KURCACI MALANG BERSUARA MERDU (Dongeng Anak)
Peri kecil cantik terbang mengitari kebun bunga yang sedang berkembang. Keidahan yang terbalut kabut pagi yang begitu berseri. Bunga mawar merah yang merekah, anggrek yang molek, melati yang menawan hati dan bunga-bunga indah lainnya begitu anggun mempesona.
Peri kecil mengitari kebun bunga dengan penuh suka cita. Siapa yang tidak akan tertawan hatinya dengan keindahan yang seperti ini. Benar-benar tiada duanya.
Ini adalah pertengahan musim bunga. Peri kecil cantik sengaja datang untuk menikmatinya. Sudah bukan rahasia lagi jika taman bunga negeri kurcaci adalah taman bunga terindah dari semua taman bunga yang ada di negeri kurcaci
“Wah ... sungguh menakjubkan. Ternyata ini lebih indah dari yang kubayangkan. Tidak sia-sia aku pergi jauh dari rumah hanya untuk melihat keindahan bunga-bunga ini” bisik peri kecil dalam hatinya.
Peri kecil terus menari diantara bunga-bunga. Sesekali ia hinggap dikelopak bunga dan mencium aroma wangi yang semerbak.
“Hmmmm ... harum yang sangat luar biasa” decak kagum terus keluar dari bibirnya yang mungil.
Kepak sayapnya yang warna-warin terbias cahaya mentari. Peri kecil begitu anggun. Senyumnya selalu merekah. Tak lelahnya ia terbang kesana-kemari. Hingga suatu saat peri kecil cantik ingin beristirahat. Lalu di hinggap kelopak bunga terompet.
“Aku ingin duduk sebentar. Menikmati keindahan taman bunga negeri kurcaci yang elok rupawan.” Peri kecil cantik berkata dalam hatinya.
Mata indahnya terus menatap bunga-bunga, pandangannya terus menyapu setiap sudut taman. Ketika sedang asik menikmati pemandangan taman bunga negeri kurcaci, tiba-tiba telinga mungilnya seakan mendengar suara senandung dari kejauhan.
“Sepertinya aku mendengar suara senandung dari kejauhan. Siapa ya? Suara senandungnya benar-benar penuh perasaan.” Matanya mencari-cari arah suara senandung.
Dikepakkan sayap mungilnya. Peri kecil cantik terbang mencari sumber suara. Tapi suara itu malah menghilang.
“Aneh, jelas sekali tadi aku mendengar suara senandung merdu penuh perasaan. Tapi sekarang suara itu menghilang. Ah ... jangan-jangan itu hanya suara angin saja” kata peri cantik dalam hatinya.
Peri kecil cantik membalikan badannya, ia bermaksud untuk kembali ke bunga terompet. Melanjutkan istirahatnya. Tapi tiba-tiba senandung merdu itu kembali terdengar.
“ Hmmm ...hmmmm... Lalala ... lalala ... hhmmm dududdu ...”
“ Hei! Siapapun itu, kamu dimana?” kata peri kecil cantik. Matanya masih mencari-cari.
Karena penasaran, ia terus mengikuti arah suara senandung itu.
“Aha! Ia pasti ada dibalik pohon itu. Aku yakin. Tapi siapa ya ... aku sangat penasaran dengan senandung merdunya” katanya lagi dalam hati.
Benar saja, peri kecil cantik dapat menemukan sumber senandung itu. Seorang kurcaci sedang duduk santai dibawah pohon mawar putih. Matanya terpejam. Tetapi suara merdunya terus keluar dari bibirnya. Kurcaci tidak menyadari akan kedatangan peri kecil cantik.
“Hei! Bangun ... kamu siapa?” tanya sang peri.
Tapi kurcaci itu tetap tidak sadar, ia terus saja bersenandung.
Peri kecil terbang mendekati telinga kurcaci. Ia sadar jika suara kecilnya tidak akan terdengar oleh kurcaci.
“Heiiii! Bangun ... kamu siapa” kata sang peri setengah berteriak.
“Haahh ... aduh .... ih, aku yang seharusnya yang bertanya,kamu siapa? Berani-beraninya berteriak di dekat telingaku” Kurcaci berbicara setengah marah. Tangan kecil mengucek-ngucek matanya.
“Maaf kurcaci, aku telah mengganggu keasikanmu. Tapi aku benar-benar terpesona dengan senandungmu. Benar-benar sangat merdu sekali. Apakah kamu sedang bersedih kurcaci?” Tanya peri kecil.
“Oh iya, namaku peri Haura, aku sengaja datang dari tempat jauh hanya untuk menikmati musim bunga di negerimu kurcaci. Tapi tadi aku mendengar suaramu yang merdu dan terdengar sangat sedih sekali. Ada apa? Maukah kau bercerita kepadaku tentang senandungmu kurcaci?” tanya peri kecil.
“Perkenalkan, Aku adalah kurcaci yang malang dan selalu minder bergaul dengan temanku yang lain” kata kurcaci dengan wajah yang sangat sedih. Wajahnya tertunduk.
“Kurcaci yang malang? Mengapa kau sebut dirimu malang wahai kurcaci?” tanya peri cantik lagi.
