Ahmad Prasetyo Aji

Ahmad Prasetyo Aji itu adalah nama yang diberikan bapak saya. Saya dilahirkan di Jember tanggal 3 Desember 1981. Anak tunggal dari ibu yang bernama Muawati ini ...

Selengkapnya
Navigasi Web
Agama di Gugat Corona

Agama di Gugat Corona

Hari ke 72. Tantangan menulis 90 hari.

Khutbah Jum'at.

اَلْحَمْدُ ِللهِ وَكَفٰى ، وَسَلاَمٌ عَلٰى عِبَادِهِ الَّذِيْنَ اصْطَفٰى. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلهَ إِلا ّاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ. وَأَشْهَدُ أَنّ مُحَمّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَّ بَعْدَهُ.

اَللهُمّ صَلّ وَسَلّمْ عَلٰى سَيِّدِنَا مُحَمّدٍ وَعَلى آلِهِ وِأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْن اَمَّا بَعْدُ. فَيَا عِبَادَ اللهِ, اُوْصِيْكُمْ وَاَيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ وَطَاعَتِهِ لَعَلَّكُمْ تُفْلِحُوْنَ. قَالَ اللهُ تَعَالَى فِي الْقُرْآنِ الْكَرِيْمِ، أَعُوْذُ بِاللهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيْمِ. يَاأَيّهَا الّذَيْنَ آمَنُوْا اتّقُوا اللهَ حَقّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ إِلاّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ.

Jamaah sholat Jum'at yang dirahmati oleh Allah SWT.

Salah satu topik yang lumayan hangat diperbincangkan selama masa pandemi corona adalah relasi pandemi ini dengan agama dan keberagamaan.

Perbincangan tersebut temyata tidak dimonopoli oleh mereka yang beriman saja. Bahkan, sebagian orang yang di hatinya tak tersisa sedikitpun iman, malah senang sekali membahas topik ini.

Ada beberapa poin yang bisa kita perhatikan dan kerap muncul dari perbincangan mereka yang antipati pada agama

Kelompok golongan ini ketika membicarakan agama dan covid-19.

Pertama, terkait sikap orang beragama yang dianggap anti-sains sehingga memperburuk pemyebaran virus,

kedua terkait problem of evil, dan ketiga tentang nihilnya peran agama dalam mitigasi wabah.

Pada khutbah kali ini secara ringkas akan saya bahas ketiga gugatan ini dengan perspektif seorang Muslim.

Ketiga pemikiran ini saya temukan dari berbagai forum di media sosial maupun artikel-artikel di berbagai website.

Oleh karena sifatnya yang merupakan ‘tren' pemikiran. maka pemilik gugatan ini tidak semuanya saya sampaikan secara lengkap.

Harus diakui: di tubuh umat Islam, meskipun otoritas otoritas terpandang telah memberikan tuntunan mengambil rukhsah dalam perkara fikih ibadah demi menghindari penularan.

masih ada yang memilih bersikap. sendiri. Sikap yang kadang tidak dilandasi pemahaman dalil agama maupun 'dalil' kedokteran yang benar.

ini terbukti beberapa kali berujung pada tragedi. Salah satu contoh ketika terjadi penularan di salah satu masjid di Situbondo, yang kemudian disebut cluster jamaah sholat taraweh.

Dan ini kemudian sayangnya, tragedi-tragedi itu malah dimanfaatkan oleh mereka yéng memang tidak suka agama.

Mereka menunjuk fenomena tersebut sebagai representasi sempurna bagaimana agama adalah candu yang membuat orang mabuk dan kehilangan akal sehat.

Ketika pemerintah ternyata menyunat dana riset untuk mitigasi virus Covid-19, tak jarang banyak yang berteriak di media sosial, mengapa bukan dana departemen agama saja yang dipotong Toh agama tidak ada gunanya, malah membuat orang menjadi anti-sains.

Penilaian di atas hanyalah benar sejauh dia bisa menunjukan bahwa memang ada orang yang menjadi fatalis karena faham keagamaan.

Namun penilaian itu salah total ketika hendak menjadikan fenomena tersebut sebagai dakwaan pada agama. Apalagi mengklaimnya sebagai jati diri agama itu sendiri.

