Yi ri wei shi, zhong sheng wei fu, artinya sehari menjadi guru seumur hidup menjadi orang tua. Ungkapan tersebut sudah menjadi tradisi yang mengikat hubungan antara guru dan murid (dalam tradisi perguruan China). Di China, seorang guru yang telah mengajar muridnya walaupun hanya sehari dianggap menjadi orang tuanya seumur hidup. Pengakuan ini tidak memandang umur dan status. Berapa pun tua muridnya, murid tetaplah murid dan selalu memanggil gurunya Shi Fu.

Lantas siapakah guru dan siapakah murid? Dalam tradisi China, guru dipanggil shi fu. Shi artinya guru dan fu artinya orang tua. Shi Fu adalah guru sekaligus orang tua. Sedangkan murid dipanggil Di zi. Di artinya murid dan zi artinya anak. Di zi adalah murid sekaligus anak. Secara sederhana, guru adalah orang yang mengajar murid dan murid adalah orang yang diajar guru. Definisi tersebut membuka pemahaman kita bahwa guru dan murid tidak dalam posisi sejajar dan sekali status guru dan murid dietapkan akan menjadi atribut seumur hidup bagi yang bersangkutan.

Sudah seharusnya sebagai guru sekaligus orang tua mengubah dan membentuk diri murid. Proses pembentukan tersebut terjadi dalam ruang dan waktu dan bersifat prosesual yakni sebuah kesinambungan yang terjadi terus menerus dan tertata rapi sehingga menghasilkan pembetukan kepribadian yang utuh.

Dalam proses pembentukan diri murid, guru membangun komunikasi yang autentik yang berupa proses interaktif dan dialogis untuk mengisi kekosongan kodrat murid. Pada proses ini tidak kalah penting dibutuhkan peran yang saling bertukar berupa hubungan antara yang belajar (murid) dan yang mengajar (guru) sebab proses pembelajaran adalah interaksi yang menampilkan rasa hormat dan saling menghargai.

Menjadi guru adalah pekerjaan besar, karena mendidik hanya bisa dijalankan dengan niat dan cita-cita mulia. Seorang guru sama halnya orang tua, selain mengajar, guru harus mampu membangun citra diri positif dalam diri anak, membantu anak menyukai diri mereka dalam tindakan edukatif yakni mampu membaktikan diri dan setia pada nilai yang diyakini, berupa pemahaman tentang keberadaan dirinya sebagai manusia dan pengetahuan yang berguna bagi hidupnya sehingga anak bisa merasakan kasih sayang seperti ayah dan ibunya. Dalam hal ini, dibutuhkan kepiawaian seorang guru untuk menciptakan suasana hangat sehingga menarik perhatian siswa dan membuat suasana kelas lebih fresh.

Menciptakan suasana belajar yang nyaman tidak hanya tentang reward yang diberikan ke siswa melainkan perasaan membutuhkan siswa, selalu mendengarkan keluhan anak, dan mampu menyelami sisi kebathinan siswa, sebab pembelajaran efektif merupakan hasil interaksi seluruh tubuh dan pikiran.

Mengutip kata Bapak Drs. Bernadus Beda Keda, Kepala Dina PKO Kabupaten Flores Timur dalam acara temu pisah pada Jumat (20/11/2020) yang mengatakan "Kalau menjadi guru didiklah anak-anak dengan sungguh-sungguh, karena dari rahim kitalah mereka akan menjadi pemimpin bangsa dan negara." Maka menjadi benar apa yang dikatakan Ki Hajar Dewantara, "Jagan setengah hari menjadi guru, Karena anak didik kita telah sepenuhnya membuka hati mereka."

Selamat Hari Guru Nasional 25 November 2020. Jadilah guru yang merdeka belajar menuju bahagia belajar.