Agus Surya Ningsih

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web

Jatuh dari Sepeda

Aku memiliki pengalaman yang menurutku lucu dan tak terlupakan hingga saat ini. Saat itu aku masih duduk di bangku SD. Tepat di usiaku 9 tahun. Aku cukup mempunyai banyak teman. Teman bermainku kebanyakan laki-laki dibanding perempuan. Mereka adalah Een, Doko, Nanda, Akong, gomblo, dan Ayu. Aku dan Ayu sekelas sedangkan teman yang lainnya satu tingkat di atas kami. Kami termasuk teman yang akur dan kompak. Pergi sekolah kami selalu bersama, jika belum terkumpul ketujuh orang ini maka kami tidak akan pergi kesekolah karena hal ini sudah menjadi kebiasaan kami jika pergi sekolah harus bersama-sama. Itu juga pesan dari orang tua kami. Setelah sampai sekolah kami berpisah, masuk ke kelas masing-masing.

Seusai pulang sekolah setelah ganti baju dan makan siang, kami berkumpul kembali untuk bermain-main. Aku teman perempuan yang selalu ikut permainan teman laki-laki. Kadangkala bermain layangan, kelereng, karet gelang, bola kasti, patok lele, memancing ikan di sawah bahkan ikut menggembala kambing. Teman – temanku sangat baik dan sayang padaku, meskipun mereka bermainnya jauh dari rumah tetap mengajakku juga. Terkadang udur-uduran dengan teman yang lainnya untuk meminta izin ke orang tuaku untuk mengajakku bermain. Mereka takut, karena ibuku pernah memarahi kami semua karena hampir tiba magrib belum juga selesai main. Kalau sudah keaysikan bermain kami selalu lupa waktu.

Suatu ketika Aku dan Nanda pulang sekolah bersama. Waktu itu sepedaku lepas dayungannya jadi tidak bisa dikayuh. Nanda mencari cara agar sepadaku bisa dijalankan. Lalu tiba-tiba dia mendapat ide dicarinya tali ban karet diikatkan di stang sepedaku ke ekor sepedanya. Ide yang cemerlang sahutku. Setelah itu kami coba mengendarai sepeda kami tersebut dengan dikomandoi Nanda yang mengayuh sepedanya dan menarik sepedaku. Setengah perjalanan kami merasa aman sambil tertawa karena sungguh menyenangkan aku tidak mengayuh sepedaku hanya mengikuti kemana arah Nanda melaju. Tidak lama setelah tertawa tiba-tiba Nanda terjatuh karena mengelakkan jalan berlubang. Aku dengan spontan menertawai Nanda yang masuk ke dalam parit. Nanda hanya bisa tertawa dan garuk-garuk kepala.

Tidak lama kemudian kamipun melanjutkan perjalanan pulang, Nanda mencoba mengayu kembali sepedanya dan aku tetap mengikuti komandonya. Lima menit perjalanan kami mengalami kendala lagi, Aku terpeleset dan terjatuh terduduk saat itu, posisi Nanda mengayu sepeda dengan kencang. Karena tali yang diikatkan di stang spedaku tadi terbuat dari ban karet yang elastis jadi otomatis sepeda Nanda mundur dengan sendirinya dan menimpahi sepedaku. Kami saling pandang-pandangan dan tertawa terbahak-bahak hingga sakit perut kami. Baju kami kotor dan takut untuk pulang karena sudah pasti dimarahi ibu saat tiba di rumah.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post