Mereka yang berkata takutlah pada Allah, jangan takut pada corona' sama sekali tidak mewakili faham keislaman yang tepat.

Meskipun kalimat tersebut secara teknis benar, tapi ia digunakan untuk menjustifikasi keyakinan Jabariyah. Faham ini secara aklamasi dianggap menyimpang oleh para ulama.

Apa bila kita menelaah Al-Qur'an dan Sunnah as shohihah maka menurut penjelasan para ulama. akan nampak bahwa Islam tidak sama sekali mengajarkan sifat fatalisme.

Didalam ayat Alquran jelas melarang faham ini.

وَأَنفِقُوا۟ فِى سَبِيلِ ٱللَّهِ وَلَا تُلْقُوا۟ بِأَيْدِيكُمْ إِلَى ٱلتَّهْلُكَةِ ۛ وَأَحْسِنُوٓا۟ ۛ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلْمُحْسِنِينَ

Terjemah Arti: Dan belanjakanlah (harta bendamu) di jalan Allah, dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah, karena sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik.

Didalam kitab Zubdatut Tafsir Min Fathil Qadir dari Syaikh Dr. Muhammad Sulaiman Al Asyqar, mudarris tafsir Universitas Islam Madinah mengatakan

Kebaikan senantiasa membahagiakan hati, dan melapangkan dada, dan mendatangkan kenikmatan, dan menolak musibah,

Adapun meninggalkannya adalah kesalahan dan menimbulkan kesusahan, dan menghalangi datangnya rezeki,

maka orang pengecut adalah yang meninggalkan kebaikan dengan anggota badannya, sedangkan orang kikir adalah yang meninggalkan kebaikan dengan hartanya, padahal Allah telah berfirman

{ وَأَحْسِنُوا ۛ إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِينَ }.

Terjadinya wabah ini. Jika memakai istilah moderen, Sunnah Nabi ketika terjadi wabah adalah karantina wilayah dan physical distancing.

Seperti yang diungkapkan oleh Craig Considine [2020], Islam mengajarkan untuk memakai common sense dalam menghadapi wabah.

Para ulama sudah menulis banyak sekali karya tentang wabah. Filolog UMSU, Arwin J. Butarbutar [2020] menyebutkan bahwa setiap kali terjadi wabah, para ulama dan dokter Muslim kerap menulis puluhan karya tentang wabah tersebut.

Karya-karya itu tak hanya berbicara soal wabah sebagai azab atau ujian serta perlunya meningkatkan iman. Karya-karya itu juga mengupas penyebab serta cara menghindari wabah, tentu sesuai dengan kemajuan ilmu kedokteran pada masa mereka masing-masing.

Sebagai gambaran, salah satu manuskrip dari abad ke-5 Hijriyah ditulis oleh Ibnu alBanna al-Baghdady menjelaskan tentang perlunya menjaga keselamatan dengan tetap tinggal di rumah (luzum al-bait).

Singkat kata, munculnya sikap fatalis yang cenderung anti-sains dalam tubuh umat bukan karena mereka terlalu mendalami agama. Sebaliknya, hal itu karena sebagian Muslim saat ini telah keliru memahami ajaran Islam serta terputus dari khazanah warisan pendahulu mereka.

Para anggota golongan yang anti pada agama juga sering menjadikan ganasnya virus corona sebagai senjata menafikan Tuhan. Luthfi Asysyaukanie, salah satu pentolan JIL, mengajukan gugatan semacam ini di medsos; jika Tuhan Maha Baik, mengapa Dia membiarkan virus ini membunuh banyak orang, termasuk mereka yang tak berdosa.

Gugatan semacam ini bukanlah hal yang baru. Di dalam faham filsafat agama, ia sering disebut the problem of evil.

Masalah ini muncul karena konsep Tuhan yang keliru. Ada pula yang berpendapat bahwa ini adalah masalah yang khas Kristen.

Dalam teolog Kristen, Tuhan selalu ditekankan sebagai Absolute Good. Akibatnya, kejadian buruk yang menimpa mereka yang tidak berdosa, semisal anak kecil terserang corona, menjadi kontradiktif dengan doktrin tersebut.

Didalam Islam sendiri, masalah ini pernah dimunculkan oleh kalangan Muktazilah dengan konsep shalah dan ashlah. Konsep ini mewajibkan Allah melakukan yang baik menurut nalar mereka.

