Navigasi Web
OUTING CLASS DI OBJEK WISATA WONOGIRI  (28)

OUTING CLASS DI OBJEK WISATA WONOGIRI (28)

 

OUTING CLASS DI OBJEK WISATA WONOGIRI

Oleh: Agus Sumarno, S.Pd.,MM.,M.Pd. *)

Outing class adalah pembelajaran di luar ruangan kelas. Siswa belajar langsung di lingkungan alam dengan cara mengamati, membaca, menghitung, menggambar, dan membandingkan antara satu dengan lainnya. Lingkungan alam dijadikan sebagai sumber belajar.

Tujuannya untuk membekali keterampilan siswa dan mengembangkan kemampuan yang dimiliki. Kegiatan ini bisa dilakukan di halaman sekolah, kebun, kolam, bahkan bisa di objek wisata alam.

Bumi Wonogiri dikaruniai kondisi geografis yang indah. Di Wonogiri terdapat pantai dan pegunungan yang menyimpan sumber mata air yang membentuk air terjun.  Pantai dan air terjun-air terjun itu menjadi daya tarik bagi wisatawan. Kabupaten ini memiliki banyak destinasi wisata mempesona yang didukung topografi perbukitan kars yang menawan. 

Kabupaten Wonogiri dikenal kaya dengan kawasan wisata yang unik dan khas. Ada wisata waduk, wisata pantai, wisata air terjun, wisata telaga, wisata goa, wisata sejarah, wisata museum, wisata religi, wisata perbukitan, dan wisata kuliner.  

Sudahkan destinasi wisata di Kabupaten Wonogiri menjadi tuan rumah di daerah sendiri? Jika jawabnya belum, perlu adanya upaya memahamkan pentingnya sadar wisata di daerah sendiri. Jangan sampai orang di daerah lain lebih paham potensi wisata di daerah kita daripada penduduk Wonogiri sendiri. Tentu akan aneh jika situasi seperti itu terjadi.

Kegiatan studi wisata sekolah sebaiknya diarahkan untuk mengunjungi dan menikmati destinasi wisata yang ada di Kabupaten Wonogiri. Dengan demikian, siswa kita akan lebih memahami keunggulan sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri, sekaligus meningkatkan income (pendapatan) keuangan daerah.

Selama ini kegiatan outing class justru sering dilakukan di luar daerah seperti Jogjakarta, Jawa Timur, Jawa Barat, DKI Jakarta, dan Bali. Otomatis pendapatan daerah yang dikunjungi oleh wisatawan Wonogiri lebih meningkat daripada pendapatan sektor wisata Pemkab Wonogiri. Hal ini tentunya sangat ironis terkait program pemerintah daerah dalam meningkatkan pendapatan asli daerah dari sektor pariwisata. Padahal arus wisatawan dari Wonogiri jumlahnya sangat besar jika dilihat dari jumlah penduduk, komunitas, sekolah, dan instansi yang ada. 

Kebanggaan untuk berwisata di daerah sendiri perlu senantiasa dipupuk. Namun demikian, pemerintah Kabupaten Wonogiri juga berupaya selalu mempercantik objek wisata yang ada dengan melengkapi sarana dan fasilitas pendukung yang memadai. Semangat itu harus berlangsung seiring sejalan sehingga kemajuan wisata Wonogiri segera tercapai. Mustahil pendapatan daerah akan meningkat jika tidak dibarengi semangat penduduk Wonogiri sendiri dalam meramaikan sektor pariwisata. 

Jika setiap ada kegiatan outing class siswa SD/MI, SMP/MTs, dan SMA/SMK, pembelajaran siswa selalu diarahkan ke luar daerah, tidak mustahil generasi muda kita akan gagap ketika diminta penjelasan mengenai potensi wisata daerahnya. Kita perlu khawatir manakala siswa dan generasi muda Wonogiri tidak mengetahui keunggulan pariwisata yang ada di daerahnya. Mereka sebaiknya memahami keindahan alam, pantai, waduk, museum, goa-goa, kuliner khas, dan sejarah lokal Wonogiri. Jika melihat potensi wisata yang ada, sebaiknya sekolah yang melaksanakan outing class bisa memanfaatkan destinasi wisata yang ada di Kabupaten Wonogiri sebagai sumber belajar siswa.

Jika diteliti lebih detil, Kabupaten Wonogiri memiliki aset kawasan wisata yang yang banyak jumlahnya. Ada wisata waduk, wisata pantai, wisata air terjun, wisata telaga, wisata goa, wisata sejarah, wisata museum, wisata religi, wisata perbukitan, dan wisata kuliner. Masing-masing memiliki ciri khas dan keunikan yang berbeda antara satu dan lainnya. 

Pembangunan kawasan wisata tentunya membutuhkan biaya besar dan harus dimanfaatkan secara maksimal. Sejauh ini perlu adanya perhatian dan fungsi kontrol dari Pemkab Wonogiri. Pejabat terkait perlu mengidentifikasi secara rutin kondisi setiap objek wisata dan peluang pengembangannya agar “layak jual”.

