Sasa
Sasa, gadis mungil, balita berusia enam bulan bertubuh gendut, lucu dan menggemaskan ini nampak nyaman ketika saya gendong. Bibir, hidung, pipi, mata, pokoknya semua mirip sekali dengan saya.
Mungkin Sasa rindu pada pelukan seorang ayah, tuntutan pekerjaan ditambah lagi dengan pembatasan sosial di masa pandemi ini membuat Sasa berpisah cukup lama dengan ayahnya yang bekerja di salah satu tambang emas dan tembaga terbesar di dunia.
Di suatu siang begitu ada kesempatan bagi saya untuk menggendong Sasa, ia seakan tak mau turun atau berpindah ke ibunya, padahal saya bukan ayahnya, Sasa adalah anak temannya istri saya, hampir sebulan lamanya ayah Sasa bekerja dan nanti di akhir Desember baru dapat jatah cuti untuk bisa bertemu serta berkumpul bersama keluarga.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar
Makanya ada bus kerinduan disana. Hehehe. Salam sukses
Bus kerinduan sekarang hanya sampai terminal gorong-gorong saja, Pak.
Aduh, cantiknya Adek Sasa. Sudah rindu ayah ternyata. Menyentuh sekali pentigrafnya, Pak. Sukses selalu untuk Pak Irawan.
Terima kasih, Bu. Sukses juga buat Ibu.