Agung T. Prawoto

Seorang Petani Kata di Hutan Beton...

Selengkapnya
Navigasi Web

SAJAK DUKA HARI RAYA

31 Agustus 2011

Selasa menjadi hari dimana aku merayakan Hari Raya sebagai ummat beragama

Ditengah kagaduhan penentuan tanggal Hari raya versi MUI dan Pemerintah

Walau pun menjadi faktor kericuhan dibeberapa daerah

Hari raya diundur ketus orang batal pawai

Negara, Agama, Islam, Pemerintah & Hari raya

Tanggal, Hilal, Isbat, Ru'yat, Hisab

Muhammadiyah NU, MUI, Menteri Agama

mewarnai televisi...

Susana semakin dingin dengan berkurangnya apresiasi terhadap haru raya

semua menjadi biasa-biasa saja

tak ada yang luar biasa

biasa-biasa saja

datar

ku menyaksikan Fundamentalisme Agama melahirkan Arogansi beragama

sedangkan Fundamentalisme pasar beranakan kesengsaraan ummat

Dua binatang buas itu mengancam bangsa ini

menegasikan kerukunan hidup bersama

individualitas merajalela sehingga ketidakadilan menjadi nyata

Rabu pun menjadi hari raya pilihan pemerintah

kulaksanakan budaya sosial untuk berkeliling lingkungan rumah

bersilaturahmi bertemu teman lama...

memoar mekar

walau pun sudah dua tetanggaku tak dapat lagi merayakan hari raya untuk selamanya

Lepas Lelah di hari itu terpejam mataku di tepi siang...

aku dibangunkan untuk segera mendapati sebuah kabar

kabar dimana saudaraku menghadap Tuhan

Terik matahari kuterobos untuk melihat keponakanku pertama kali

Aku menangis bukan karena aku takut akan dipanggil kemudian hari

tapi aku tak kuasa mendapati sosok laki-laki kecil terbungkus kain kafan

laki-laki pemberani yang baru aku lihat dan dialah keponakanku

aku berapi-berapi marah dengan diriku,

tapi apa yang bisa kulakukan...

pikiranku tak tentu dikerumunan sanak saudaraku...

kami memang orang tak berada, semua berlangsung begitu saja

aku beranikan diri untuk bertanya. mengapa?

yang kudapati adalah ketiadaan ongkos untuk berobat

semakin besar marahku...

Rumah sakit sangat tak bersahabat dengan saudara-saudaraku

hari itu aku tertimpa palu keadilan

label religi pun tak jadi jaminan kemudahan

aku tak bisa berbuat apa-apa

Hati Remuk berkeping-keping ketika kudapati lagi ambulance tak kunjung datang untuk mengatar sang pemberani

yang kudapat sebuah metromini milik bos bapaknya yang bisa digunakan

tak ada keadilankah bagi kami

sesampai ditempat pemakaman kuburan pun belum selesai digali....

aku semakin gila dengan kondisi ini

Ya Allah aku memang bukan ummat yang baik...

tapi aku tak kuat menghadapi kontrasnya takdirmu

semua bagi kami itu adalah takdir

tapi nalarku tak sampai disitu...

Aku diam seribu bahasa seiring mendengarkan semua perbincangan yang ada disekitarku

kusadari sekali lagi bahwa saudara-saudaraku menjadi Qadariyah

penyakit yang didengungkan selama ini aku tak akan mau terima

karena penyakit yang ku tahu hanya satu bagi orang-orang kecil macam kami

Penyakit itu adalah KEMISKINAN

Sangat tidak layak bagiku walau itu orang lain...

karena aku, kamu, kalian dan mereka adalah manusia...

Ya Allah kami MahklukMU

berikanlah kami kekuatan untuk bertahan Ya Allah...

Ya Allah masihkah Engkau bersama orang-orang yang lemah?

DISCLAIMER
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.

Laporkan Penyalahgunaan

Komentar




search

New Post