maka saya pilihlah lembaga tempat saya bernaung saat ini. Pilihan saya tidak salah. Pertama kali saya masuk ke lembaga ini. Saya bertemu dengan Kepala Madrasah yang kalem dan sabar. Itu bisa saya rasakan dari wajahnya yang teduh.

Berbeda dengan lembaga lain. Saya tidak perlu menghadap ke Ketua Yayasan atau ke Bagian Pendidikan Pesantren. Kepala Madrasah pada waktu memberikan arahan kepada saya tentang apa yang harus saya lakukan dan ditambah juga sedikit tentang pesantren.

Saya bertemu dengan Ketua Yayasan itu setelah mengajar kurang lebih satu bulan. Itu pun bertemu pada waktu rapat madrasah yang kemudian mengundang beliau untuk memberikan arahan. Beliau menyapa saya karena merasa belum pernah bertemu dengan saya.

Agak aneh memang. Seorang guru baru tidak pernah menghadap ke Ketua Yayasan. Tapi itulah keunggulan lembaga ini yang fleksibel dalam menjalankan organisasinya.

Dibalik ke fleksibelan itu hal yang perlu dikaji. Ketika pada hari kedua saya masuk ke lembaga ini. Saya penasaran dengan makam di sebelah musholla pesantren. Bertanyalah saya kepada salah satu guru senior disitu.

Beliau hanya memberikan jawaban bahwa makam itu adalah makam pendiri pesantren. Saya mencoba menanyakan informasi lebih tentang pendiri. Teman saya hanya mengatakan bahwa dia pun tidak terlalu mengenal pendiri pesantren ini. Termasuk silsilahnya.

Layangan putus nyangkut di paku

Pakunya nempel di jemuran baju

Tulisanku tulus hanya untuk mu

Khan ku teruskan di lain waktu.