Perlu diingat bahwa di dalam akidah Islam, Allah selalu ditekankan memiliki qudrah dan iradah; mahakuasa dan maha berkehendak.

Perbuatan Allah tidak mungkin bisa masuk ke dalam penilaian moral manusia yang pandangannya terbatas. Meskipun begitu, manusia diberikan kehendak dan kemampuan berbuat yang disebut kasab.

Dengan kasab inilah mereka dimintai pertanggung jawaban. Jika dikaitkan dengan bencana, Al-Qur’an memberikan ketetapan tegas; perbuatan manusia (kasab) yang menimbulkan kerusakan (fasad) di bumi menurut ketetapan Allah akan berujung bencana [Q.S. al-Rum: 41].

ظَهَرَ ٱلْفَسَادُ فِى ٱلْبَرِّ وَٱلْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ أَيْدِى ٱلنَّاسِ لِيُذِيقَهُم بَعْضَ ٱلَّذِى عَمِلُوا۟ لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُونَ

Didalam kitab Tafsir Al-Mukhtashar / Markaz Tafsir Riyadh, di bawah pengawasan Syaikh Dr. Shalih bin Abdullah bin Humaid (Imam Masjidil Haram) Telah terlihat kerusakan di daratan dan di lautan seperti kekeringan, minimnya hujan, banyaknya penyakit dan wabah, yang semua itu disebabkan

kemaksiatan-kemaksiaan yang dilakukan oleh manusia, agar mereka mendapatkan hukuman dari sebagian perbuatan mereka di dunia, supaya mereka bertaubat kepada Allah dan kembali kepadaNya dengan meninggalkan kemaksiatan, selanjutnya keadaan mereka akan membaik dan urusan mereka menjadi lurus.

Jadi, di dalam pandangan Islam, manusia tidak punya hak untuk protes pada Allah blla ada bencana yang muncul akibat perusakan lingkungan.

ltu sepenuhnya tanggung jawab mereka. Dalam konteks covid-19, Peter J. Li, pakar ekonomi-politik Asia Timur di University of Houston-Downtown, menyebutkan bahwa perlakuan kejam pada binatang-binatang di pasar hewan Wuhan berkontribusi pada munculnya virus tersebut.

Lalu bagaimana dengan orang tak berdosa yang juga terkena dampak bencana?

Al-Qur'an juga telah mengingatkan; bila bencana terjadi, maka yang tertimpa bukan hanya mereka yang memang zalim [Q.S. Al-Anfal: 25].

وَٱتَّقُوا۟ فِتْنَةً لَّا تُصِيبَنَّ ٱلَّذِينَ ظَلَمُوا۟ مِنكُمْ خَآصَّةً ۖ وَٱعْلَمُوٓا۟ أَنَّ ٱللَّهَ شَدِيدُ ٱلْعِقَابِ

Terjemah Arti: Dan peliharalah dirimu dari pada siksaan yang tidak khusus menimpa orang-orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat keras siksaan-Nya.

Didalam Tafsir Al-Muyassar / Kementerian Agama Saudi Arabia menjelaskan ayat ini

Lalu Allah menegaskan peringatan-Nya bagi mereka, agar tidak lalai dalam mengingkari kemungkaran: "Berhati-hatilah kalian dari azab yang menimpa orang-orang baik dan orang-orang jahat sekaligus; yaitu jika telah nampak kezaliman namun tidak ada yang mengubahnya, maka ketika itu akan turun azab bagi orang yang melakukan kejahatan itu dan bagi orang lainnya. Ketahuilah bahwa Allah sangat keras siksaan-Nya bagi orang orang yang menyelisihi perintah-Nya dan melanggar larangan-Nya serta memancing kemurkaan-Nya."

Hal ini menjadi pengingat agar kita selalu menegakkan amar ma'ruf nahyi munkar. Jadi tanggung jawab tidak hanya pada diri saja, tapi ada kesadaran untuk mencegah kerusakan yang berpotensi mendatangkan bencana.

Jika seseorang telah melakukannya, lalu masih menjadi korban, maka ia harus tetap bersabar.

