SETIA SAMPAI AKHIR
Robert Wolter Mongonsidi sebelum dijatuhi hukuman mati oleh Belanda ia menuliskan satu kalimat populer yang menunjukkan loyalitasnya terhadap RI. Kalimat singkat itu ditulis pada secarik kertas kecil lalu diselipkan dalam kitab suci yang dipegangnya ketika menghadapi regu tembak. Kalimat pendek itu berbunyi 'setia sampai akhir dalam keyakinan'.
Lantas bagaimana dengan kita? Apakah terus memburu gema waktu yang ditumbuhi kelopak duka di pintu semesta atau memilih menyaksikan daun-daun gugur di balik jendela? Apakah memilih untuk tegak merintis pagi yang diperam cahaya penuh sembilu atau bersembunyi dari matahari untuk sebuah doa? Apakah terus menebar senyum demi nilai sebuah sujud atau menunda kata sepakat yang diperam dalam kaleng wafer? Inilah belantara rindu kita. Tinggal kita menyeduh untuk sebuah kenikmatan atau kepahitan, untuk sebuah doa atau dosa yang terangkum dalam harapan. Harapan kita sama, semoga pandemi cepat berlalu.
Tat kala dunia dilanda virus Corona, aktivitas sosial kita dibatasi; Dilarang bersentuhan, dilarang berkumpul banyak orang, selalu jaga jarak dengan orang lain. Saat seperti itu kita merasa dunia seperti makam sepi yang membatasi percakapan kita. Segala upaya telah dilakukan mulai dari lockdown sampai kegiatan ritual di kampung-kampung adat. Bahkan pemerintah menghimbau agar semua aktivitas berpusat dari rumah, salah satunya belajar dari rumah. Ada hal menarik yang kita petik dalam proses pembelajaran di tengah pandemi, baik secara daring maupun luring yakni 'guru tidak akan pernah tergantikan oleh teknologi secanggih apapun'. Pembelajaran daring tetap membutuhkan guru, apalagi luring, kehadiran guru sangat dibutuhkan.
Senin (15/02/2021) tim chef Rumah Bukit Lewaji atau akrab dikenal SMP Negeri Satu Atap Lewaji mulai beraksi setelah sekian lama dengan pola guru menyambangi rumah-rumah siswa diganti dengan bimbingan belajar dalam kelompok. Hal ini bertujuan mencegah dampak loss of learning dan juga menginterpretasi kemampuan siswa yang tidak sama. Dalam kelompok kecil ini siswa diharapkan dapat berkolaborasi untuk bertanggung jawab terhadap tugas mereka, dan antara sesama siswa juga dapat termotivasi dan memotivasi satu sama lain.
Untuk mengatasi kekurangan waktu, kepala Rumah Bukit Lewaji telah mewanti para guru selaku fasilitator dalam kelompok untuk melakukan pemetaan Kompetensi Dasar yang esensial dengan memilih materi yang paling penting. Hal ini memungkinkan siswa dapat mengejar ketertinggalan mereka. Melihat keadaan ini, guru harus mampu merancang pembelajaran yang efektif agar siswa dapat mencerna dengan baik.
Dalam pembelajaran itu satu kelompok disediakan waktu satu jam. Pagi tadi masing-masing guru mendapat jatah dua kelompok. Anak-anak sangat antusias dengan kehadiran mereka. Ada yang bertanya, "Pak kapan kita bisa kembali bersekolah seperti dahulu?" Saya hanya mampu menjawab, "Kita sama-sama berdoa agar pemerintah dapat memberikan sedikit ruang untuk melakukan pembelajaran tatap muka." Terbesit ada kerinduan untuk bercerita lebih lama. Pertanyaan mereka lahir dari perasaan gundah untuk terus menghisap sari ketabahan. Dari pertanyaan mereka ada kerinduan untuk kembali ke sekolah. Kerinduan mereka ialah kerinduan di atas perahu cadik untuk menemukan kemana mereka akan berlayar.
Walaupun dalam waktu singkat, guru kampung tetap semangat dan optimis mengajar dan mendidik dengan hati. Guru kampung mengolah anugerah itu dengan menciptakan suasana belajar yang bahagia. Guru kampung terus dan selalu setia sampai akhir demi generasi lewotanah.
Salam dari kami tim Rumah Bukit Lewaji.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Inspiratif
Terima kasih pak.
Keren pak ulasannya, salam literasi
Terima kasih hadirnya Bu, salam literasi juga