“Bagaimana aku tidak malang wahai peri cantik. Lihatlah kakiku tidak normal. Wajahku tidak tampan. Kulitku saja tidak secerah teman-temanku yang lain. Aku benar-benar malu dengan diriku sendiri. Tak ada yang dapat aku banggakan dari hidupku. Iutlah yang membuat aku lebih baik menyendiri disini” kata kurcaci panjang lebar. Wajahnya terus menunduk.
Peri kecil terbang mengitari tubuh kurcaci. Lalu hinggap dikelopak mawar.
“Dengarkan hei kurcaci yang putus asa. Siapa bilang kamu tidak punya kelebihan yang dapat kamu banggakan. Aku tahu apa kelebihanmu ...” kata peri kecil dengan senyumnya yang lembut.
“Ah, tak da yang dapat aku banggakan. Aku sudah sangat mengenal diriku sendiri. Aku hanya kurcaci malang yang hanya mempunyai kesedihan dan kesendirian. Selebihnya tidak ada” Kata sang kurcaci lagi.
“Dengarkan hai kurcaci. Tak ada yang diciptakan sempurna di Dunia ini. Semuanya pasti ada kekurangan dan kelebihannya. Kamu mempunyai kekurangan fisik dan itu memang sudah takdirmu, tapi kamu tidak sadar akan kelebihan yang ada dalam dirimu.” Kata peri cantik
“Apa yang dapat aku banggakan dari diriku? Tak ada!” Wajah kurcaci sedih.
“Tahukah kamu, jika kamu mempunyai suara yang sangat merdu hai kurcaci? Suaramu itu yang menuntunku hingga aku beranjak dari istirahatku. Aku benar-benar merasa kagum dengan suara merdumu” kata peri cantik lagi. Wajahnya tersenyum memandang kurcaci.
“Benarkah jika suaraku merdu peri cantik? Apakah kamu hanya menghiburku saja? Engkau pasti bohong ..” tanya kurcaci. Ada rasa tidak percaya dengan ucapan peri cantik.
“Aku tidak bohong. Aku sangat jujur mengucapkan itu. Mana ada peri bisa berbohong hai kurcaci ... “ Kata peri, bibirnya tersenyum.
Wajah kurcaci memerah, ia malu telah dipuji oleh peri kecil cantik. Baru kali ini ada yang memuji suaranya. Kurcaci benar-benar sangat bahagia.
“Tapi aku mempunyai tubuh yang tidak sempurna. Lihat saja kakiku, atau kulitku yang tidak bercahaya. Teman-teman tak ada yang mau berkawan denagnku” Kata kurcaci. Wajahnya kembali menunduk sedih.
Peri kecil terbang. Kali ini ia hinggap diranting mawar, dekat dengan kurcaci. Ia ingin berbicara lebih dekat lagi dengan kurcaci yang putus asa.
“Temanku yang baik. Tadi sudah aku katakan jika tidak ada yang diciptakan sempurna di Dunia ini. Aku paham kekuranganmu, dan aku tahu kelebihanmu. Tutupilah kekuranganmu dengan kelebihan yang kamu punya. Selama ini tak ada yang tahu jika kamu dapat bernyanyi dengan sangat merdu.
Yakinkan dirimu jika kamu mampu menghibur teman-temanmu. Aku yakin, mereka tidak akan memperdulikan kekuranganmu itu pun jika kamu benar-benar percaya diri dengan kemapuan yang kamu punyai. Percayalah dengan kehebatanmu” Peri kecil terus memberi semangat kepada kurcaci.
Kurcaci terdiam. Ia paham apa yang dikatakan oleh peri kecil cantik. Wajahnya mulai tersenyum.
“Aku tahu apa yang akan aku lakukan, dibalik kekuranganku tersimpan kelebihanku yang dapat aku tunjukan kepada teman-temanku” bisiknya dalam hati
“Ya, jika engkau terus bersembunyi dalam kesedihan,sampai kapan kebahagiaan akan menemukanmu. Bukan begitu kurcaci?” tanya peri kecil cantik, matanya menatap kurcaci. Seolah menyuntikan semangat yang luar biasa.
“Terima kasih peri. Aku akan mendendangkan lagu-lagu merdu di depan kawan-kawanku. Sekarang aku akan pulang. Terima kasih atas nasihatnya ... hari ini aku sangat bersemangat sekali” kurcaci terlihat sangat bahagia sekali.
Kurcaci pulang dengan hati yang sangat riang, diiringi tatapan peri kecil cantik yang begitu terlihat bahagia. Sebahagia hati sang kurcaci.
Peri kecil melanjutkan istirahat, dikelopak bunga sepatu ia sandarkan tubuh mungilnya. Kedamain yang ia rasakan semakin bertambah dengan suara nyanyian kurcaci yang terdengar samar-samar terbawa hembusan angin yang hinggap di daun telinganya. Suara yang penuh energi. Suara yang dapat mengalahkan rasa tidak percaya diri.
Peri kecil tertidur. Nyenyak.
Percayalah, pasti ada kelebihan yang kita miliki, hanya kita tidak pernah mengetahuinya. Jangan jadikan kekurangan sebagai penghalang untuk mencapai kesuksesan. Semangat.
+selesai+
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar