Saya pernah berbincang dengan teman soal tulis menulis. Dia sebenarnya mempunyai bakat dalam bidang menulis.

"Saya pusing, dan nyerah!" Katanya.

"Kok bisa?" Tanyaku sambil mengernyitkan dahi.

Bayangkan, segala ide yang ada diotakku ini sepertinya sulit aku ubah menjadi kata-kata. Tak sarupun yang sejalan. Padahal, jari ini sudah gatal ingin mengubah ide itu menjadi kata-kata. Gerutunya. Tangannya sibuk menirukan gerakan menulis.

Aku tersenyum.

"Kata siapa menulis itu gampang?" Aku bertanya padanya.

Dia diam. Dihitupnya kopi yang sudah mulai dingin.

Matamya melihatbke arahku.

"Menulis itu tidak mudah. Butuh tenaga ekstra. Butuh waktu luang bagi orang-orang yang sibuk seperti kita. Menulis itu tidak instan, tidak seperti iklan obat sakit kepala yang ada di televisi. Sekali minum, sekejap sakit kepalanya langsung hilang. Menulis itu butuh pengorbanan, dicemberutin istri karena tiap malam lebih mementingkan berbagi kasih sayang dengan leptop. Menulis itu butuh ketenangan, kadang harus ribut dengan anak yang tiba-tiba minta digendong atau minta diantar ke kamar mandi ... padahal kepala lagi panas-panasnya dengan ide yang tiba-tiba buyar seketika ... " aku bersemangat.

"Gitu ya?" Dia melongo.

"Menulis itu ... sulit. Sesulit apa yang kamu rasakan saat ini." Kataku sambil menepuk bahunya.

Rdk 31/03/19