Untuk membangkitkan kembali sektor pariwisata di Kabupaten Wonogiri dibutuhkan keberpihakan Pemkab Wonogiri beserta semua stakeholder terkait secara holistik, baik dinas, instansi, organisasi, investor, LSM, dan masyarakat untuk bersama “melu handarbeni” (ikut merasa memiliki). Tanpa didasari semangat kebersamaan itu, mustahil objek wisata yang ada di Kabupaten Wonogiri “dilirik” oleh wisatawan.

Kebijakan Pemkab Wonogiri melalui Perda yang kooperatif harus mampu membuka iklam usaha bagi kalangan pengusaha dan wiraswasta. Jika hal ini terwujud, maka akan memberi peluang angin segar bagi kebangkitan sektor pariwisata 

Strategi pengembangan pariwisata Kabupaten Wonogiri dapat dilakukan melalui langkah-langkah: 1) Pembangunan, renovasi, dan perawatan di setiap objek wisata agar tampak cantik, bersih, rapi, indah, rindang, dan nyaman, 2) Menggalakkan potensi desa wisata yang pengelolaannya bekerja sama antara Bumdes dan Dinas Pariwisata, 3) Sosialisasi kepada jajaran dinas dan instansi melalui rapat-rapat, diklat, workshop, dan seminar dengan pembagian pamflet dan brosur yang menarik, 4) Pembuatan baliho-baliho besar di setiap lokasi kecamatan yang terdapat objek wisata, 5) Penyiapan tempat parkir kendaraan di lokasi wisata yang luasnya memadai,  6) Pelebaran dan pengerasan jalan menuju lokasi wisata, 7) Penataan kios-kios deret agar rapi dan representatif yang menjual aneka jajanan, oleh-oleh khas daerah, dan aneka kerajinan rakyat, 8) Penyiapan transportasi shuttle car (mobil antar jemput) yang siap mengangkut pengunjung dari pool asal ke pool tujuan, 9) Penyiapan tour guide (pemandu wisata) yang ramah dan memiliki kompetensi profesi. 

Secara umum keberadaan objek wisata dapat dimanfaatkan oleh wisatawan sebagai sarana hiburan yang menyenangkan, refreshing (penyegaran), menghilangkan stress, meningkatkan imun tubuh, menjalin keharmonisan, dan edukasi (pendidikan).

Objek wisata yang dikatakan sebagai destinasi adalah area geografis sebagai lokasi yang dapat menarik wisatawan untuk tinggal secara sementara yang terdiri dari berbagai produk pariwisata, sehingga membutuhkan berbagai prasarat untuk merealisasikannya (Tuohino & Konu, 2014). Sementara itu menurut Kim & Brown (2012), produk pariwisata sendiri terdiri dari sekelompok atraksi, fasilitas, dan layanan kepada wisatawan.

Strategi pemanfaatan objek wisata dapat dilakukan melalui langkah-langkah: 1) Dinas Pariwisata bekerja sama dengan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan untuk menggalakkan wisata daerah dengan jargon ”Aku Cinta Wisata Wonogiri”, 2) Pembelajaran siswa secara outing class (di luar kelas) diprioritaskan untuk berkunjung ke objek wisata Wonogiri sehingga biaya transportasi dan akomodasi lebih ringan, 3)Adanya kebijakan dari Dinas Pendidikan dan Kebudayaan melalui kurikulum muatan lokal bahwa pembelajaran intrakurikuler dan ekstrakurikuler dapat dilaksanakan di objek-objek wisata secara periodik dan terjadwal, 4) Adanya kebijakan Bupati Wonogiri bahwa kegiatan rapat-rapat maupun pertemuan dinas dan instansi perlu dilaksanakan di aula yang ada di objek-objek wisata Wonogiri, 5) Semua dinas, instansi, organisasi, LSM, termasuk pemerintah desa perlu memiliki network (jejaring) melalui media online untuk bisa menarik wisatawan dari luar daerah sebanyak-banyaknya, 6) Secara rutin perlu dilakukan rapat terpadu lintas dinas dan instansi bertempat di objek wisata secara berpindah untuk memantau rapor kunjungan wisata, 7) Setiap bulan ada laporan entry data terkait kunjungan wisatawan yang dapat dipantau secara terbuka melalui situs website Bagian Humas Pemkab Wonogiri. 

Keuntungan yang didapatkan dari optimalisasi sektor pariwisata yaitu: 1) Pamor pemerintah Kabupaten Wonogiri akan meningkat karena akan dikenal publik di berbagai kota di Indonesia sebagai daerah tujuan wisata, 2) Membuka kesempatan kerja yang lebih besar sehingga meningkatkan kesejahteraan masyarakat di sekitar tempat wisata,  3) Meningkatkan arus kunjungan wisata ke wilayah Kabupaten Wonogiri, 4) Meningkatnya kebanggaan masyarakat Wonogiri, baik penduduk yang ada di daerah sendiri maupun penduduk yang boro di perantauan sehingga terjalin tali persaudaraan yang kuat, 5) Menambah pemasukan kas daerah baik dari sektor parkir, tiket masuk, pajak, dan juga belanja wisatawan selama berada di tempat wisata. 

