Agus Nurjamann

Belum menuliskan informasi profilenya.

Selengkapnya
Navigasi Web
Full Day School Sebagai Alternatif

Full Day School Sebagai Alternatif

“Full Day School” Sebagai Alternatif Sebagai negara berkembang , Indonesia senantiasa terus berbenanh di berbagai lini. tidak terkecuali dalam bidang pendidikan, seiring pergantian menteri pendidikan maka berbagai ide untuk meningkatkan kualitas dibidang pendidikan pun terus digulirkan. akhir-akhir ini Menteri Pendidikan dan Kebudayaan yang baru siap menggulirkan program pendidikan yaitu program pendidikan Full Day School. Banyak pro dan kontra yang berkembang saat ini akibat dari pernyataan petinggi tersebut, itu hal yang sangat wajar namun tidak ada salahnya kita kaji lebih jauh tentang program itu, jika dampaknya akan baik kenapa tidak? Orang banyak mengira sistem pendidikan sehari penuh atau full day school merupakan model atau sistem pendidikan baru. Padahal di Indonesia sudah ada model pendidikan seperti ini sejak lama, yaitu di pondok pesantren. Umumnya siswa pondok pesantren akan belajar sehari penuh bahkan sampai larut malam untuk mempelajari Agama Islam selain pengetahuan umum lainnya. Full day school berawal pada awal sekitar tahun 1980-an di Amerika Serikat pada jenjang sekolah Taman Kanak-kanak kemudian meluas pada jenjang yang lebih tinggi sampai dengan sekolah menengah atas. Latar belakang munculnya Full Day Schooll adalah: semakin banyaknya kaum ibu yang memiliki anak berusia di bawah 6 tahun dan juga bekerja di luar rumah serta berkembangnya kemajuan di segala aspek kehidupan, maka banyak orang tua berharap nilai akademik anak-anak mereka meningkat sebagai persiapan untuk melanjutkan ke jenjang berikutnya, juga dapat mengatasi masalah-masalah kemajuan zaman. Dengan memasukan anak-anak ke full day school, orang tua berharap anak-anak lebih banyak menghabiskan waktu belajar si lingkungan sekolah daripada di rumah dan anak-anak dapat berada kembali di rumah setelah menjelang sore untuk berkumpul dengan keluarga. Namun penerapan sistem full day school di Indonesia tidaklah mudah, banyak faktor yang mempengaruhi pada pelaksanaannya, seperti budaya, kebiasaan, ekonomi dan sebagainya termasuk kesiapan sarana dan prasarana. Tetapi berangkat dari kekhawatiran yang terjadi pada kondisi para siswa jaman sekarang yang cenderung tidak kondusif, banyaknya pengaruh globalisai yang berdampak negatif pada perkembangan siswa, maka program ini sangat perlu dipikirkan, dalam rangka membentengi para peserta didik agar tidak mudah terpengaruh budaya lingkungan yang tidak islami serta memberikan pembelajaran, pembiasaan yang baik, pendidikan dengan pelatihan yang cukup serta memamadai kepada peserta didik dengan harapan jaminan mutu sekolah terpenuhi. Maka rasanya tepat full day school di tambatkan sebagai sebuah solusi alternatif. Menurut Sismanto, full day school merupakan model sekolah umum yang memadukan sistem pengajaran Islam secara intensif yaitu dengan memberi tambahan waktu khusus untuk pendalaman keagamaan siswa. Jika kita telaah di era globalisasi banyak sekali permasalahan dikalangan pelajar bermunculan, seperti kenakalan anak yang bersifat kriminal atau melanggar asusila. Kenakalan anak semakin hari semakin meningkat. Hal ini dapat dilihat dari beberapa media massa yang di dalamnya tidak jarang memuat tentang penyimpangan-penyimpangan yang dilakukan oleh kaum pelajar, seperti adanya pergaulan bebas, minum-minuman keras, konsumsi obat-obatan terlarang dan sebagainya. Hal tersebut merupakan akibat dari kurang terkontrolnya pergaulan anak dari pihak sekolah maupun pihak keluarga sehingga mencoreng dunia pendidikan itu sendiri, salah satu penyebab utamanya adalah banyaknya waktu luang diluar jam sekolah. Dengan penyelenggaraan program full day school yang mengedepankan kemuliaan akhlaq dan prestasi akademik. Maka para siswa akan memiliki tambahan waktu khusus untuk mendalami materi agama secara intensif. Sehingga peningkatan mutu pendidikan sebagai solusi alternatif untuk mengatasi problematika pendidikan serta proses pendidikan yang representative dan profesional akan tercapai. Sebenarnya tidak ada yang luar biasa pada programm full day school ini, pembentukan karakter siswa lah yang menjadi acuannya, dalam kutipan sebuah Surat kabar Mendikbud yang baru, “Muhadjir menegaskan pendidikan karakter akan menjadi titik berat dalam Full Day School nanti. Hal ini sesuai dengan arahan Presiden Joko Widodo yang berpesan kondisi ideal pendidikan di Indonesia adalah terpenuhinya pendidikan karakter kepada peserta didik”. Jika program ini menjadi program yang wajib, kita sebagai pelaku pendidikan tidak perlu riskan memikirkannya karena pada dasarnya program full day school itu tujuannya sangat baik. Sistem pendidikan Fullday School mengutamakan pembentukan kepribadian (karakter) untuk menanamkan nilai-nilai yang positif. Di samping menjawab kebutuhan masyarakat yang telah disebutkan di atas, yakni padatnya tugas pekerjaan keseharian orang tua namun menginginkan pendidikan yang berkualitas, sistem pendidikan fullday school juga dirasa mampu mengurangi berbagai permasalahan sosial di kalangan pelajar. Hanya masalahnya mungkin pada penambahan waktu di sekolah yang akan terasa lebih lama dan akan terasa membebani, itu semua karena merasa belum terbiasa, toh pada akhirnya seiring perjalanan waktu semuanya akan terasa biasa. Sebagai pengajar kita patut mengapresiasi program ini demi kamajuan pendidikan dan perbaikan mental peserta didik. tidak ada yang aneh pada program ini semuanya bermuara pada pembentukan karakter peserta didik. Seandainya saja pada kondisi sekarang sebelum adanya wacana program full day school para pengajar bisa mengoptimalkan layanan prima pada siswa sesuai dengan jadwal yang sudah ditetapkan, tidak terlalu sering mangkir atau duduk di ruang guru dan memberikan tugas menulis pada siswa, niscaya program full day school tidak perlu digulirkan. Karakter apa yang akan dibentuk? Itu sebagian besar terletak pada figur seorang pendidik, peran guru sangat sentral dengan fatwa-fatwa kebenaran yang disampaikan secara langsung di depan kelas sedikit banyak bisa membentuk pribadi yang positif dan membangun kepercayaan diri siswa, dengan inovasi pembelajaran yang menyenangkan niscaya guru akan di rindukan oleh para peserta didik. Tetapi sebaliknya jika guru jarang ke kelas, maka peserta didik tidak akan mendapatkan suplemen pendidikan yang dibutuhkan dalam rangka membentuk karakter yang mandiri. Tujuan pendidikan tidak akan tercapai pastinya.
DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post