Menumbuhkan Minat Baca itu Sulit?
Minggu lalu kami berkesempatan jalan-jalan ke Suroboyo Carnival. Kebetulan salah ambil rute, jadinya baru pakai satu wahana, sudah ketemu kios buku. Mampirlah. Kok ya ketemu buku yang temanya 'pas' dengan aktivitas yang digemari anak-anak.
Puas bermain-main (sebenarnya karena sudah ngantuk dan sedikit mual setelah menikmati wahana SUPERMAN dan Sepeda Udara), kami kembali ke kios buku. Pindahlah buku tentang kucing ke rumah kami.
Standar serinya, buku itu tebal. Sekitar 450 halaman, yang terdiri atas 101 cerita. Si Kakak yang baru naik kelas 5, selesai membaca dalam 3 hari. Sebagai ibunya, saya masih belum kelar. Saya tidak akan gunakan alasan kesibukan dan jatah antrian :).
Sambil menikmati sajian manis tentang Romeow dan Juliet, saya teringat seorang teman yang mengeluhkan sulitnya menyuruh anak membaca. Alasannya, ngantuk, malas, sampai kesulitan memahami bacaan. Beberapa teman heran dengan anak-anak saya.
Biasanya, saat mendapat pertanyaan seperti itu, saya kembalikan pada si teman. Apakah ia dan pasangannya sudah menjadi teladan? Jika jawabnya tidak, saya hanya bisa tersenyum.
Anak-anak kami suka membaca bukan tanpa proses panjang. Sejak menerima 'calon ayah', saya memilih sosok yang tidak keberatan kalau saat mengajak keluar, lokasi tujuannya adalah toko buku. Dimana dia dan saya bisa membaca buku sepuasnya, sesuai selera masing-masing.
Setelah menikah, toko buku tetap menjadi destinasi favorit. Sejak si kecil bayi, kami anggarkan sebagian gaji untuk suply baby book. Semakin besar, ia meminta jatah anggaran bulanan untuk buku. Ketika jatah dana tak lagi sesuai, jadwal yang kian padat, dan kecepatan baca yang terus tumbuh, kami mulai melirik perpustakaan sebagai sumber bacaan.
Yakinlah, memang tidak mudah. Tetapi tetap bisa diusahakan. Beberapa cara yang kami gunakan:
1. Pembiasaan memanfaatkan sebagian waktu untuk membaca.
2. Anggaran khusus buku.
3. Sesuaikan dengan minat dan usia anak. Jujur saja, saya terobsesi seri kisah sebuah keluarga karya penulis hebat. Ketika ada dana, saya berusaha melengkapi. Tetapi sampai saat ini, dari keempat buku pada seri itu, baru satu yang si kecil sudah baca. Selebihnya malah dipinjamkan ke teman-temannya. Tetapi ketika saya membeli buku tentang kucing, yang notabene sebagian besar ditulis dengan bahasa dewasa, dia sangat berminat.
4. Beri teladan, termasuk posisi baca yang benar dan pemilihan lokasi baca dengan pencahayaan yang baik.
5. Terima kondisi anak sebagaimana adanya. Jika anak kita pola belajarnya auditoris, mungkin tidak akan seanteng anak visual jika disuruh membaca. Si adik yang tipenya auditoris-kinestetis, lebih suka membaca jenis komik. Jikapun ada cerita teks yang menarik minatnya, ia meminta kakaknya membacakan.
Saya sendiri masih terus membaca berbagai genre, berusaha mengalokasikan setidaknya satu jam setiap hari untuk menulis dan/atau membaca, serta terus memelihara cita-cita menjadi penulis produktif buku-buku 'bagus', minimal untuk dibaca anak-anak saya.
Sst, tadi sore saya dibisiki si adik.
"Bund, buku Galang the Scout-nya asik."
Serasa dapat piala juara satu. 😎
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Oh ya Bund, Galang The Scoutnyan tidak dicetak ulang? Nanti saya bantu promosiin :)
Siap
Tipsnya ok juga bu Agustina. Keren.
Terima kasih, Pak. Semoga bermanfaat. Jika punya tips lain yang juga aplicable, ayo berbagi.
Teladan langsung. Solutif inspiratif. Sip bu
Betul, Pak. Jika punya tips lain, ayo berbagi.