Keunikan setiap objek wisata di Kabupaten dapat dimanfaatkan sebagai sumber belajar bagi para siswa. Tujuannya untuk menggali potensi daerah, baik dari unsur culture (budaya) dan education (pendidikan), menanamkan rasa cinta tanah air, dan menumbuhkan kebanggaan terhadap daerah sendiri. 

Selama ini belum semua siswa SD/MI, SMP, MTs, dan SMA/SMK di Kabupaten Wonogiri memahami apa saja kekayaan alam, sejarah lokal, budaya, dan potensi wisata yang ada di daerahnya.

Berdasarkan hasil kegiatan Zonasi Kawasan Kars, Kabupaten Wonogiri memiliki wilayah kars seluas 338,74 km2  atau 18,6 % dari luas Kabupaten Wonogiri, yang tersebar di 5 (lima) Kecamatan, yaitu Pracimantoro, Eromoko, Giritontro, Giriwoyo dan Paranggupito.  Kabupaten Wonogiri sebagai bagian dari geopark (taman bumi) yang ada di Indonesia, yakni Geopark Gunung Sewu.

Pegunungan Sewu membentang di tiga wilayah dari Gunungkidul, Wonogiri hingga Pacitan.  Ketiga daerah itu terkenal  sebagai kawasan kars. Wonogiri sebagai kawasan kars memiliki area pegunungan yang berbukit-bukit, batuan kapur, goa-goa, sungai bawah tanah, air terjun, daerah cekungan, dan telaga (Poernomosidi, 2007: 1). 

Kawasan kars di Wonogiri selatan dinilai terbaik oleh para ahli sejarah dan geologi karena telah memenuhi kriteria keberagaman goa-goa, struktur lapisan tanah, dan panorama alam yang khas. Kawasan kars di wilayah Wonogiri dinilai lebih baik daripada kawasan kars yang ada di Pacitan dan Gunungkidul. Apalagi di Wonogiri selatan juga terdapat Sungai Bengawan Solo purba. Pada zaman Neosen, sekitar 20 juta tahun yang lampau, air sungai Bengawan Solo mengalir ke arah selatan Pulau Jawa.

Adanya kondisi geografis yang luar biasa menakjubkan itu, Wonogiri sangatlah layak dijadikan tempat penelitian dan kunjungan wisatawan. Permasalahannya, perlu segera direalisasikan akses transportasi menuju kawasan itu agar mudah dijangkau oleh wisatawan. Program Bupati Wonogiri yang mengupayakan “alus dalane”  (jalan halus) perlu didukung agar kawasan wisata Wonogiri mudah dijangkau alat transportasi. 

Adanya potensi kekayaan alam Wonogiri yang menakjubkan itu tentunya berdampak positif  kepada siswa sebagai sumber belajar. Adapun dampak positif  itu antara lain: 1) Siswa dapat belajar lebih dekat dengan lokasi tempat tinggal, 2) Siswa dapat menggali lebih dalam mengenai kondisi geologi dan sejarah alam semesta, 3) Meningkatkan kecintaan dan kebanggan terhadap daerah Wonogiri, 4) Menjadi inspirasi agar lebih bekerja keras dan semangat tinggi untuk memajukan daerah, 5) Berusaha untuk melestarikan dan menyelamatkan lingkungan hidup,  6) Berusaha agar Wonogiri tidak tertinggal dari daerah lain dan selalu berupaya menggalakkan sektor wisata.    

***

*)  Penulis adalah Kepala SMP Negeri 4 Pracimantoro Kabupaten Wonogiri

DAFTAR PUSTAKA

Chambers, John dan Tatat A. Sutarman. 1982. Bumi dan Tanah II. Jakarta: Balai Pustaka. 

Clark, John. 2000. Panduan Geografi, Gempa Bumi Hingga Gunung Berapi. Semarang: PT. Mandira Jaya Abadi.

Kim,A.K. & Brown, G. (2012). Understanding the relationships between perceived travel experiences, overall satisfaction, and destination loyalty, Anatolia: An International Journal of Tourism and Hospitality Research, Vol.23 No.3,pp.328-347.

Oemarsono dan Bambang Pur. 1993. Sukses. Wonogiri: Humas Setwilda.

Poernomosidi, Begug. 2007. Kawasan Kars Gunung Sewu. Wonogiri: Bappeda dan Litbang.

Salim, Emil. 1989. Hukum dan Lingkungan (Makalah). Jakarta: Departemen Kehutanan.

Siswojo, S. Poedjo. 1982.  Sekelumit Berita Budaya.  Wonogiri: Depdikbud.

…………………... 1988. Mengintip Kisah Sejarah Lokal dan Kepurbakalaan. Wonogiri:  Depdikbud.

Tuohino, A. & Konu, H. (2014). Local Stakeholders’ views about destination management: Whore are leading tourism development? Tourism Review of AIEST – International Association of Scientific Experts is Tourism, 69 (3), 202-215.

Yayasan Mangadeg. 1989. Pangeran Sambernyowo. Surakarta:  Yayasan Mangadeg.

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar

Mantap ulasannya keren

14 Sep
Balas



search

New Post