Dalam konteks wabah, Rasulullah memberikan kabar gembira; korban wabah yang tetap sabar dan menerima keadaan itu dengan ridha dan iman akan mendapatkan pahala syahid.

Tentu syahid yang berhadiah surga itu hanya bagi mereka yang beriman.

Tapi bukan berarti umat Islam hanya peduli pada sesama Muslim di tengah wabah ini. Di dunia ini, Islam memerintahkan kita untuk menjaga keselamatan setiap insan, menyelamatkan satu manusia sama dengan menyelamatkan seluruh umat manusia [Q.S. Al-Maidah: 32].

مِنْ أَجْلِ ذَٰلِكَ كَتَبْنَا عَلَىٰ بَنِىٓ إِسْرَٰٓءِيلَ أَنَّهُۥ مَن قَتَلَ نَفْسًۢا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِى ٱلْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ ٱلنَّاسَ جَمِيعًا وَمَنْ أَحْيَاهَا فَكَأَنَّمَآ أَحْيَا ٱلنَّاسَ جَمِيعًا ۚ وَلَقَدْ جَآءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِٱلْبَيِّنَٰتِ ثُمَّ إِنَّ كَثِيرًا مِّنْهُم بَعْدَ ذَٰلِكَ فِى ٱلْأَرْضِ لَمُسْرِفُونَ

KHUTBAH KEDUA

اَلْحَمْدُ لله حَمْدًا كَثِيْرًا كَمَا اَمَرَ. اَشْهَدُ اَنْ لَا اِلَهَ اِلَّا الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ اِرْغَامًا لِمَنْ جَحَدَ وَ كَفَرَ. وَ اَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَ رَسُوْلُهُ وَ حَبِيْبُهُ وَ خَلِيْلُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ وَ الْبَشَرِ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِهِ وَ اَصْحَابِهِ وَ سَلَّمَ تَسْلِيْمًا كَثِيْرًا.

اَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ الله اِتَّقُوْا الله وَ اعْلَمُوْا اَنَّ الله يُحِبُّ مَكَارِمَ الْأُمُوْرِ وَ يَكْرَهُ سَفَاسِفَهَا يُحِبُّ مِنْ عِبَادِهِ اَنْ يَّكُوْنُوْا فِى تَكْمِيْلِ اِسْلَامِهِ وَ اِيْمَانِهِ وَ اِنَّهُ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الْفَاسِقِيْنَ. اَللَّهُمَّ صَلِّ وَ سَلِّمْ وَ بَارِكْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَ عَلَى اَلِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ وَ سَلَّمْتَ وَ بَارَكْتَ عَلَى سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ وَ عَلَى اَلِ سَيِّدِنَا اِبْرَاهِيْمَ فِى الْعَالَمِيْنَ اِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ.

اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَ الْمُؤْمِنَاتِ وَ الْمُسْلِمِيْنَ وَ الْمُسْلِمَاتِ اَلْأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَ الْأَمْوَاتِ اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَاتِ وَ قَاضِيَ الْحَاجَاتِ. اَللَّهُمَّ رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوْبَنَا بَعْدَ اِذْهَدَيْتَنَا وَ هَبْلَنَا مِنْ لَدُنْكَ رَحْمَةً اِنَّكَ اَنْتَ الْوَهَّابُ. رَبَّنَا لَا تَجْعَلْ فِى قُلُوْبَنَا غِلًّا لِلَّذِيْنَ اَمَنُوْا رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ. رَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ اَزْوَاجِنَا وَ ذُرِّيّٰتِنَا قُرَّةَ اَعْيُنٍ وَ اجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِيْنَ اِمَامًا. رَبَّنَا اٰتِنَا فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَ فِى الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَ قِنَا عَذَابَ النَّارِ.

عِبَادَ اللهِ, اِنَّ الله يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ وَ الْإِحْسَانِ وَ اِيْتَاءِ ذِى الْقُرْبَى وَ يَنْهَى عَنِ الْفَحْشَاءِ وَ الْمُنْكَرِ وَ الْبَغْىِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَّكَّرُوْنَ فَاذْكُرُوْا الله الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَ اشْكُرُوْهُ عَلَى نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَ لَذِكْرُ اللهِ اَكْبَرُ وَ اللهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُوْنَ .

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post