Masih Belajar Menuntun Anak
Karakter kelas yang kita ajar tentunya berbeda-beda karakter, ada yang tenang, kreatif, banyak ide, berinisiatif dan masih banyak karakter kelas. Secara langsung, kelas yang saya ajar adalah kelas yang lumayan bandel. Kelas bandel ini adalah kelas 9G, semua guru merasa tidak nyaman di kelas ini. Karakternya tidak begitu banyak berubah meskipun saat kenaikan kelas, ada beberapa siswa yang jadi sumber masalah di pindahkan ke kelas lain.
Sehingga saat mengajar di kelas 9G ini harus ekstra sabar dan sabar. Jika kita mempergunakan cara ceramah saja tidak akan berhasil, karena kita akan merasakan capek sendiri. Mempergunakan kegiatan diskusi pun harus pandai-pandai mengelolah kelas agar dapat hidup, membuat proyek berupa makalah pun juga demikian kita harus mempersiapkan betul dengan sebaik-baiknya, kadangkala satu metode bagus dikemudian hari metode ini belum tentu bagus. Contoh pernah di kelas 9G mempergunakan metode belajar dengan cara permainan quiz, ternyata hanya pertemuan pertama yang sukses setelah itu di pertemuan berikutnya nampaklah sebuah kegagalan.
Dengan mengikuti program guru penggerak yang di dalamnya ada pembelajaran tentang filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara membawa pada keterbukaan pemikiran dari belajar yang hanya mengejar dan membuat anak pintar, setelah mengetahui konsep menuntun dalam makna pendidikan membawa kesadaran untuk merubah cara menuntun kepada peserta didik.
Makna menuntun bagi kita memiliki makna yang luas, menuntun bagi orangtua adalah suatu kewajiban dilakukan untuk mendampingi anak hingga tumbuh dewasa. Menuntun mulai dari PAUD dan SD bisa bertingkat sifatnya, apalagi seusia SMP tentunya berbeda caranya. Kaitannya dengan menuntun, sebagai seorang guru kita harus ikhlas untuk dapat dekat dengan peserta didik yang akhirnya kita harus menjadi orangtua di dalam pendidikan sekaligus mampu menghamba kepada anak.
Di balik susahnya mengajar kelas 9G adalah kurangnya perhatian dari seorang guru, dengan pola pendekatan yang tidak memandang laki-laki atau perempuan, jelek atau cantik, kaya atau miskin merupakan langkah awal untuk membuka diri. Selanjutnya memperhatikan serta menuruti apa yang menjadi ide anak serta tidak selalu mengadili bahwa kelas 9G adalah kelas nakal. Jika diperhatikan di kelas 9G ada dua anak perempuan yang berani tampil menyajikan puisi bahkan berani berkompetisi di liga puisi kabupaten Banyuwangi meskipun hanya sebagai finalis namun prestasi tersebut dapat menjadi contoh baik bagi kelas 9G.
Melihat pengalaman di kelas 9G, tentunya dapat menjadi pedoman untuk mengajar kelas-kelas lain. Kita tidak dapat memaksakan metode tertentu pada kelas, kita harus dapat menilai apakah metode yang dipergunakan bisa atau tidak bila digunakan di kelas. Pendekatan diri, keterbukaan sangatlah penting artinya. Kegiatan ice breaking merupakan salah satu alternatif yang dapat kita berikan untuk anak didik kita.
Tentunya masih banyak hal yang belum tergali dalam misi menuntun anak seperti apa yang menjadi pemikiran Ki Hajar Dewantara. Harapannya adalah dengan belajar di program guru penggerak dapat lebih memahami karakter siswa dan tidak hanya berhasil menuntun anak tapi juga berhasil menghambakan diri pada anak dengan ikhlas untuk mempertebal laku anak karena kodratnya sudah tercatat dan kita hanya menebalkan saja.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar