Kalau Sayang Jangan Marah ( Lomba menulis Bulan Maret )
lombamaret2022.mediaguru.id
KALAU SAYANG JANGAN MARAH
Oleh Agustina Juniati, S. Pd
Selama kurun waktu satu dasawarsa ini, mata dan telinga kita selalu dijejali dengan pemberitaan tentang kekerasan terhadap anak. Baik itu kekerasan fisik maupun kekerasan psikis. Yang paling mengejutkan, para pelakunya adalah orang terdekat yang seharusnya memberikan perlindungan kepada mereka. Seperti ayah kepada anaknya, ibu kepada anak tirinya, atau seorang guru kepada anak didiknya. Sungguh miris dan memilukan. Hak anak untuk mendapatkan perlindungan dan kasih sayang seolah terenggut secara terpaksa oleh para oknum ini.
Menurut Undang-Undang Nomor 35 Tahun 2014 kekerasan terhadap anak adalah setiap perbuatan terhadap anak yang berakibat timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, psikis, seksual, dan/atau penelantaran, termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan, atau perampasan kemerdekaan dengan cara melawan hukum.
https://pusdatin.kemkes.go.id
Terkait dengan pernyataan di atas, penulis akan menyoroti tentang kekerasan yang dialami siswa. Sekolah atau madrasah yang seharusnya menjadi rumah kedua bagi guru dan siswa, justru menjadi ‘neraka kecil’ bagi sebagian pelajar ini. Tentu saja tidak semua mengalaminya. Kali ini penulis akan berbagi pengalaman dan tips ‘Agar siswa merasa bahagia di sekolah’.
Selama dua puluh enam tahun mengajar, beragam karakter peserta didik telah mewarnai setiap jengkal langkahnya. Perubahan zaman pun menjadi jejaknya. Dari zaman menggunakan Black Board atau papan kayu hitam sampai zaman Smart Board. Yang dihadapi tetaplah anak manusia. Anak yang membutuhkan perlindungan dan perhatian. Secanggih apapun teknologi, keberadaan guru di depan kelas masih menjadi magnet tersendiri bagi siswa. selama masa pandemi, kurang lebih satu tahun pembelajaran dilakukan secara daring. Ada perasaan rindu bersemuka dengan siswa. Mendengar celoteh canda mereka. Bahkan rindu teriakannya.
Seiring berjalannya waktu, keadaan sekarang jauh lebih baik. Pembelajaran tatap muka sudah berlaku kembali. Tentu saja dengan tetap mematuhi protokol kesehatan. Namun banyak persoalan yang kemudian dihadapi oleh kami. Akibat terlalu lama belajar daring dan bergaul dengan lingkungan bermain, perilaku mereka menjadi sedikit kurang terkontrol. Sebagian dari mereka tidak lagi santun dalam bertutur kata dan berbagai kenakalan lainnya yang tentu saja membuat ketidaknyamanan bagi guru dan siswa lainnya.
Bukan hal mudah mengubah perilaku siswa. setiap hari ada saja yang harus berurusan dengan guru Bimbingan konseling. Menyikapi masalah seperti ini, menurut penulis, tidak perlu selalu dihadapi dengan teriakan dan bentakan. Ketika menangani siswa dengan segala kenakalannya, cermati dahulu sebab musababnya. Jangan semuanya ditimpakan kepada mereka. Mungkin ada sesuatu yang harus dibenahi dalam lingkungan sekolah. Apakah lingkungan sekolah nyaman ditempati selama mereka beraktivitas? Apakah mereka diperlakukan sesuai dengan haknya? Apakah kegiatan belajar di kelas menyenangkan buat mereka? Dan masih banyak lagi pertanyaan yang tentu saja kita harus duduk bersama mencari solusinya.
Menurut penulis, tips sederhana ini bisa kita terapkan ketika menghadapi siswa yang bermasalah dan membuat mereka merasa bahagia di sekolah:
• Jadilah pendengar yang baik, biarkan mereka mengungkapkan titik persoalannya mengapa sampai mereka melakukan pelanggaran disiplin. Jangan dipotong pembicaraannya sampai selesai. Dengan begitu, mereka akan merasa didengarkan.
• Ciptakan suasana nyaman. Sekolah adalah tempat menimba ilmu. Dibutuhkan lingkungan yang nyaman agar meminimalkan tingkat stres para penghuninya di dalamnya, baik guru maupun siswa. Stress berkurang, rasa aman dan bahagia akan tercipta.
• Hargai sekecil apapun karyanya. Terkadang guru lupa bahwa siswa itu membutuhkan pengakuan atas segala daya ciptanya. Sehingga tanpa sadar terucap kalimat ‘ Ah, mengapa begini cara kamu bekerja, lihat dong si A hasil pekerjaanya bagus’, dan ucapan lainnya yang merendahkan siswa. Bagaimana bisa tercipta rasa bahagia ketika dibandingkan dengan siswa yang lain.
• Sentuhlah hatinya dengan cinta. Kenakalan siswa bisa diatasi tanpa kekerasan seharusnya memberi hikmah kepada para guru. Tanamkan dalam hati bahwa kelak mereka akan berubah dan menjadi manusia yang lebih baik dan bermanfaat bagi sesama. Bukankah ‘memanusiakan manusia’ adalah ladang amal jariyah bagi kita?
Ciptakan bahagia di sekolah dan rayakan kemenangannya di masa depan.
Sinjai, 10/02022
Bionarasi
Nama penulis Agustina Juniati, S.Pd. Lahir di Tanahberu, 8 Agustus 1974.menyelesaikan studi Diploma III di IKIP Ujung Pandang tahun 1995. Strata 1 di STKIP Muhammadiyah Bone tahun 2002 Mengajar di MTs. Negeri 1 Sinjai sejak tahun 1996 sampai sekarang mengampu mata pelajaran Bahasa Indonesia. Memiliki hobi menulis sejak SMP walaupun hanya coretan buku diari. Mulai bergabung di fesbuk Media Guru Indonesia pada Bulan Desember 2020 dan intensif menulis ketika mengikuti tantangan menulis di Blog Gurusiana sepanjang tahun 2021. Satu buku tunggal dan beberapa buku antologi telah dimilkinya.
Alamat email penulis:
[email protected], sahabat dapat menghubunginya di nomor HP/Wa 082396403811
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Sang juara menulis. Keren Bunda. Sukses selalu
Terima kasih atas apresiasinya dan motivasinya bunda Fair. Salam sehat selalu