Penulis Harus Bisa Seperti Bajingan (Tantangan hari ke-25)
Penulis itu harus bisa seperti bajingan.
Lho kok bisa begitu? Apa pasal?
Saya masih ingat sewaktu kecil di desa ada kendaraan istimewa berbahan dasar kayu jati yakni gerobak pedati yang ditarik oleh sapi atau kerbau. Anda tahu apa sebutan untuk pengemudi gerobak pedati tersebut dalam bahasa Jawa? Kalau anda belum pernah mendengar, sebutan pengemudi pedati adalah “bajingan”. Ya, anda tidak sedang salah dengar. Ini serius!
Karena tenaga penarik bukan mesin maka ketika hewan tersebut payah, mereka tak mau lagi jalan, si Bajingan tidak bisa berbuat apa-apa. Ia hanya bisa pasrah lalu melepas tali pengikat gerobak dari punuk sapi. Membiarkan merumput sejenak di lapangan atau di tepi jalan. Setelah penat sepasang sapi penarik gerobak tersebut hilang serta sudah kenyang, perjalanan bisa dilanjutkan lagi.
Pak bajingan tahu betul apa yang mesti dilakukan ketika penghela pedatinya tak mau jalan.
Pun juga sebagai penulis kita harus kenali kemampuan diri. Ketika pikiran kita tidak mampu lagi dipacu. Mengalami stag, maka itu saatnya kita biarkan sejenak otak kita “merumput” eh, mencari penyegaran.
Apa harus berhenti menulis? Tidak. Tetap menulis. Itulah beda kita dengan sapi penarik gerobak pedati. Hihi. Bandingin kok ekstrim amat, ya.
Pernah ada gurusianer yang bertanya bagaimana bila kita mengalami buntu ide, apa yang harus kita lakukan? Dari analogi di atas jelas bahwa penulis takkan kehilangan ide untuk menulis. Dhalang ora kentekan lakon.
Pertanyaan itu sendiri mengandung unsur keingintahuan. Nah, keingintahuan itu juga seharusnya bisa diolah menjadi bahan tulisan. Mbulet ya? Kita bisa menulis dalam situasi apapun, tentang apapun.
Semua yang terjadi di dunia ini bisa menjadi sumber inspirasi. Selamat menulis. Tetap jaga semangat. Semoga sumbangsih kecil kita menjadi wasilah kita menggapai ridha ilahi.
Gresik, 21 02 2020
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
O...baru tau pak...ternyata itu artinya "bajingan"..
Njih, bajingan versi bahasa Jawa. Bahasa Indonesia masih diperdebatkan asal usul kata "bajingan". Apa dari kata dasar "bajing" hewan tupai ditambah akhiran "an", tapi ya kasihan hewannya dikonotasikan sebagai penjahat. Ya, biar itu dibahas di negeri mereka, hehe. Terima kasih sudi singgah bu Nur Yulianti