Mendidik Anak Pintar atau Mandiri?
Mendidik Anak Pintar atau Mandiri?
Tantangan Hari ke-32 #TantanganGurusiana
[Bunda, maaf 2 hari ini mbak Qq tidak membawa kartu ujian. Jadi terpaksa kami memintanya mengerjakan ujian di perpustakaan] Begitu bunyi pesan WhatsApp dari wali kelas Qq, anak saya yang sekarang kelas 7. Waktu itu ia sedang ujian akhir semester.
Kartu ujian? Setiap mau berangkat saya selalu bertanya ke anak saya ini, apa kartu sudah dibawa. Dan jawabnya selalu sudah. Tapi kok ketinggalan?
Saya sampaikan keheranan saya pada ibu wali kelas. Dan saya berjanji sepulang sekolah akan bertanya pada Qq soal kartu ujiannya.
Saya langsung mencari-cari kartu ujian di meja belajarnya, ternyata ada. Keselip di antara tumpukan buku. Sebenarnya, bisa saja saya langsung bergegas ke sekolah mengantarkan kartu tersebut. Tapi saya tidak mau. Saya biarkan ia menerima konsekuensi atas kelalaiannya.
Saya memang bukan tipe ibu yang senang mengambil alih tugas anak. Saya biasanya hanya bertanya, untuk mengingatkan apakah tugas-tugasnya sudah tuntas atau belum.
Kadang saya hanya mendampingi, membantu sesekali jika dibutuhkan. Jika ia sanggup sendiri ya sudah. Saya memilih untuk diam mengamati.
Saya juga bukan tipe ibu yang heboh bertanya ke grup kelas anak, apakah ada PR atau tidak, apakah ada pengumuman atau tidak. Saya lebih senang menunggu anak saya yang kasih kabar.
Kenapa demikian? Karena saya mau ia mandiri. Usia 12 tahun sudah harus bisa mengatur kegiatannya sendiri. Orang tua hanya mensupport minimal.
Kenapa anak harus mandiri? Karena ia harus survive kelak tanpa saya. Tidak mungkin saya bisa membersamainya sepanjang masa. Suatu saat saya akan meninggal dunia.
Saya ingin anak saya menjadi mandiri, tidak bergantung pada siapapun kecuali pada Allah. Bagi saya, mendidik anak mandiri lebih penting daripada sekedar mendidik anak pintar. Kalau bisa keduanya ya alhamdulilah. Tapi kalau mana yang jadi prioritas, maka saya memilih lebih mengajarkan kemandirian dulu.
Pintar saja tapi tidak mandiri, hanya akan menyusahkan orang lain. Tapi kalau mandiri, meski secara kecerdasan mungkin tidak istimewa, ia akan mampu menebar manfaat untuk sesama.
Ingat, menjadi pribadi mandiri itu tidak muncul tiba-tiba, melainkan hasil belajar dan berlatih sejak dini. Dari hal-hal praktis sehari-hari. Makan sendiri, pakai baju dan sepatu sendiri, merapikan mainannya sendiri. Semuanya sendiri.
Anak yang terbiasa mandiri, ia akan lebih kuat dan tegar menghadapi tantangan hidup. Percayalah.
Afiyah Latifah.
Konten pada website ini merupakan konten yang di tulis oleh user. Tanggung jawab isi adalah sepenuhnya oleh user/penulis. Pihak pengelola web tidak memiliki tanggung jawab apapun atas hal hal yang dapat ditimbulkan dari penerbitan artikel di website ini, namun setiap orang bisa mengirimkan surat aduan yang akan ditindak lanjuti oleh pengelola sebaik mungkin. Pengelola website berhak untuk membatalkan penayangan artikel, penghapusan artikel hingga penonaktifan akun penulis bila terdapat konten yang tidak seharusnya ditayangkan di web ini.
Laporkan Penyalahgunaan
Komentar